"Ji Yong-ah?"
Sandara memang memiliki sifat tak sabaran. Terbukti dengan ia yang kini dengan berani memasuki area pribadi lain dari rumah seorang Kwon Ji Yong. Ruang kerjanya. Ruangan yang terletak di lantai tiga rumah luas nan megah khas Eropa bergaya klasik tersebut.
Setelah menunggu selama hampir setengah jam di ruang makan, pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya hingga membuat Sandara mendengus akibat rasa bosan yang mendera.
Sang gadis memutuskan untuk naik ke lantai tiga dengan menyeret gaun pengantinnya susah payah pada puluhan anak tangga. Cukup lelah dan membuat ia sedikit berkeringat, namun kini manik hazel itu bahkan tak hentinya mengerjap.
Tidak ada tanda-tanda kehadiran pria itu di sana, namun sepertinya sang gadis kini lebih peduli pada desain dari ruangan kerja Ji Yong yang amat menawan dibanding kehadiran sang pemilik.
Ruangan itu sangat rapi dan terawat dengan baik. Rak buku menjulang yang berjejer rapi di sana mengelilingi satu kursi besar yang berada di tengah ruangan dengan meja kerja di hadapan. Bisa Sandara lihat bahwa tak ada satu butir debu pun yang hinggap di jejeran buku maupun segala peralatan antik nan mewah yang berada di ruangan tersebut. Membuatnya terlihat mengkilat dan memanjakan mata.
Ini adalah kali pertama gadis itu mendatangi ruangan kerja Ji Yong, karena sebelum mereka menikah, pria itu bahkan selalu melarangnya untuk naik ke lantai tiga jika berkunjung ke rumah ini. Entah untuk alasan apa, namun sepertinya pria itu memang tak ingin diganggu dan selalu membutuhkan ruang privasi yang cukup luas bagi dirinya sendiri.
Ck, benar-benar khas Tuan Sok Sibuk!
Manik hazel itu sedetik kemudian menangkap sebuah objek yang mengganggu perhatiannya. Sebuah buku yang tepat berada di belakang kursi bak singgasana raja yang letaknya menonjol di antara buku-buku lain.
Sang gadis mengernyit namun sedetik kemudian memilih untuk mendekat, berniat membetulkan posisinya. Namun saat lengan mungil itu mendorong buku berwarna hitam dengan ornamen emas di sekeliling, suara dari arah samping ruangan tersebut membuatnya menoleh kaget.
Sebuah rak besar yang terletak di sudut terlihat berputar dan menampilkan celah yang bisa dimasuki. Kening gadis itu makin berkerut. Mungkinkah itu... ruang rahasia? Sandara tanpa sadar menelan ludahnya dan tungkai mungil itu mulai bergerak lagi.
Rasa penasaran telah mengalahkan segalanya. Bahkan jika mungkin ini terlihat lancang karena berani memasuki area pribadi Ji Yong, namun bukankah pria itu akan memaafkannya karena kini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri?
Bukankah seharusnya tak ada yang ditutup-tutupi lagi di antara mereka? Termasuk mungkin... rahasia besar di balik rak buku yang mengantarkannya pada lorong gelap nan pengap.
Sandara terus melangkah dengan degupan jantung yang bertalu keras akibat rasa gugupnya. Ruangan lainnya di sisi ruangan kerja itu ternyata berakhir dengan memiliki anak tangga menurun yang mengarahkannya pada sebuah pintu jati kokoh dengan ornamen klasik.
Dengan hati-hati, Sandara bergerak pelan. Satu tangannya terangkat dan memegang kuat engsel untuk kemudian membukanya. Bunyi berderit dari pintu yang tergeser cukup menyentakkan gadis itu dan membuat manik hazelnya bergerak liar. Meneliti sekeliling dan makin masuk ke dalamnya.
Sebuah ruangan cukup luas tanpa jendela menyambut dengan meja besar di tengah ruangan. Berhiaskan berbagai macam botol laboratorium dan cairan beragam warna yang sama sekali Sandara tak mengerti.
Bau zat kimia dengan segera menyeruak, memasuki indera penciumannya hingga membuat Sandara terbatuk cukup hebat. Sama sekali tak ada tanda-tanda kehadiran Ji Yong di sana—pria yang dicarinya sedari tadi—namun kini seluruh benaknya dirasuki berbagai pertanyaan tentang kegunaan ruangan yang seakan diselimuti misteri tersebut.
Ruangan macam apa ini sebenarnya?
.
.
.To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Bride
Fanfiction'Hari ini, esok, dan seterusnya, maukah kau tetap menjadi pengantinku?' -KJY- ?andaxxi