「FINISH」
Apakah dengan semua kata rindu yang terucap, dia akan kembali padaku?
Senyum indah itu... Apakah aku bisa melihatnya kembali?
? JaeDo Area
?Mpreg
? Don't read if you don't like! Thank you ?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍀🍀🍀
🍀"Orang tua Taeyong itu abusif."
Sepasang mata Jaehyun sedari tadi bergerak mengikuti kemana arah Doyoung berjalan. Bibir merahnya bergerak berbicara sambil mengeluarkan buku-buku dari dalam tas biru muda yang biasa dia pakai ke sekolah. Kondisinya berbanding jauh dengan kemarin malam. Sudah sehat, segar dan bugar meski sesekali ringisan keluar dari bibirnya karena rasa sakit yang masih tersisa di tubuhnya.
"Dan aku hanya dijadikan sebagai objek pelampiasannya."
Dahi Jaehyun berkerut dalam-dalam. Bagaimana bisa Doyoung bercerita tentang hal itu sambil memasang senyum tipis di wajahnya. Tolong jangan katakan kalau Doyoung menikmati rasa sakit yang Taeyong berikan padanya.
"Tidak, tidak. Aku sama sekali tidak menikmatinya, Jaehyun." Doyoung berkata seolah dia mengerti apa yang Jaehyun pikirkan. "Setiap kali aku memintanya untuk berhenti, dia malah membuatnya semakin parah."
Puncaknya adalah kemarin, kata Doyoung. Lelaki itu pasti berusaha mati-matian untuk lari dari Taeyong hingga mendapat luka yang lebih banyak dibanding di hari-hari sebelumnya. Jaehyun sama sekali tidak bisa membayangkan betapa menderitanya Doyoung selama menjalin hubungan dengan Taeyong. Lebih dari dua tahun, dan Jaehyun tidak bisa melakukan apapun untuk menolongnya.
Jaehyun beranjak dari kasur untuk mendekati Doyoung yang masih berdiri terpaku di dekat meja belajarnya. Menarik pergelangan tangan kurus itu untuk dibawa ke dalam rengkuhannya. Berkali-kali bibirnya mengecup puncak kepala Doyoung, menghirup serta aroma shampoomint yang dipakai Doyoung untuk keramas setiap hari. Telapak tangan besar Jaehyun memberikan tepukan halus di punggung Doyoung yang mulai bergetar menahan tangis. Telinganya dimanjakan dengan suara surga yang terus menerus mengucap nama bagai mantera.
"Jaehyun... Jaehyun..."
Dirasakannya jemari kurus itu memberi cengkraman pada bagian belakang kaus tidurnya begitu erat. Doyoung seolah mencari pertolongan, dan hanya Jaehyunlah yang mampu menjadi tempatnya berpegang sekarang.
Jaehyun sama sekali tidak mengerti mengapa lelaki itu sebegitu bergantung padanya. Bukannya Jaehyun tidak menyukai ini, hanya saja dia tidak tahu perasaan seperti apa yang Doyoung miliki padanya. Ah, setidaknya dia bisa bersyukur karena pagi tadi saat terbangun, Doyoung sama sekali tidak menunjukkan rasa marah padanya. Malah yang dia ingat adalah jemari Doyoung yang mengelus pipinya kemudian mengecup bibirnya dan memberi ucapan selamat pagi dengan begitu mesra sebelum beranjak dengan susah payah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Namun itu semakin membuat Jaehyun bertanya-tanya dalam kegundahannya.
Apakah Doyoung juga mencintainya?
Namun hingga akhir, Jaehyun tidak dapat menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu.
🍀🍀🍀
Sesekali Jaehyun melirik ke arah Doyoung berputar-putar sambi tersenyum riang dengan kepala menengadah menatap langit biru yang menaungi bumi di bawahnya. Tawa Doyoung terdengar begitu merdu, namun tetap membawakan kepiluan ke dalam relung hati Jaehyun. Kelopak bunga sakura tertiup angin, beberapa jatuh di pucuk kepala Doyoung seolah para kelopak itu tahu siapa yang paling indah di sana.
"Aku suka bunga sakura." Terdengar Doyoung bergumam sambil menatap pohon di hadapannya dengan pandangan begitu teduh. "Ah~ rasanya aku tidak ingin semua ini berakhir, Jaehyun."
Jaehyun juga tidak ingin ini berakhir. Jika saja dia boleh meneriakkan itu, maka dia akan berteriak sekuat mungkin agar Doyoung tahu apa yang sedang dirasakannya saat ini. Panas mulai terasa di sepasang netranya yang sudah membendung bulir air mata, namun beberapa kali dia mendongak untuk menahan air matanya agar tidak jatuh begitu saja.
Jaehyun tidak ingin terlihat tidak gagah di hadapan Doyoung karena lelaki itu pernah berkata kalau Jaehyun adalah lelaki paling sempurna yang pernah Doyoung kenal.
"Aku harus pergi sekarang, Jaehyun." Doyoung mulai terisak dalam tangis yang perlahan mengalir keluar dari matanya. "Aku tidak mau kita berpisah, tapi aku harus pergi sekarang. Orangtuaku sudah menunggu di depan gerbang sekolah..."
Kali ini Jaehyun tidak bisa lagi menahan diri. Diberikannya sebuah pelukan yang amat sangat erat untuk Doyoung yang langsung menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaehyun. Dibiarkannya lelaki manis itu menangis di sana, menumpahkan segala kesedihan yang dia rasakan di sana.
Tak pernah disangka kalau hari kelulusan mereka akan menjadi momen yang begitu menyedihkan baginya, bagi Doyoung juga. Dia sama sekali tidak pernah berpikir kalau hubungannya dengan Doyoung akan menjadi sejauh ini. Jaehyun yang semula tidak mau tahu segalanya kini terjatuh begitu dalam pada seorang Doyoung dan segala pesona dalam dirinya.
"Apa kau akan kembali?" tanya Jaehyun dengan suara bergetar.
"Entahlah... Yang sekarang kupikirkan hanya bagaimana caranya agar bisa bertemu denganmu lagi di masa depan."
"Doyoung, aku—"
"Aku pergi sekarang..."
Doyoung yang lebih dulu melepas pelukannya. Ditatapnya wajah Jaehyun yang sudah basah karena berurai air mata. Ibu jarinya bergerak untuk menyeka air mata itu, mengabaikan air mata yang mengalir di wajahnya sendiri.
"Semua akan baik-baik saja, kan, Jae?"
Mata Jaehyun terpejam rapat, nafasnya tertahan lalu dengan berat menganggukkan kepala. Semua akan baik-baik saja setelah ini.
Bibirnya memberi satu kecupan terakhir di bibir Doyoung sebelum lelaki itu benar-benar pergi meninggalkan tempat mereka berpijak. Menghilang di balik kelopak sakura yang tertiup angin kencang, meninggalkan Jaehyun yang masih berdiam di sana sambil menatap Doyoung yang sudah menghilang dari hadapannya.
Semuanya telah berakhir, sebelum Jaehyun sempat mengungkap perasaannya pada Doyoung.