抖阴社区

21 - Aku Sayang Mama

16K 2.6K 188
                                        

"Sawaddi kha. Nanno na kha."

Kalimat itu kembali terdengar, meraba indra pendengaran kedua pemuda di hadapan seperangkat home theater siang hari itu.

Salah seorang dari keduanya menghela nafas. Mendengar kalimat monoton dari karakter yang sama sejak pukul enam pagi lambat laun membuatnya bosan. Pemuda berwajah bulat itu segera merentangkan kedua tangannya sembari menguap tanpa malu.

"Na Jaemin," ucapnya malas. "Mau sampai kapan kita marathon serial Thailand begini, ha?"

Donghyuck berdecak. Pandangan pemuda itu jatuh kepada sahabatnya.

Sang primadona tengah duduk bersandar di atas sofa dengan tangan merogoh semangkuk berondong jagung di atas pangkuan. Na Jaemin terlihat begitu menikmati tayangan yang keduanya tonton hari itu. Ingin rasanya pemuda manis itu berterima kasih kepada Han yang baru saja merekomendasikan serial tersebut kemarin malam.

"Donghyuck, ini masih episode sepuluh." Jaemin berujar sebelum kembali mengunyah dua buah berondong jagung dengan semangat. "GILA. Gila, Hyuck, gila! AWALANNYA KEREN BANGET, WOW!"

Donghyuck mengerang tertahan sembari menggeleng pasrah. "Terkutuk lo, Han Jisung."

Terus terang, pemuda berpipi tembam itu sama sekali tidak merasa keberatan untuk menyaksikan tayangan tersebut jika Na Jaemin tidak membangunkannya pada pukul lima pagi, memaksanya membersihkan diri, dan meminjam akun Netflix miliknya ketika ia mandi. Keinginan Donghyuck untuk berkencan seharian penuh dengan ranjang tercinta-nya harus sirna saat itu juga.

Padahal, hari Minggu merupakan hari kemerdekaan Lee Donghyuck yang selalu dibanggakannya.

Pada akhirnya, pemuda itu mengalah. Memilih untuk meraih salah satu gelas berisi susu cokelat yang tersedia di atas nakas. Sudah tidak terlalu panas sehingga Donghyuck sedikit menyesal telah meminumnya dalam dua teguk. Ia menjulurkan lidah, sama sekali tidak menyukai sensasi yang ditimbulkan oleh susu cokelat dengan suhu ruangan tersebut.

Sibuk mencari sebotol air mineral yang sengaja disimpannya di bawah sofa, Donghyuck tertegun setelahnya. Celotehan Na Jaemin tidak lagi ia dengar, membuatnya memandang pemuda manis itu dengan sedikit heran.

"Jaem—"

"Hyuck."

Donghyuck menghela nafas tatkala menyadari pandangan sang primadona yang terlihat kosong. "Iya, kenapa?"

Pemuda manis itu beralih menatap sahabatnya sejenak sebelum kembali menyaksikan tayangan yang tersaji pada televisi.

"Mama gue," ujarnya. "Apa kabar, ya?"

Donghyuck tersenyum kecil menanggapi. Walau dua malam dijalaninya bersama Na Jaemin, belum pernah didengarnya pembicaraan mengenai Nyonya Na. Pemuda itu terlihat cukup enggan ketika mulut mungil miliknya mengucap panggilan terhadap wanita itu sementara seluruh anggota keluarga Donghyuck tidak ingin terlalu ikut campur dengan permasalahan yang kini terjadi di tengah keluarga Na.

"I think she's fine." Si pipi tembam menjawab. "Kenapa memang?"

Jaemin menggeleng. Detik berikutnya, pemuda manis itu tersenyum pahit sebelum beralih memandang langit-langit ruangan, tidak lagi merasa tertarik dengan tayangan di hadapannya.

"Gue sayang banget sama Mama," ujarnya. "Seandainya kakak perempuan gue dan Papa masih ada sampai sekarang, mungkin keluarga gue bakal menjadi harmonis. Dinner bareng, olahraga bareng, bahkan sekadar saling cerita tentang kabar masing-masing sambil 'nyantai di Minggu pagi."

Wayward ? Nomin ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang