~Andrea~
Tak jauh dari pusat kota, terdapat jalan setapak yang mengarah ke sungai kecil dan juga ladang kosong berpohon liar. Awalnya Rico ingin kita berjalan di sekitar kota, namun dengan cepat aku segera menolaknya dan memilih untuk menyusuri jalan kecil di ujung kota, dan sampailah aku kepada pemandangan indah ini.
Melihat pemandangan di sekitar daerah yang cukup sepi ini benar-benar membuatku tenang. Sayangnya seseorang yang sedang menemaniku benar-benar merusak segalanya. Untuk yang ketiga kalinya hari ini, dia tidak berhenti berbicara mengenai kebaikan dirinya sendiri. Dia asyik dengan dirinya sampai tidak menyadari bahwa aku lebih memerhatikan alam di sekitar daripada kata-kata yang keluar dari mulutnya itu.
"Drea? Andrea?!" Seru Rico memanggilku, mengalihkan perhatianku dari dua burung yang sedang terbang ke sana ke mari.
"Eh iya ada apa?" Tanyaku bersyukur akhirnya dia berhenti mengoceh.
"Aku tanya apakah kamu mau bermain air di dekat sungai? Tapi kamu sedang melamun." Gerutu Rico sambil berjalan mendekatiku.
Aku sangat risih dengan sikapnya dan sekarang dirinya ingin menyuruhku untuk masuk ke dalam air?! Aku benar-benar bingung harus menolaknya seperti apa. Andaikan ia adalah sahabat-sahabatku, mereka pasti dapat mengerti diriku. Aku menghela nafas panjang sambil memutar otak untuk memikirkan alasan menolaknya dan kembali ke pasar.
"Maaf. Tapi Rico, aku gak bawa baju ganti. Lagian aku tidak bisa berenang." Jawabku dengan senyum canggung. Aku benar-benar ingin keluar dari situasi menyebalkan ini. Entah mengapa tadi Kyla harus menerima tawarannya dan menyuruhku untuk pergi dengannya?! Aku benar-benar membenci dirinya karena hal itu.
"Kalau cuman duduk dipinggir dan mencelupkan kaki ke sungai, sambil ngobrol bisa kan?" Tanyanya tidak mau menyerah. Ugh why this guy so persistent!
"Eh... Hmmm.... Boleh deh." Aku menyerah untuk memutar otakku. Aku tidak tahu harus mengelak dengan jawaban apa lagi.
Dengan terpaksa aku mengikutinya dengan sangat-sangat malas. Aku kembali menghela nafas panjang dan pasrah, entah untuk keberapa kalinya dalam hari ini. Bahkan mungkin ini adalah rekorku menghela nafas terpanjang dalam satu hari. Rico benar-benar membuatku frustasi.
Kami pun duduk di pinggiran sungai. Rico duduk di bagian paling depan dan mencelupkan kakinya seperti yang dikatakannya. Sementara aku lebih memilih untuk duduk agak menjauh dari dirinya dan juga sungai itu.
Sebenarnya, saat ini aku ingin sekali bermain air di dalam sungai itu. Aku jarang sekali keluar rumah dan ini pertama kalinya aku melihat sungai sejernih ini. Andai aku ke sini bersama teman-teman yang lain, aku pasti sudah mencelupkan tanganku ke dalam air yang menyejukkan itu dan bermain dengan yang lain.
"Kau tidak akan masuk ke dalam?" Tanyanya yang kujawab dengan gelengan.
"Disini menyenangkan." Serunya berusaha untuk membujukku lagi.
"Tidak, Rico. Terimakasih sudah menawarkan." Seruku dengan nada sedikit kesal. Sepertinya dia menangkap nada kekesalan dalam perkataanku, sehingga dirinya tidak lagi menggangguku dengan menanyakan pertanyaan yang sama.
Keheningan terjadi diantara kami. Rico asyik dengan handphonenya sementara aku yang meninggalkan handphoneku di bus, hanya bisa memandang pemandangan sekitar yang begitu indah. Aku membaringkan diriku dan meletakan tanganku menjadi bantal. Pemandangan di sini benar-benar sangat menyegarkan. Udara yang dingin dan sejuk, kuhirup dalam-dalam dan mengalir ke paru-paruku. Suara aliran sungai yang tenang dan suara beberapa binatang hutan yang tidak aku ketahui namanya, menambah sebuah kesan harmoni indah di telingaku. Aku memejamkan mataku menikmati semua ciptaan Tuhan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog?
Teen Fiction"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...