cause i see sparks fly,
whenever you smile ....
.
.
.
Menghitung dalam hati, Sakura menebak-nebak apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya. Karena tatapan tajam itu tidak pernah lari dari bibirnya. Meremas tabung kecil yang Sakura anggap sebagai penyebab besar angka kematian kaum milenial.
Sesuai posisi Sasuke di klub, penyerang. Dan serangan itu membuat Sakura membeku. Memandang kaku pada satu titik di saat dia tidak lagi bisa melihat kalung salib milik Sasuke yang tersembunyi di balik kerah kemeja.
Ciumannya kasar. Sakura tidak tahu setan mana yang merasuki diri pria ini sampai harus mencium gadis asing yang sama sekali tidak punya korelasi dengannya.
Ini rumah sakit. Sakura mencoba merapal mantra yang berhembus kencang dalam hati saat merasakan lumatan itu berubah lembut, namun penuh desakan.
Kakinya lemas. Lututnya gemetar. Punggungnya semakin mendesak ke dinding. Pikirannya kosong seketika. Mendapat ciuman asing, dari predator nakal yang berkamuflase menjadi malaikat pencabut nyawa.
Sakura meremang. Mendengar suara patah yang samar menyapa telinganya. Sasuke mengepalkan tangan, mengulurkan kepalan tangan itu ke sisi wajahnya. Di saat Sakura sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan ciuman dan rasa malu.
Ciumannya dingin. Sakura merasakan panas berasal dari dirinya sendiri. Semacam, reaksi spontan yang membuatnya tidak sanggup berdiri lama. Kala dia menarik napas, mencoba mendorong dada bidang itu menjauh.
"Berhenti," bisiknya parau.
Seakan dunia kiamat kalau Sasuke tidak menciumnya sekarang. Napas mereka berdua beradu. Satu mendamba, satu membenci.
Sakura menarik napas. Menahan tekanan dadanya untuk tidak meledak. Entah, rasa mana yang menggumpal sesak di dadanya.
"Aku tidak bisa berhenti."
Sakura menjerit kecil. Menahan pria itu agar tidak mendekatinya lebih jauh. Saat Sakura mendorong kasar, merasa lebih cukup agar pesepak bola tidak tahu diri itu berhenti bertindak semaunya.
Melayangkan satu tangannya ke udara, suara keras itu tidak terelakkan lagi. Sakura meringis, merasakan telapak tangannya panas karena bersinggungan dengan kulit dingin pria itu. Sasuke termenung, begitu pula dirinya yang dilanda kecewa dan marah.
Kecewa pada dirinya sendiri.
Dan marah karena pria itu bertindak tanpa otak.
"Aku bukan mainanmu!"
Sakura membentak sekali lagi. Kemarahan telah berkumpul menjadi satu di kepalanya. Sebelum dia kembali mengoyak tubuh kokoh itu dan berakhir di atas ranjang, Sakura harus pergi.
Dengan terburu-buru, dia melarikan diri. Tidak peduli Sasuke yang mematung. Membiarkan rasa panas itu menjalar pipi kirinya. Sampai ke ulu hatinya. Penolakan itu terang dinyalakan bagai api unggun di malam hari.
"Bajingan."
Sakura berlari. Menghindari kekacauan itu dengan berulang kali mengusap bibirnya sendiri. Mencoba bersembunyi dari area parkir agar tidak terlihat.
Tenggelamkan saja dia!
Uchiha Sasuke menarik napas. Melirik datar pada vape yang baru saja ia patahkan, dan mendengus kecil. Seakan tamparan gadis itu tidak berarti apa-apa untuknya. Ancaman Sakura, hanya angin lalu. Bukan hal yang harus dianggap serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
REPUTATION
Fanfictionmereka bilang, tidak ada gunanya berkencan kalau ujungnya patah hati. mereka bilang, tidak ada gunanya menyukai kalau ujungnya menyakiti. dan mereka bilang, tidak perlu berdekatan kalau ujungnya memakai hati.