"Hai, nama aku Jinan. Nama kamu siapa?" Jinan mengulurkan tangannya pada gadis yang sedang duduk dihadapannya.
Gadis itu terlihat begitu ketakutan, "ka-kamu mau ngapain?"
Jinan melambaikan tangannya tepat di depan wajah gadis itu, lalu menarik tangannya yang masih terulur. "Tenang aja, aku ga ada niat buruk. Aku cuma mau kenalan sama kamu."
"U-untuk apa kamu kenalan sama aku?"
"Siapa tau kita bisa berteman dekat. Jadi siapa namamu?"
"Cindy. Kamu bisa panggil aku Cinhap."
"Boleh aku duduk?" izin Jinan untuk duduk di sebelah Cindy.
"Silahkan."
Setelah itu, keduanya sama-sama terdiam.
"Kenapa kamu mau berteman sama aku?" tanya Cindy mengawali pembicaraan mereka.
"Memangnya salah?" bukannya menjawab, Jinan justru kembali bertanya.
"Ga gitu, tapi selama ini ga ada yang mau berteman denganku." wajah Cindy berubah menjadi sedih.
Dengan kekurangan yang Cindy miliki sejak lahir, membuatnya tidak dapat menjalani kehidupan layaknya gadis-gadis normal seumurannya.
Cindy yang tidak dapat menikmati indahnya dunia sejak lahir hanya bisa bersabar. Ditambah lagi dirinya adalah seorang yatim piatu.
Cindy hanya seorang gadis yang tinggal bersama asisten rumah tangga di rumah peninggalan kedua orang tuanya.
"Kamu ga usah sedih, sekarang kamu ga akan kesepian lagi. Kenapa? Karena aku akan selalu menemani kamu."
"Terimakasih Jinan."
"Sama-sama Cinhap."
Sore itu Jinan dapat membuat Cindy bahagia.
•
•
•
•"Ji." panggil Cindy.
"Iya?"
"Aku penasaran sama wajah kamu."
Jinan tersenyum. Jinan menggenggam kedua tangan Cindy dan mengarahkannya tepat ke wajahnya. Tangan Cindy mulai meraba setiap inci wajah Jinan dengan saksama.
"Pasti kamu cantik."
"Salah. Orang banyak yang bilang aku ganteng."
"Hahahaha, apa deh kamu."
Sejak bertemu Cindy, melihat tawa Cindy merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Jinan.
"Cinhap, andai kata Tuhan memberikan satu permintaan yang dapat kamu rasakan dalam seharian. Apa yang kamu mau?"
"Aku mau ngeliat dunia yang orang bilang indah ini."
"Meskipun cuma sehari? Kenapa ga minta yang lain?"
"Iya. Karena sejak aku kecil, hal yang sampai saat ini belum terwujud adalah melihat bagaimana bentuk bumi dan isinya."
Jinan tersenyum miris melihat Cindy yang begitu ingin merasakan kedua matanya dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yang membuat Jinan kagum, meskipun memiliki kekurangan, tapi Cindy tetap bertahan dan menjalani hari-hari seperti orang normal biasanya, tak pernah terlihat kesedihan di wajah Cindy. Meskipun Jinan tau, Cindy pasti merasa sedih jika sudah berbicara tentang kekurangannya.
"Lusa kamu ulang tahun lho! Kamu mau hadiah apa dari aku?"
Cindy menggeleng dan membuat Jinan heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Collections
FanfictionSekumpulan (yang katanya) OS dengan cast (semoga) CiNan Sorry,I Love You (1/2) di akun @Flying_Money Ga peduli walaupun udah beda tim. Namanya juga udah sayang. Kalo udah sayang kan susah melepasnya