“Eh!! WOI!” Leena panik, langsung jongkok di sampingnya.
lelaki itu tidak menjawab. Napasnya kian memberat, kulitnya terasa dingin.
“Lo kenapaa? Eh... jangan bercanda lo ya!”
“Gausah pegang-pegang gue.” suaranya kecil banget. “Gue baik-baik aja.” tetapi jelas berbohong.
“Lo pucet banget!” Pekik leena menahan paniknya.
"Leena!!"
Dari arah lorong kelas, terdapat perempuan sebahu menghampiri leena ditengah teriknya matahari lapangan. Della--temen Leena.“Eh, itu bukannya Rega? Gila, dia kenapa?!” tanya Della.
“Pingsan! Gimana nih?!” tanya leena
"Panggil Satpam!"
“Aku ijinin ke guru, kamu bawa dia ke UKS dulu! Sumpah mukanya udah kayak mau mati itu!” ceplos della diberi tatapan tajam oleh leena
"Mulut nyaaa! mulut apa sambel itu, pedes amat heran!" gerutu leena sedang Della hanya meringis kecil.
"Paakk!!! tolonginnnnn!!" pekik leena kencang sehingga satpam segera menghampirinya.
"Kenapa inii?"
"Pingsann pak! aduhh ayo cepetan dong pak!" kata della geram dan beranjak pergi.
Leena dan Satpam membantu Rega berdiri, Merangkul bahunya.
Lelaki itu terlihat sangat lemah.
Tubuhnya berat, dan dia pingsan.Satu jam.
Terdiam selama itu pada tempat sunyi yang hanya ada mereka berdua, karena petugas UKS belum sampai.Leena telah menunggu lelaki itu untuk sadar, namun tak segera.
Leena menatap setiap inci wajahnya yang menawan itu.
Rahangnya yang tegas, alisnya yang tebal, serta hidung mancungnya yang sangat komplit itu membuat leena terkagum."Ada, ya, Manusia seganteng ini." ceplos leena tanpa sadar.
Saat itu...
Tiba-tiba terdengar suara dari perut seseorang
yang berhasil membuat tawa kecil.“KRUUUUKKKK...”
Leena terdiam sejenak,
Lalu terkekeh pelan."Sialan." batin lelaki itu.
“SERIOUSLY? Laper?” tanya leena meledek.
Lelaki itu kembali membuat gelak tawa leena semakin pecah, sebab lelaki ber name-tag---Rega Elzander itu mencoba untuk mengintip dan tertangkap basah oleh perempuan itu.
“Gue belum makan...” gumamnya pelan.
“Yaelah... lo bisa pingsan cuma gara-gara itu?” ceplos leena malas.
"Okay, fine."
Tepat setelah kata itu terucap, leena bangkit dari tempat duduknya dan beranjak pergi.
Menutup pintu sepelan mungkin agar tak bising."Pergi, lagi.." gumam lelaki itu terkekeh kecil.
Yah, pastinya semua orang pasti akan muak dengan sikapnya yang dingin itu.
Tak akan ada yang peduli, satupun.Dengan badan penuh sakit, Rega mencoba bangkit perlahan dari brankar UKS itu.
Menatap cermin.
Pantulan dirinya yang menyedihkan.Ia penasaran.
Dia berjalan pelan menuju cermin itu, membuka seragamnya dan menyisakan kaos hitamnya."Ah, belum kering.." Ucapnya melihat luka lebam pada punggungnya yang masih sangat membiru itu.
Banyak sekali luka yang ia pendam.
Suara yang ia telan kembali.
Dan, kesakitan yang kini tak ada rasanya untuk dirinya itu.
Dia, menyedihkan.Pintu terbuka,
"Eh?? itu kenapa??" pekik leena terkejut.
Pula Lelaki itu, segera menutup kaos hitamnya semula. "Gak."
"Anjir, LIHAT! gue mau lihat!" Perempuan itu menaruh sekantung kresek hitam di meja, lalu bergegas menghampiri lelaki asing itu.
Dengan lancang, ia menuju kebelakang Rega, dan membuka secara paksa kaos hitam itu, dan betapa terkejutnya leena sebab banyak sekali luka yang masih baru nan membiru itu. “Hei? are u okay?” kata leena khawatir.
"Lepas!" ucap kasar Rega.
"Gak! gak bisa dibiarin itu, El." kata leena benar benar khawatir.
"Lo." tunjuk leena pada Rega dan beralih pada brankar, "Duduk sana, makan roti yang gue beliin." suruh nya.
“Gue.. nggak biasa dikasih makan,” ucap Rega lirih.
“Ya mulai hari ini, biasain.”
Sedang perempuan itu pergi mencari kotak obat P3k pada UKS itu, dan ketemu.
Tapi,
Sangat diatas.
Leena berdiri di atas kursi kecil. Dengan tangannya yang mencoba menggapai kotak obat putih itu“Kenapa nih... nggak nyampe...!!” batin leena kesal.
“Turun. Nanti jatuh.” Rega akhirnya berbicara, pelan.
“Gue bisa!”
Dan...
kursi oleng.“Leena!” Lelaki itu berdiri cepat, menangkap pinggang pinggang kecil leena menahannya agar tidak terjatuh.
Mereka berdua saling bertatapan tanpa sengaja Jarak wajah mereka hanya sejengkal. Nafas keduanya saling bertemu.
Detik itu...
hening.Suasananya semakin senyap.
Semua murid tengah jam pelajaran.Setelahnya mereka saling diam, dengan leena mengobati punggung lelaki asing yang terdapat sekali luka lebam yang masih segar.
“Ini... dari siapa?” bisik leena,
Rega menoleh pelan, matanya nyaris kosong. “Enggak penting.”
Lelaki itu memaksa untuk menutup bajunya, tetapi Leena langsung menahannya dan wajahnya menjadi serius.
Leena menatap Rega. “Lo... bisa bilang ke gue kalau lagi sakit. Nggak perlu tahan sendirian.” ucapnya sembari mengobati perlahan luka itu
Lelaki itu tak menjawab.
Tetapi bola matanya sedikit berubah.
Tak sedingin tadi.“Thank you,” kata itu akhirnya lolos dari mulutnya lelaki dingin ini, Pelan. Tapi tulus.
Kini, mereka duduk berhadapan
Di ruang UKS yang tenang.
Serta keheningan dalam nyaman.Leena menemani Rega yang akhirnya mau makan roti yang dibelikannya setelah beberapa kali leena berusaha membujuknya.
"Ternyata bener ya, cowo kalo makan kasihan banget.. ck ck.ck.." ceplos leena yang membuat Rega agak tersentak.
"Eh-- minum minumm.." kaget leena.
Dan pada momen asing itu...
Rega menyadari akan satu hal.Dia mulai takut.
Takut momen itu terlalu nyaman.
Takut perasaan lama yang ia pendam muncul lagi.
Takut jatuh ke masa lalu yang pernah ia coba tinggalkan
Mungkin,
seharusnya dia tidak bertemu perempuan ini, lagi.Tapi kenapa... pertemuan kedua ini membuatnya jatuh pada perempuan ini?
•••••••
See you next chap!!
✨💓💓
Jombang, 16 Mei 2025

KAMU SEDANG MEMBACA
Elzander with Zanetha (On Going)
Teen Fiction?? Follow and Vote before reading! ?? (ganti judul dari lelaki hujan) [BACA SEBELUM DIROMBAK HABIS-HABISAN SAMA AUTHOR!] ? Karena hidup adalah pilihan. -Rega Elzander Jadilah pribadi yang menantang masa depan, bukan pengecut yang aman di zona nyama...
? Bel Menjengkelkan ?
Mulai dari awal