抖阴社区

Bab 1

200 25 3
                                        

Boom meletakkan kaleng kopi kosong di meja samping ranjangnya. Pikirannya masih sibuk memproses kejadian tadi—senyuman yang secara tak sadar ia tunjukkan kepada Smart, dan ekspresi terkejut anak itu yang tak bisa hilang dari benaknya.

Suasana apartemennya hening. Boom sudah mengganti pakaian kerjanya dengan kaus longgar dan celana tidur, bersiap memejamkan mata setelah hari yang panjang. Namun, baru saja ia menutup lampu kamar, ponselnya bergetar. Boom mendesah pelan sebelum melihat layar.

Nama yang tertera membuatnya tertegun sejenak: Smart.

Boom mengerutkan kening. "Ada apa lagi?" Gumamnya. Dengan sedikit ragu, ia mengangkat panggilan itu.

"Halo?" Suaranya terdengar parau karena lelah.

"Dokter Boom. Maaf, saya tahu ini sudah larut, tapi—" Suara Smart terdengar terburu-buru di ujung sana.

Boom langsung merasa ada yang tidak beres. "Ada apa? Kasus darurat?"

"Pasien di ruang 305, Dok. Kondisinya tiba-tiba memburuk. Saturasi oksigennya turun drastis. Saya sudah konsultasi dengan dokter jaga, tapi... saya butuh pendapat dokter." Jawab Smart, suaranya penuh kecemasan.

Boom menekan pangkal hidungnya, mencoba menahan kelelahan yang mulai menjalar ditubuhnya. "Smart, rumah sakit ini tidak hanya punya satu dokter. Hubungi dokter lain selain aku, atau dokter yang sedang berjaga di sana."

Di ujung telepon, Smart terdiam sesaat, seolah tak tahu harus menjawab apa. Namun akhirnya, dengan suara sedikit lebih pelan tapi tegas, ia berkata, "Dokter adalah satu-satunya dokter terbaik di sini. Saya hanya percaya pada keputusan dokter Boom."

Kata-kata itu membuat Boom tercengang. Sejenak, keheningan menggantung di antara mereka. Boom mendengar nafas teratur Smart di seberang telepon, terdengar gugup tapi juga penuh keyakinan. Perasaan hangat tiba-tiba menjalari dada Boom, membuatnya sedikit tersenyum tanpa sadar.

"Aku akan ke sana dalam waktu sepuluh menit." Ujar Boom akhirnya sebelum memutuskan panggilannya.

Boom cepat-cepat mengganti pakaian tidurnya dengan kemeja dan celana panjang. Saat berjalan ke luar apartemen, ia tak bisa menahan perasaan aneh yang menggelitik pikirannya. Kenapa kata-kata Smart tadi membuatnya merasa dihargai?

***

Rumah sakit masih ramai, meskipun suasananya lebih tenang dibandingkan siang hari. Boom berjalan cepat menuju ruang 305, dan dari jauh ia sudah melihat Smart berdiri di depan kamar pasien sambil berbicara dengan perawat.

Begitu Boom mendekat, Smart langsung menoleh dan wajahnya tampak lega. "Dokter Boom."

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Boom tanpa basa-basi.

"Saya sudah pasang oksigen nasal kanul dan monitor saturasi. Tekanan darahnya masih turun naik. Saya khawatir ada komplikasi pada paru-parunya." Jawab Smart sambil menyerahkan catatan medis.

Boom membaca cepat, lalu melirik pasien yang tampak sesak nafas meski sudah dibantu oksigen. Tanpa berpikir panjang, ia melakukan pemeriksaan fisik ulang, memastikan tidak ada suara ronki atau wheezing yang berlebihan.

"Saturasinya sudah naik sedikit." Lapor perawat.

Boom mengangguk. "Kita tambahkan steroid dosis rendah. Pantau saturasi tiap lima menit. Kalau tidak ada perubahan, siapkan untuk pemeriksaan radiologi ulang."

Smart mengangguk dengan mata berbinar, mengamati setiap gerakan Boom dengan serius. Setelah memberikan instruksi, Boom mengajak Smart keluar ruangan agar tidak mengganggu pasien yang mulai stabil.

Di koridor, Boom bersandar pada dinding, mengusap tengkuknya yang tegang. "Kamu terlalu bergantung padaku." Ucapnya datar.

Smart terdiam, matanya memandang lantai sebelum kembali menatap Boom. "Saya tidak bisa tenang kalau dokter Boom tidak ada. Saya tau dokter lain juga bagus, tapi—Dokter Boom yang paling tau kondisi pasien ini sejak awal. Saya tidak mau ambil risiko."

After the Shift: Love in the Emergency Room (SmartBoom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang