Hari telah berganti malam tatkala Sandara memasuki ruangan luas dengan dominan warna putih gading tersebut. Kamar Ji Yong yang kini telah beralih fungsi karena akan menjadi kamar bagi dirinya juga. Tungkai mungilnya bergerak dan pandangannya sempat terkunci pada sebuah patung besar yang pria itu letakkan di sudut.
Sandara mendesah. Hal yang harus bisa ia terima adalah kegemaran Ji Yong yang tergila-gila pada patung lilin. Entah untuk alasan apa, namun jika telah menyangkut tentang koleksinya tersebut, sang pria mampu mencari penerbangan tercepat malam ini juga demi menambah koleksinya. Bahkan mungkin jika harus mencari hingga ke ujung dunia.
Sandara makin melangkah masuk untuk kemudian mendudukan diri di hadapan sebuah kaca besar yang terletak di sudut ruangan. Ia meneliti penampilannya yang masih mengenakan ball gown sederhana tanpa riasan berlebihan namun nampak elegan dengan menampilkan bahu terbukanya.
Lengkungan manis kembali terpatri di bibir cerinya. Seolah merasa menjadi gadis paling bahagia di dunia. Bagaikan angan yang berubah menjadi kenyataan, pernikahan impiannya telah terlaksana. Bersama pria yang dicintainya, bahkan telah ia kagumi selama beberapa tahun terakhir.
Kwon Ji Yong.
Cklek!
Suara di ambang pintu kamar membuat Sandara menoleh. Mendapati kehadiran Ji Yong yang tengah menyembulkan kepalanya.
"Apa aku mengganggu?" tanya pria itu seraya melebarkan senyuman.
"Tidak. Masuklah."
"Sedang apa, hm?"
Sandara makin tak bisa mengendalikan lengkungan manis di sudut bibirnya tatkala Ji Yong telah berada di belakangnya. Pria yang masih mengenakan setelan jas mewah lengkap itu bahkan mengalungkan tangan kokohnya pada leher sang gadis. "Aku harus menghapus riasan serta mengganti bajuku, Ji Yong-ah."
Tangan nakal sang pria makin bergerilya ke arah punggung terbuka Sandara, mengelusnya perlahan hingga membuat sang gadis memejamkan matanya, menikmati sensasi yang baru pertama kali dirasakannya. "Bisakah itu dilakukan nanti saja?" tanya Ji Yong tepat di sebelah telinganya yang menyerupai sebuah bisikan bak desauan angin.
"Wae?" tanya Sandara setelah mati-matian berusaha untuk mengendalikan dirinya.
"Aku masih betah melihatmu mengenakan gaun ini. Jadi bisakah... kau mengenakannya lebih lama?"
"Tapi aku lelah, badanku bahkan terasa pegal. Aku ingin mandi dan istirahat."
"Bagaimana kalau nanti saja? Kita makan malam dulu, eoh?"
Sandara meneliti riak muka pria yang kini telah resmi menjadi suaminya tersebut lewat pantulan kaca. Riak yang seolah menandakan permintaan kekanakkan dengan manik kelam memelas khas anak kucing. "Hm... haruskah?"
"Oh ayolah, Dara-ya. Hanya kali ini saja."
Gadis itu akhirnya menghela napas dan memegang tangan Ji Yong yang kini berada di bahunya. Percuma saja membangkang jika Ji Yong telah menginginkan sesuatu. Pria itu terlalu keras kepala untuk bisa mengalah. "Arrasseo."
Sedetik kemudian senyuman mampu terbit di bibir penuh pria itu. Ji Yong bahkan dengan tiba-tiba mengarahkan bibirnya pada pipi Sandara. Kecupan kilas yang ia hadiahkan mampu membuat gadis pemilik manik hazel itu membelalak lebar. "Tunggulah aku di ruang makan."
Baru saja sang pria berbalik dan melangkahkan kakinya, pergerakan itu harus terinterupsi dengan pertanyaan gadisnya. "Kau akan kemana?"
"Ada beberapa hal yang harus ku lakukan di ruang kerjaku. Gidaryeo."
Manik mereka kembali bersitatap dengan Ji Yong yang lagi-lagi menerbitkan senyuman memabukkannya. Tanpa sadar, senyuman menggoda itu mampu meluluhkan Sandara.
Atau bahkan mungkin... sekaligus juga mematikan?
.
.
.To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Bride
Fanfiction'Hari ini, esok, dan seterusnya, maukah kau tetap menjadi pengantinku?' -KJY- ?andaxxi