"Yoongi-ya, tidak perlu berbohong jika hanya ingin segera pergi dari sini."
Ucapan itu hampir membuat Yoongi tersedak air liurnya sendiri. "Aku.. Aku mau menyusul Jimin. Ia belum sempat sarapan tadi! Aku akan mengantarkan makanan untuknya." Yoongi merasa bersyukur otaknya sedang encer pagi ini. Paling tidak ia bisa mencari alasan yang lebih logis. Paling tidak jika berhubungan dengan Jimin, ia pasti akan segera bebas.
"Benarkah? Kalau begitu, pergilah. Ah, apa aku boleh menumpang? Aku ingin turun di Coex Mall. Tidak apa kan?" Itu bukan sebuah permintaan, tapi seperti perintah. Sang Nyonya Park terkadang tidak bisa dibantah. Tapi bisa juga itu hanya untuk memastikan bahwa Yoongi benar-benar akan ke kantor Jimin, bukan kembali ke kasurnya.
"Tentu, eommonim." Senyumlah Yoongi, batin Yoongi dalam hati.
.
Saat ini...
"Yoongi, kenapa tidak dimakan? Apa makanannya tidak enak?"
Yoongi segera tersadar begitu mendengar ucapan itu. Dengan cepat ia menggeleng dan mulai kembali mengiris daging bistik di piringnya. "Ani, ini sangat enak eommonim..." ucap Yoongi sembari tersenyum.
"Benarkah? Kalau begitu jangan malu-malu kalau ingin tambah."
Jimin yang mendengar itu hanya mendengus. "Makan terlalu banyak di malam hari bisa bikin gendut, eomma."
Yoongi yang mendengar itu entah mengapa merasa tersinggung. "Biarkan saja dia, eommonim. Seharusnya bersyukur karena sudah dimasakin, malah mengomel tidak jelas."
Mendengarnya Jimin langsung menyenggol kaki Yoongi yang duduk di sebelahnya. "Aku hanya tidak ingin kekasihku yang mungil ini jadi bantet. Wajar kan?"
Yoongi langsung menginjak kaki Jimin. Beruntungnya mereka sedang di apartemen Jimin, jadi ia sedang tidak memakai sepatu. "Apa katamu?"
"Hehe..."
Suara tertawa itu membuat Jimin dan Yoongi menoleh ke asal suara. Nampak Nyonya Park sedang tersenyum dan berusaha menahan tawanya. "Sudah seperti suami istri saja."
Jimin langsung berdehem dan kembali melanjutkan makannya. Sementara Yoongi segera meminum air di gelasnya untuk menghilangkan umpatan yang tertahan di tenggorokannya.
"Loh, kenapa kalian ini? Tidak dilanjutkan debatnya? Oh ya, kalian tidak ada niat untuk menjalin hubungan lebih serius?"
"Belum, eomma. Kami masih menikmati hubungan ini. Toh Yoongi-hyung dan aku masing-masing sibuk kerja. Memikirkan rumah tangga mungkin masih untuk beberapa tahun ke depan..." jawab Jimin lancar. Yoongi yang di sampingnya hanya menganggukan kepala setuju.
"Kalian ini. Tidak masalah keasyikan bekerja. Tapi sesekali perhatikan juga orang-orang di sekitar kalian. Begini-begini eomma juga ingin menggendong cucu, Jimin."
Trang!
Sumpit yang digenggam Yoongi meluncur dengan mulusnya ke lantai. "Cucu?" gumam Yoongi pelan.
"Yoongi?"
"Hyung?"
Dua panggilan secara bersamaan itu membuat Yoongi segera sadar. "Ah, maaf. Tapi aku bahkan belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat ini, eommonim. Jadi pembahasan anak seperti itu tidak pernah terlintas di pikiranku."
Nyonya Park hanya mendesah pelan. "Yah, beginilah kalau punya anak yang sudah terlanjur cinta dengan pekerjaan. Tapi aku sungguh berharap kalian segera meresmikan hubungan kalian. Kalau sudah saling mencintai kenapa masih menunda?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Married? [MinYoon]
FanfictionJimin lelah diteror oleh sang eomma dan berakhir dengan kebohongan akan seorang kekasih. Di saat yang genting, kenapa sang eomma malah datang dan membuat spekulasi sendiri?/ "Jadi kekasih yang sangat baik, penyabar, dan suka mengurus dirimu itu adal...
Chapter 3
Mulai dari awal