抖阴社区

30. Amsterdam [END]

16K 1.9K 1.1K
                                        

Taeyong tak henti-henti memikirkan ucapan Ten di kantor tadi. Belum lagi bayangan Jonghyun yang saat ini mungkin tengah melawan sakit hati membuatnya semakin tak bisa membendung tangis.

Sejak kembali dari kantor, Taeyong lantas mengurung diri di dalam kamar. Ia menangis sejadi-jadinya karena memikirkan Jonghyun yang rela terluka setahun lamanya karena masa lalu yang belum bisa ia hapus. Taeyong pun seakan melihat bayangan-bayangan jika nanti perasaan Jaehyun padanya telah berubah menjadi benci.

Mengusap kasar air matanya, Taeyong kemudian bangkit dari tempat tidur lalu keluar dari kamar. Ia melirik sekilas ke arah sofa ruang tengah. Tak ada Ibunya di sana. Babah sendiri telah meminta izin pulang lebih lambat malam ini karena harus menghadiri pertemuan dengan relasi.

Lelaki manis itu pun berjalan menuju ruang pribadi Mimih juga Babah. Ia menarik napas dalam-dalam. Mengumpulkan keberanian sebelum mengetuk pintu dihadapannya.

"Mih," Panggil Taeyong sebelum memutar kenop pintu.

Ia pun melenggang masuk dan mendapati si wanita paruh baya tengah berdiri di depan lemari sembari memasukkan baju. Lelaki manis itu lantas mendaratkan bokong di tepi ranjang sembari memainkan kuku tangan.

"Ada apa, Yong?" Tanya Mimih lalu berbalik dan memandangi putera semata wayangnya. Ia lantas mengangkat alis, "Kamu abis nangis?"

Taeyong mengangguk pelan.

"Kamu nangis kenapa?" Tanya Mimih dengan raut curiga. Meskipun ia diam-diam bisa menebak alasan dibalik tangisan anaknya.

Menghela napas pelan, Taeyong menjatuhkan bahu lalu menunduk. "Taeyong putus sama Jonghyun, Mih."

"Apa?!"

"Jonghyun udah tahu sejak lama kalau Jaehyun itu mantan aku," Ucap Taeyong lirih. "Dan dia juga sadar kalau hati aku... Masih belum sepenuhnya buat dia," sambungnya.

Mimih menghentikan aktivitasnya. Ia kemudian mendaratkan bokong disamping sang anak yang juga tengah terduduk di tepi ranjang. Jemari lentiknya refleks mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pipi Taeyong sebelum menariknya kedalam dekapan hangat.

"Maafin Taeyong, Mih." Kata Taeyong lirih.

Mengusap punggung Taeyong yang bergetar hebat, Mimih lantas berucap. "Mimih ikut sakit lihat kamu kayak gini," katanya. Sebab ia menyadari jik sang anak seolah kembali kehilangan semangat hidupnya semenjak kepergian Jaehyun.

"Sekarang semuanya ada ditangan kamu, Yong." Si wanita paruh baya menarik diri dari pelukan sang anak dan beralih memandangi wajah Taeyong lamat-lamat. "Kamu yang berhak nentuin masa depanmu. Tapi ingat, pilihan kamu saat ini juga nentuin gimana kehidupan kamu yang akan datang. Enggak ada lagi kata menyesal yang mau Mimih dengar kalau semisal kamu disakiti lagi."

Taeyong terisak mendengar penuturan Ibunya.

"Mimih enggak pernah benci sama Jaehyun," balas si wanita paruh baya. "Mimih cuma enggak suka lihat dia dekat-dekat sama kamu kemarin-kemarin karena Mimih takut... Mimih takut kamu sakit hati dan terluka lagi, Yong."

Mimih mengusap pipi Taeyong pelan. "Tapi kalau emang bahagianya kamu ada sama Jaehyun, Mimih akan jadi orang pertama yang ngasih restu buat kamu." Katanya lalu mengecup kening sang anak sejenak, "Mimih cuma pengen kamu bahagia, nak. Bukan terpuruk kayak sekarang."

Hiraeth | Jaeyong ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang