BRAKK
Pria berpipi tembam dengan paras terlampau manis itu menatap jengah pria bergigi kelinci disampingnya -yang secara tidak sopan menutup paksa buku tebal dihadapannya. Berusaha merebut perhatiannya dari si buku rupanya.
"Cepat kembalikan, Jungkook!" Si manis berusaha merebut kembali buku yang telah disita paksa si pemilik gigi kelinci -Jungkook.
"Aku lapar, Jimin Hyung" sahut Jungkook cepat seraya menyingkirkan tangan kecil Hyungnya yang mulai melawan.
Sang empunya nama langsung terkesiap mendengar jawaban pria dihadapannya. Mata sipit Jimin menatap nanar pria yang sudah membuatnya emosi di pagi hari ini.
"Ya sudah makan sana, apa urusannya denganku? -dan juga buku milikku tentunya"
Jungkook terkekeh pelan menatap respon lucu Jimin. Ya, Jungkook memang hobi menggoda Jimin.
"Tidak, sebelum Hyung menemaniku sarapan. Kau tahu kalau aku tidak suka penolakan, bukan?"
Oh Ya Tuhan, demi apapun, Jimin benar-benar sedang malas jika harus berdebat sepagi ini dengannya. Apa salah jika dirinya menolak permintaan Jungkook yang menurutnya tidak begitu penting untuk dituruti?
"Ya sudah, kalau begitu akan kubuang bukumu ini!" ujar Jungkook sambil beranjak dari tempat duduknya.
Sreettt
Cengkeraman erat dari lengan yang lebih kecil itu sukses membuat langkah Jungkook berhenti seketika.
"Aish, oke oke. Sialan kau!" Jimin mengalah -untuk kesekian kali dalam hidupnya pada seorang Jungkook dengan mulut berkomat kamit seakan umpatannya bisa membunuh Jungkook saat ini juga. Sementara Jungkook hanya tersenyum penuh kemenangan.
"Hey, kau mau tetap disitu atau- "
"Iya iya, cerewet sekali sih, Hyung" potong Jungkook cepat sebelum Jimin berubah pikiran.
Sahabat. Ya, pria bernama Park Jimin dan Jeon Jungkook bersahabat sejak kecil. Begitu juga kedua orang tua mereka yang notabene merupakan teman baik.
Saat ini keduanya duduk di bangku kelas XII. Dan beberapa bulan lagi akan diaadakan tes masuk perguruan tinggi setelah ujian kelulusan sekolah.
Jimin tentu sudah memiliki universitas dan jurusan yang diimpikannya. Berbeda dengan Jungkook, yang belum yakin pada impiannya sendiri. Meskipun begitu, Jungkook bukanlah orang yang bodoh -perilakunya saja yang seperti orang bodoh, tapi tidak dengan otaknya.
Jungkook sebenarnya adalah anak yang cerdas. Jungkook hanya tidak suka menonjolkan kelebihannya itu secara berlebihan. Dan Jimin tahu benar akan hal itu.
.
.
"Hyung, kau yakin akan daftar jurusan itu?" ujar Jungkook membuka pembicaraan.
Yang diajak bicara hanya mengangguk pelan. Jemarinya yang mungil terus membuka lembaran demi lembaran buku yang sudah menjadi santapannya beberapa bulan terakhir ini. Atensinya tertuju pada setiap kata yang tertulis di dalamnya seakan Jungkook sungguh tak menarik baginya.
Iri. Ya, Jungkook sering merasa iri saat Jimin lebih memilih bukunya dibanding dirinya. Tapi Jungkook maafkan, karena Jimin sebenarnya selalu mendengarkan apapun yang ia katakan. Hanya matanya saja yang tidak memperhatikan.
"Bukankan jurusan kedokteran terlalu berat, Hyung?" Jungkook berpendapat seraya merebahkan diri di rerumputan seraya menggunakan lengannya sebagai bantal di kepala.
"Dan terlalu membosankan" tambahnya lagi karena Jimin tak kunjung merespon. Matanya terus memandang langit yang terlihat begitu cerah hari ini.
"Kurasa aku tak pernah memaksamu masuk jurusan yang sama denganku" Jimin berujar pelan, meskipun matanya tetap tertuju pada buku kedokteran tebal di pangkuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I Will Protect You (Kookmin) | BOOK I ?
FanfictionMain Cast: [KOOKMIN/JIKOOK] Jeon Jungkook, Park Jimin Additional Cast: Jeon Family, Park Family, Kim Taehyung, Kim Seokjin, Kim Namjoon, Jung Hoseok, Min Yoongi Park Jimin diberi ujian yang sangat berat oleh Tuhan, dan Jeon Jungkook sebagai sahabat...