抖阴社区

11: Luka yang Tidak Diakui

14 5 21
                                        

"Terkadang, luka tidak harus di sembunyikan, tapi bagaimana cara kita untuk keluar dari luka tersebut, tanpa perlu di lihat"

Happy Reading

*
*
*
*
••••••

Setelah kejadian antara ia dan Alvaro kini Zela duduk di balkon kamarnya, Matanya sembab, pipinya basah. Tapi bukan karena hujan-karena Alvaro.

Suara maaf yang lirih, seakan tidak memiliki makna apa pun, Tidak ada pelukan, Tidak ada usaha mengerti, Hanya satu kata, lalu kepergian.

Dan untuk kesekian kalinya, Zela dibiarkan sendiri, dengan suara hatinya yang hanya menggema dalam kepala.

Suara ketukan pelan mengalihkan lamunannya.
"Zel?" Suara Selma. "Lo baik baik aja, kan.."

Zela tak menoleh. "iya."

Selma ragu, lalu menghela napas. "Oke, Tapi jangan terlalu lama di balkon, Lo belum makan apa pun dari kemarin."

Selma pun memutuskan untuk ke luar, dan memberi ruang untuk Zela, Begitu pintu tertutup, Zela menunduk, Di bawah, halaman rumah sudah ramai-mobil Reiner baru saja tiba.
Dan seperti biasa... dentuman langkahnya memekakkan perasaan.

Reiner.
Sang pemilik tatapan yang mampu mengulitimu hidup-hidup tanpa berkata satu pun.

Ia turun dari mobil, mengenakan jaket kulit gelap dengan lambang kecil Dominion Bloods di lengan-geng yang ia pimpin, yang namanya membuat orang lain menggigil, Tapi bukan karena itu Zela menggigil,
Melainkan karena satu fakta, Reiner adalah luka yang tak pernah berhenti menggores.

Dia masuk ke rumah tanpa melihat ke atas, padahal dia tahu bahwa di atas adalah balkon kamar Zela.

Tidak lama setelah dia masuk ke dalam rumah, pintu kamar Zela berbunyi, suara ketukan dari luar.

Reiner.

Tanpa menunggu izin, pintu dibuka.

"Cepet turun, gue denger dari pelayan rumah lo belum Sarapan, gue gak suka sama lo yang suka drama Zela, jadi cukup untuk membuat suasana rumah ini makin keruh, lo paham."

Nada suaranya datar, tapi tajam.

Zela membalik badan perlahan. "Gue gak lapar."

Reiner menatap Zela semakin tajam "ZELA!!."

Zela menatapnya, tidak gentar. "Gue gak bikin drama. Gue cuma capek."

Senyum sinis muncul di wajah Reiner. "Capek? Dari apa? Rebahan dan playing victim setiap hari?"

Zela menahan napas. "Lo selalu gitu, ya. Selalu nganggep gue seakan gak ada arti nya di hidup lo"

"Karena lo cuma beban bagi gue, Ayah, bahkan bang Al, dan lo pembunuh Zela, camkan itu." potong Reiner tajam.

"Bahkan waktu bunda masih hidup, dia harus terus jagain lo, Lo bikin semua orang capek, Lo bikin keluarga ini gak pernah tenang."

Kata-kata itu masuk seperti peluru.
Zela tidak bicara, Tapi air matanya sudah tergenang.

"Gue cuma pengen bunda balik," bisiknya.

Reiner diam sejenak, Ada kilatan ragu di matanya, tapi langsung padam.

"Semua juga pengen, Zel," katanya dingin. "Tapi lo gak pantas ngomong gitu, karna lo luka bagi semua orang."

Kemudian dia pergi, membanting pintu sedikit lebih keras dari seharusnya.

Zela terduduk di lantai, Luruh, Hancur.

---

Sore pun tiba, dan hujan turun lagi tapi tidak sederas semalam.
siang tadi selma pamit pulang, katanya ada sedikit urusan, yang Zela pun tidak tahu ada urusan apa Selma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: Jun 03 ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jika esok Tak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang