Kabut pagi menyelimuti dataran luas di luar perbatasan Negara Besi. Di bawah langit kelabu yang pekat oleh aroma pertempuran yang belum dimulai, pasukan Aliansi Shinobi dari lima negara besar mulai membentuk formasi. Deru angin membawa bau logam, tanah, dan kematian yang belum datang namun telah dijanjikan.
Naruto berdiri di atas bukit kecil, mengenakan jubah pelatihan barunya. Di hadapannya, Killer Bee sedang duduk bersila, menyenandungkan rap lirih.
"Yo, Naruto Uzumaki, waktunya kau selaraskan jiwa, dengan Kyuubi yang kau bawa, jangan hanya ikut arusnya saja!"
Naruto menarik napas dalam dan duduk, memejamkan mata. Di dalam ruang batinnya, dia melihat kembali Kyuubi, raksasa merah yang matanya menyala tajam.
"Jadi kau kembali lagi, bocah. Kali ini untuk apa?"
Naruto berdiri tegak. "Aku tidak datang untuk bertengkar. Aku datang untuk mengerti, dan bertarung bersamamu. Dunia kita di ujung kehancuran. Aku butuh kekuatanmu."
Kyuubi mencibir. "Dan jika aku menolak?"
Naruto tersenyum kecil. "Maka aku akan tetap di sini, sampai kau mau berdiri di sisiku."
Kyuubi diam. Dalam waktu yang tidak ditentukan itu, kesunyian menjalar hingga akhirnya raksasa itu menghela napas. "Kau keras kepala seperti ayahmu. Baiklah. Tapi ingat ini, Uzumaki, sekali aku bebas, aku tidak akan kembali ke dalam segel begitu saja."
"Aku tahu," ujar Naruto mantap. "Tapi aku percaya padamu."
>><<
Pasukan Aliansi Shinobi telah dibagi menjadi lima divisi besar. Divisi Jarak Dekat dipimpin oleh Darui dari Kumogakure. Divisi Jarak Jauh oleh Temari. Divisi Dukungan dan Sensor oleh Ao dan Inoichi. Divisi Medis dipimpin oleh Shizune, dan divisi mobilitas tinggi berada di bawah Mifune.
Sementara strategi digelar dan para shinobi berlatih keras, Kabuto yang berada jauh di dalam gua tersembunyi, menyusun kekuatan kegelapan. Di hadapannya, ratusan peti batu tertanam di tanah.
"Edo Tensei... bangkitlah," gumamnya.
Asap putih meluap dari celah tanah, tubuh-tubuh mulai terbentuk. Di antara mereka adalah Hanzo, Sasori, Asuma, Kakuzu, dan bahkan shinobi legendaris seperti Nidaime Mizukage dan Raikage. Mereka berdiri dalam diam, mata mereka kosong namun tubuh mereka sempurna.
>><<
Di garis depan, pertempuran pertama pecah. Divisi Jarak Dekat yang dipimpin Darui bentrok dengan pasukan Zetsu Putih dan shinobi Edo Tensei. Ledakan, jutsu elemen, dan suara teriakan memenuhi udara.
"Jangan mundur! Pertahankan garis!" seru Darui sembari melepaskan serangan Petir Hitam miliknya.
Temari menerbangkan pasukan dengan kipas raksasanya, dan Gaara datang dari udara, meluncurkan pasir dari seluruh penjuru untuk menahan serangan tak berujung.
Di sisi lain dunia, Naruto, Sasuke, Suigetsu, Jugo, dan Karin berdiri di hadapan Orochimaru.
"Kami butuh informasi dari masa lalu, Orochimaru," ujar Sasuke, matanya serius. "Hidupkan para Hokage. Kita perlu mereka."
Orochimaru tersenyum menyeringai. "Ah, Sasuke-kun... selalu langsung ke pokok persoalan. Baiklah. Tapi kau tahu resikonya."
Di bawah segel dan ritual rumit, tubuh-tubuh para Hokage mulai muncul: Hashirama, Tobirama, Hiruzen, dan Minato.
Naruto terpaku melihat sosok ayahnya. Minato membuka matanya, dan menatap Naruto dalam diam yang penuh makna.
"Ayah..."
Minato mengangguk pelan. "Naruto. Kau telah tumbuh menjadi shinobi sejati."
Naruto menunduk. "Ayah... aku ingin bertanya sesuatu."
Minato menatapnya lembut. "Katakanlah."
Naruto menarik napas panjang. "Ayah... apakah aku boleh mencintai Sasuke, walaupun kami sesama jenis?"
Sunyi menggantung. Minato menatap Sasuke, lalu kembali kepada putranya. Ia tersenyum tipis.
"Jika itu yang membuatmu bahagia, Naruto... maka cintailah dia. Jangan biarkan dunia merampas hakmu untuk merasa utuh."
Naruto menunduk, menahan air mata. "Terimakasih, Ayah."
Namun momen itu tak bertahan lama. Getaran hebat menghantam tanah. Aura gelap menjulang di cakrawala. Madara muncul, berdiri seperti dewa kematian dengan mata Rinnegan bersinar terang.
Sasuke dan Naruto maju, berdiri sejajar. Mata Sharingan Sasuke terbakar. Naruto melepaskan aura chakra Kyuubi yang kini berpadu dengan energinya.
"Jadi ini kalian... generasi baru," gumam Madara. "Tunjukkan padaku... harapan kalian."
Pertempuran besar pun pecah. Ledakan chakra mengguncang bumi. Naruto dan Sasuke bertarung bersama, gerakan mereka selaras. Rasengan dan Chidori beradu, meledak dalam semburan cahaya.
Namun di tengah pertempuran, Madara berseru, "Sekarang!"
Sebuah rantai hitam muncul dari balik bayangan. Dalam sekejap, Kyuubi ditarik keluar dari tubuh Naruto. Suara auman rubah berekor sembilan menggema.
"Naruto!" teriak Sasuke.
Tubuh Naruto terlempar, terkulai lemas. Mata birunya kehilangan cahaya. Detik itu juga, dunianya runtuh.
Sasuke menangkap tubuh Naruto di pelukannya. "Jangan mati di hadapanku!"
Sakura muncul, menangis. "Berikan dia padaku!"
Sasuke menyerahkannya. Gaara membentuk jaring pasir di bawah mereka, membawa tubuh Naruto dan Sakura ke tempat aman. Sakura menekan dada Naruto, chakra penyembuhan menyala di telapak tangannya.
"Naruto... tolong... bertahan..."
Namun tidak ada detak. Tidak ada napas. Tidak ada suara.
Sakura terisak. "Aku... aku tak bisa mendengar detaknya..."
Pasir Gaara bergetar di sekitarnya, dan langit perlahan berubah merah. Sebuah nyawa telah padam, di tengah pertempuran yang belum berakhir.
|||||
Jika kamu menikmati setiap babnya, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar. Setiap jejak dari kalian berarti banyak bagiku dan bisa menjadi penyemangat untuk karya-karya berikutnya. Aku sangat menghargai waktu dan perhatian kalian. Terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK YANG KEMBALI (SASUNARU)
Fanfiction(NON-REVISI) Sasuke Uchiha dan Naruto Uzumaki adalah dua jiwa yang tersesat dalam takdir besar dunia shinobi. Di antara pertempuran, pengkhianatan, dan rasa sakit yang membekas, cinta mereka tumbuh dalam diam. Kisah ini menggambarkan perjalanan panj...