*
Rahasia Yurika*
Setelah bel masuk berbunyi dan kantin mulai berangsur-angsur sepi, Sasa mengajak Grace dan Annabelle untuk kembali ke kelas. Yurika sudah selesai dengan martabaknya dan berdiri lebih dulu. Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor yang kembali ramai oleh siswa yang bergegas menuju kelas masing-masing.
Di tengah perjalanan, Grace tiba-tiba merasa ingin ke toilet. Ia menghentikan langkahnya dan menatap ketiga teman barunya dengan sedikit canggung. "Eh, maaf ya. Aku... aku ingin ke toilet sebentar," katanya.
Sasa dan Annabelle mengangguk mengerti. "Mau ditemani?" tanya Annabelle dengan ramah.
Grace mengangguk ragu. "Boleh? Aku belum tahu letak toilet di sini."
Sasa menawarkan diri, "Biar aku saja yang antar, Grace. Toilet cewek ada di dekat ruang guru, kan?"
Namun, Yurika yang sedari tadi diam tiba-tiba berkata, "Biar aku saja yang temani Grace. Kalian duluan saja ke kelas."
Sasa dan Annabelle saling bertukar pandang sejenak. "Oke deh. Kami duluan ya, Grace. Jangan lama-lama," kata Sasa sambil tersenyum.
Grace mengangguk berterima kasih kepada Sasa dan Annabelle. Kemudian, ia mengikuti Yurika yang sudah berjalan menuju arah yang berlawanan dengan kelas mereka. Mereka berjalan dalam diam untuk beberapa saat. Grace merasa sedikit canggung hanya berdua dengan Yurika, yang sejak tadi lebih banyak diam.
"Terima kasih ya, Yurika," kata Grace akhirnya, memecah keheningan. "Sudah mau menemaniku."
Yurika menoleh sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Tidak masalah," jawabnya singkat.
Mereka terus berjalan hingga tiba di depan pintu toilet wanita. "Di dalam," kata Yurika tanpa ekspresi.
Grace tersenyum canggung. "Oke. Aku tidak akan lama." Ia segera masuk ke dalam toilet. Sementara Grace di dalam, Yurika berdiri di depan pintu, menunggu dengan sabar.
Tak lama kemudian, Grace keluar dari toilet, merasa sedikit lebih lega. Yurika masih berdiri tegak di depan pintu, menunggunya. Mereka kembali berjalan menyusuri koridor yang kini tampak sedikit lebih lengang. Keheningan kembali menyelimuti mereka.
Saat mereka melewati loker siswa yang berjejer di sepanjang dinding, Yurika tiba-tiba menghentikan langkahnya. Grace ikut berhenti, menatap Yurika dengan bingung.
Yurika tidak menatapnya, pandangannya lurus ke depan.
"Grace," kata Yurika pelan, tanpa menoleh. "Aku tahu kamu pasti bingung dengan maksud Sasa tadi, kan?"Grace terkejut. Bagaimana Yurika bisa tahu apa yang ada di pikirannya? Ia mengangguk perlahan. "Iya... aku sedikit bingung."
Yurika akhirnya menoleh, menatap Grace dengan tatapan yang lebih intens dari biasanya. "Tapi aku harap kamu menuruti ucapan Sasa dan tidak perlu berinteraksi dengan mereka," ucapnya dengan nada yang lebih serius.
Grace semakin bingung. Kenapa Yurika tiba-tiba mengatakan hal ini? Padahal, sejak tadi ia lebih banyak diam. "Kenapa, Yurika?" tanya Grace dengan nada ingin tahu. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Yurika menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengarahkan pandangannya ke sekeliling koridor. "Jangan tanyakan apa yang ada di pikiranmu di sini," bisiknya pelan namun tegas, matanya bergerak waspada. "Karena setiap sudut di sekolah ini memiliki telinga."
Grace terdiam, mencerna kata-kata Yurika. Ada nada peringatan yang kuat dalam ucapan temannya itu. Ia merasakan hawa misteri yang semakin pekat di sekolah barunya ini.
Kata-kata Yurika membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan tentang Rean dan kedua temannya. Dan sepertinya, Yurika tahu lebih banyak dari yang ia tunjukkan.
Yurika kembali melangkah, berjalan dengan cepat menyusuri koridor. Dan Grace masih terpaku di tempatnya, mencoba mencerna maksud dari perkataan Yurika.
Setelah beberapa saat, Grace tersadar dari lamunannya. Ia menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengusir kebingungan yang melandanya.
Yurika sudah berjalan cukup jauh di depannya. Grace segera mempercepat langkahnya, menyusul Yurika yang kini sudah hampir mencapai ujung koridor.
"Yurika, tunggu!" panggil Grace sedikit terengah-engah.
Yurika menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia menatap Grace tanpa ekspresi, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Maaf, aku... aku tadi sedikit melamun," kata Grace saat berhasil menyusulnya.Yurika hanya mengangguk kecil, lalu kembali berjalan tanpa mengatakan apapun. Grace mengikuti di sampingnya, pikirannya masih dipenuhi dengan teka-teki.
Tanpa mereka sadari, di lantai atas sekolah, di balik jendela salah satu ruang kelas yang tampak kosong, berdiri sesosok orang. Matanya mengawasi setiap gerakan Grace dan Yurika di koridor bawah. Ekspresi wajah orang itu sulit dibaca, namun tatapannya tampak intens dan penuh perhitungan.
Sesekali, Grace melirik Yurika dari sudut matanya, berharap temannya itu akan melunak dan melanjutkan percakapan mereka yang terputus di koridor. Namun, Yurika tetaplah Yurika. Ia berjalan dengan langkah cepat dan tatapan lurus ke depan, bibirnya terkatup rapat seolah menyimpan banyak rahasia.
Akhirnya, mereka tiba di depan pintu kelas mereka. Sasa dan Annabelle sudah masuk dan duduk di tempat masing-masing. Yurika langsung menuju kursinya di barisan depan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Grace. Grace menghela napas pelan dan duduk di kursinya sendiri, masih dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan sedikit frustrasi.
Tak lama kemudian, pintu kelas kembali terbuka dan seorang guru kimia, Ibu Eca, masuk dengan senyum ramahnya sambil membawa beberapa buku tebal di tangannya.
Suasana kelas langsung berubah menjadi lebih formal, perhatian siswa tertuju pada Ibu Eca yang mulai menyapa dan bersiap untuk memulai pelajaran.
Grace mencoba memfokuskan diri pada penjelasan Ibu Eca tentang rumus kimia yang rumit, namun pikirannya terus melayang pada kejadian di kantin dan percakapan singkat namun penuh misteri dengan Yurika di koridor.
Siapa sebenarnya Rean, Caleb, dan Kael? Mengapa mereka harus dijauhi? Dan rahasia apa yang begitu besar hingga mereka harus berhati-hati dalam berbicara di sekolah ini? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya, membuatnya sulit untuk berkonsentrasi pada pelajaran kimia yang sedang berlangsung.
Menambah kesan aneh dan mengkhawatirkan di hari pertamanya di sekolah ini. Pencarian akan Elara terasa semakin berat dengan munculnya misteri baru yang harus ia pecahkan terlebih dahulu.
*

KAMU SEDANG MEMBACA
Rules!
Teen FictionDi balik tembok megah sekolah elit itu, tersembunyi rahasia kelam yang mengancam keselamatan para siswa dengan aturan-aturan yang ada. Aturan tertulis mungkin mudah untuk dipatuhi, namun aturan yang tak tertulis adalah aturan yang paling mengerikan...