Pertengahan september tiba. Cuaca mulai melembap dan berangin, membuat si Xiao merapatkan mantel merah tua kesukaannya. Pemuda yang tengah berjalan ke kampusnya itu sesekali menggumamkan lirik lagu yang sedang ia dengarkan dari pelantang telinga yang menyambung ke ponsel pintarnya.
Ia menyambut dengan bahagia datangnya musim gugur. Suara daun kemerahan yang bergesekan satu sama lain hingga akhirnya terjatuh, cuaca yang tak begitu terang namun pula tak terlalu gelap, dan lebih baiknya lagi matahari jarang sekali terlihat. Begitu sempurna.
Xiaojun memekik pelan ketika pelantang telinga sebelah kanannya tiba-tiba dicabut. Ia refleks memukul kencang orang yang sengaja mencabutnya.
"Aduh!" Ujar Hendery yang sama sekali tak terdengar kesakitan. Laki-laki yang kali ini memakai topi baret hitam dan mantel coklat itu melemparkan senyum jahil pada Xiaojun.
"Kau sama sekali tidak ada kerjaan, ya?" Tanya Xiaojun yang risih setengah membentak.
"Dulu tidak, sekarang aku memiliki pekerjaan." Jawab Hendery santai.
"Oh ya? Apa itu?" Tanya Xiaojun dengan nada tidak peduli.
"Mengikutimu." Hendery menaik turunkan alisnya.
"Sialan." Umpat Xiaojun. Pandangannya naik melihat topi baret hitam Hendery. "Tak kusangka seleramu bagus juga."
"Seleraku selalu bagus, kau saja yang kolot." Hendery membenarkan poni rambutnya yang menutupi mata.
Xiaojun mendelik. "Permisi, siapa yang sehari-hari hanya memakai kaos hitam di sini?"
"Kaos hitam itu versatile." Tanggap Hendery.
"Terserah kau saja." Xiaojun tak peduli. Ia memilih untuk memasang kembali pelantang telinga sebelah kanannya, namun dicegat oleh Hendery.
"Ada seseorang di sampingmu. Kau tidak ingin dianggap asosial, kan?" Tangan Hendery terulur mencabut pelantang telinga Xiaojun yang sebelah kiri. Pemiliknya hanya memasang raut aneh.
"Kau sendiri seorang antisosial." Xiaojun menjawab sengit. Hendery tertawa hambar.
"Aku antisosial, ya? Apa itu alasan orang-orang menjauhiku?" Ia menampakan raut sedih.
"Mungkin iya, mungkin tidak." Xiaojun memasukan tangannya pada saku mantel. "Ingat saat kita pertama kali bertemu? Gelagat dan auramu sungguh tak menyenangkan. Sungguh rasanya saat itu aku begitu menyesal menemuimu."
"Oh ya? Lalu apa sekarang kau masih menyesal?" Hendery menatap Xiaojun serius. Sedangkan sang lawan bicara masih membuang muka.
"Tidak, aku merubah cara pandangku akhir-akhir ini." Xiaojun menjawab mantap. "Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memang seharusnya terjadi, bukan? Lalu untuk apa kita menyesalinya?"
Hendery mengerjap kagum. "Kau benar-benar reinkarnasi dari dia." Katanya pelan, namun masih dapat didengar Xiaojun.
"Dia siapa?" Xiaojun mengerutkan keningnya.
"Nenek moyangmu." Hendery tersenyum tipis.
Xiaojun menatap bingung Hendery yang kembali bertingkah misterius. Sungguh, keingintahuannya mungkin sudah berada di level yang tidak seharusnya.
"Kau mengenalnya?" Xiaojun sendiri merasa pertanyaannya sungguh gila, tapi apa boleh buat mengingat itulah hal yang membuatnya susah tidur karena memikirkannya semalaman.
"Kau berpikir aku mengenalnya?" Hendery tertawa kencang. "Bangun, Xiao! Aku ini seumuran denganmu!"
"Kau yakin? Ayahmu sudah meninggal 87 tahun yang lalu. Maka paling tidak seharusnya kau sudah berumur lebih dari 100 tahun!" Xiaojun kembali menyerbu dengan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini hanya terpendam di otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●
Fantasy[Completed] "Kengeriannya, ketakutannya, depresinya. Bahkan aku seolah-olah bisa mendengar pekikan ngilu kawanan mereka, begitu nyaring. Serta tusukan tombak perak yang menembus dada kiriku, memecahkan jantungku dan mematahkan seluruh tulang rusukku...
mid september ?
Mulai dari awal