Jaemin kembali mengintip dari balik dashboard mobil. Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi dan kakaknya kembali membangunkan dari tidur lelapnya beberapa jam yang lalu, disaat tidurnya sangat nyenyak setelah beberapa hari tidur dalam posisi tidak nyaman di gudang.
Jeno tidak mengatakan apapun dan hanya mengusap rambutnya lembut ketika Jaemin bertanya dirinya akan dibawa kemana. Kakaknya tidak menjawab, sehingga dia pun memutuskan untuk diam, dan kemudian jatuh tertidur.
Jaemin melihat ke sekeliling area mobil sang kakak dari dalam. Kursinya sudah disenderkan lurus ke belakang agar nyaman ditiduri dan memakai selimut yang selalu ada di mobil kakaknya. Badannya masih merasakan pegal di beberapa bagian karena cambukan sang kakak yang tentunya membekas dan masih terasa pegal.
Dirinya langsung merasa telinganya yang tidak dipasang alat pendengar, sehingga dirinya kembali menyembunyikan dirinya di balik selimut bercorak kotak-kotak milik kakaknya, yang memang selalu dibawa di mobil Jeno, dulu sering digunakan Jeno untuk menyelimuti Jaemin yang tertidur jika sehabis pulang sekolah.
Mobil tiba-tiba bergoyang dan dirinya melihat sang kakak yang membuka bagasi mobil di belakang, melalui kaca tengah mobil. Jaemin melihat wajah kakaknya yang terkena cipratan darah, dan melihat beberapa bagian wajah kakaknya yang menampakkan wajah kemarahan seperti biasa saat pria itu membunuh gurunya kala itu.
Matanya melebar dan ketakutannya kembali datang. Apakah Jeno kembali membunuh seseorang? Apakah Jeno kembali menyakiti orang lain?, dan berbagai macam pertanyaan yang terlintas di kepalanya.
Bayangan sang kakak menghilang di belakang, namun tergantikan dengan pintu di kemudi yang terbuka, menampilkan pemandangan yang lebih jelas saat kaos sang kakak yang terkena cipratan darah. Jeno sempat memandang sebentar ke arah Jaemin ketika melihatnya terbangun.
"Sudah bangun?", tanya Jeno lembut dengan senyuman hangatnya, berbanding terbalik dengan wajah dan baju yang sudah terciprat beberapa darah, mengingat baunya yang sangat khas dengan darah.
Jeno menunggu jawaban Jaemin seraya mengganti bajunya, serta membersihkan darah yang menempel di wajahnya. Jaemin masih memandang ke arahnya tanpa mengeluarkan suara. Dirinya langsung terkekeh saat teringat jika ia mengambil alat bantu dengar adiknya,
Tangannya langsung mengambil alat bantu dengar di sakunya dan berusaha memakaikannya pada sang adik, namun Jaemin langsung memundurkan duduknya ketika melihat tangan Jeno mengarah ke sebelah kepalanya.
Jeno membuka lipatan telapak tangannya, menunjukkan hearing aids nya pada Jaemin. Sang adik langsung saja mengambil benda itu, kemudian memakaikannya sendiri.
"Tidurnya sudah cukup?", Jaemin menatap kakaknya dengan mata bergetar ketakutan. Dirinya berusaha menjauhkan tubuh Jeno namun jarak antara kursi pengemudi dan penumpang tidaklah begitu jauh, sehingga membuatnya terpentok dengan pintu mobil yang terkunci.
"Nana masih lapar? Mungkin masih ada convenience store yang buka kalau Nana mau jajan"
Jaemin masih diam, dirinya kemudian langsung memandang ke arah depan, tidak berani memandang kakaknya yang nampak menunggu jawabannya. Ketakutannya membuat bibirnya tak bisa terbuka sama sekali.
Jeno sangat gemas dengan adiknya karena terus menerus diam. Dirinya langsung saja mengusap rambut itu dan mengecup pelipis Jaemin yang terkejut karena kecupan Jeno. Jeno kemudian langsung terfokus mengendarai mobilnya, mengabaikan pandangan Nana ke arahnya.
Mengabaikan bagaimana tangan Jaemin yang saling bertaut ketakutan setiap ia dekat dengan kakaknya.
Ajakan kakaknya bukanlah wacana belaka, bahkan sang kakak sudah berhenti di depan sebuah conveniance store yang masih buka. Jeno kemudian memandang ke arah Jaemin, sebelum mengusak rambut halus adiknya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother (Nomin) ? (END)
FanfictionJeno adalah kakak kesayangan milik Na Jaemin. Dan Jaemin adalah obsesi besar si kakak, Lee Jeno. warn! bxb Kasar banget ? Kalau gak kuat, jangan baca