Sepeninggalan Jeno, tampak Jaehyun memberanikan diri untuk mendekat dan reaksi yang Doyoung berikan sungguh berada di luar ekspektasinya. Lelaki itu menghambur dalam pelukannya, mendekapnya dengan sangat erat.
"Jaehyun... ini kau, kan?" Doyoung bertanya dengan suaranya yang mendadak tercekat. "Akhirnya kau datang..."
"Sungguh senang melihatmu sehat, Doyoung."
Jaehyun mendorong tubuh Doyoung pelan dari pelukan. Tangannya bergerak mengusap helai rambut Doyoung yang sekarang menjadi warna biru keunguan. Selain warna rambutnya, tak ada hal lain yang berubah dari Doyoung. Lelaki itu masih tetap sama seperti terakhir kali Jaehyun melihatnya.
"Kau tidak bilang padaku kau sudah menikah dan... memiliki seorang anak. Siapa tadi namanya?"
"Jeno...," jawab Doyoung, tapi entah mengapa dia begitu ragu mengatakannya. Bahkan alisnya kini bertaut saat menatap Jaehyun. "Dan siapa yang bilang aku sudah menikah?"
"Eh...?"
"Jaehyun, aku baru tahu kau ini bodoh sekali ternyata."
"Hah? Kita sudah lama tidak bertemu dan kau mengataiku bodoh setelah sekian lama? Aku sungguh tidak mengerti, Doyoung!"
"Ya... memang, kan?" Doyoung mendorong pelan kepala Jaehyun. "Jeno sekarang berusia delapan tahun, dan coba tebak siapa wanita yang pernah kuhamili dalam kurun waktu itu? Sekolah kita khusus laki-laki dan aku tinggal di asrama bersama denganmu."
Raut wajah Jaehyun berubah menjadi kebingungan. Otaknya mencerna kata-kata Doyoung dengan perlahan. Rasanya gelar S2 dan otak yang menghasilkan nilai cumlaudenya mendadak tidak berguna di saat seperti ini.
Satu nama terlintas di kepalanya namun mulutnya berucap dengan ragu.
"Anakmu dan... Taeyong?"
Dan lagi-lagi Jaehyun mendapatkan dorongan pelan di kepalanya. Doyoung tampak begitu kesal karena Jaehyun yang mendadak lemah otak karena memikirkan pertanyaan darinya. Memangnya pertanyaan Doyoung sesulit itu? Harusnya Jaehyun sudah sangat tahu jawabannya.
"Anak kita," bisik Doyoung. "Jeno adalah anak kita."
"Sengaja tidak kuberitahukan padamu karena akupun mengetahuinya saat melakukan tes kesehatan untuk mendaftar kuliah. Sudah jalan tiga bulan waktu itu. Aku ingin memberitahumu, tapi kita sama sekali tidak pernah bertukar kontak dan aku tidak ingin merusak masa depanmu hanya karena ini," jelas Doyoung sebelum Jaehyun melontarkan banyak pertanyaan padanya. "Hanya kau satu-satunya... dan aku begitu takut kau tidak akan menerima keberadaannya."
Seketika kaki Jaehyun terasa begitu lemas seperti jelly, namun dia tetap berusaha untuk berdiri tegak di hadapan Doyoung meskipun tampak sangat terkejut saat mendengar penjelasan yang keluar dari bibir tipis lelaki itu.
Ada perasaan aneh yang muncul di hati Jaehyun. Dia dipenuhi oleh emosi saat ini. Jaehyun mengusap kasar wajahnya, menghela nafas kuat lalu tiba-tiba memeluk Doyoung erat-erat. Nafasnya tersengal dan perlahan air mata jatuh membasahi pipinya. Jaehyun bukanlah orang yang cengeng, tapi jika itu menyangkut soal Doyoung, Jaehyun akan menjadi orang paling melankolis sedunia.
"Terima kasih... Doyoung, terima kasih karena mempertahankannya dan membiarkannya hadir di dunia," bisik Jaehyun. "Dan maafkan aku karena tidak berada di sampingmu. Kau pasti sangat kesulitan merawatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming ? Jaedo?
Fanfiction「FINISH」 Apakah dengan semua kata rindu yang terucap, dia akan kembali padaku? Senyum indah itu... Apakah aku bisa melihatnya kembali? ? JaeDo Area ?Mpreg ? Don't read if you don't like! Thank you ?
?Nine? [END]
Mulai dari awal