抖阴社区

Tanabata

22.1K 1.6K 595
                                        

Menu #1
Myth
By CathRsa

"Felix, apa kau mendengarkan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Felix, apa kau mendengarkan?"

Sang pemilik nama terkesiap, tanpa sadar menjatuhkan piring kecil berisi kacang polong yang ada di sebelah tangannya ke lantai. Seorang pelayan dengan sigap langsung mendekat, dan sembari membungkuk hormat, membereskan kekacauan itu.

"Terima kasih," Felix berujar pelan pada sang pelayan yang nampak tertegun, kemudian membungkuk sekali lagi dan menghilang ke sudut ruang makan tersebut.

"Apakah kau baru saja berterimakasih pada seorang pelayan?" Ibunya mendengus menghina. "Rakyat jelata, budak kerajaan. Putraku, pangeran Felix yang agung berterimakasih padanya?"

"Maaf, refleks." Felix mencicit, tak berani membalas tatapan tajam ibunya. Dia mengalihkan pandang pada sang ayah yang duduk di ujung meja, memimpin jamuan makan keluarga mereka. "Aku mendengarkan, ayah."

"Kau harus mulai ikut serta dalam setiap pertemuan kerajaan, Felix. Kau adalah putraku satu-satunya, pangeran mahkota kerajaan ini. Sudah waktunya bagimu untuk fokus pada isu-isu yang lebih penting."

"Dengan segala hormat, pembelajaranku selama ini juga penting, ayah."

Sang raja, ayah kandungnya, mendengus menghina. "Pembelajaran! Apalah arti pelajaran seni yang selalu kau tekuni itu, putraku? Urusan seorang lelaki adalah peperangan dan politik. Biarkan seni dan arsitektur menjadi urusan para wanita."

"Aku—baiklah." Felix mengangguk cepat, tahu dengan betul bahwa ia sebaiknya tidak membantah.

Ayahnya mengangguk puas, sebelum menyelesaikan makannya dan bangkit berdiri, merapikan mahkota dan jubah kerajaan yang dipakainya sebelum beranjak dari meja makan, sang ratu mengikuti tak lama kemudian.

Felix tetap diam di tempatnya, dengan malas menyendokkan puding karamel ke mulut, sementara pikirannya melanglang buana, memikirkan kehidupan normal sebagai remaja yang bisa dijalaninya jika saja ia tidak dilahirkan sebagai seorang pangeran.

"Anda butuh sesuatu lagi, Yang Mulia?"

Felix berjengit terkejut, terenggut dari pikirannya sendiri saat suara itu terdengar dari sisi kanannya. Dia menoleh dan menemukan seorang pelayan laki-laki yang sepertinya seumurannya, dengan wajah tidak familiar. "Maaf, apa?"

Pelayan itu tersenyum, dan sekilas Felix mengerjap karenanya. Senyum pemuda itu tak sampai ke matanya, hanya bibir yang melengkung namun dengan sorot mata datar. "Saya bertanya apakah anda memerlukan sesuatu lagi.'

"Er—tidak. Terima kasih." Felix terbata. Dan kemudian rasa penasarannya muncul tanpa bisa dicegah. "Kau pelayan baru?"

Sang pelayan mengerjap, agak terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba, sebelum mengangguk. "Saya baru bekerja kemarin."

1001 NIGHTS ? HAREM!FELIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang