"Jaem, kamu pacaran?"
Yoona bertanya dengan dagu bertumpu di atas kedua tangan, menunggu datangnya secangkir americano panas sembari memandang putra semata wayang-nya lamat-lamat.
Di lain sisi, Na Jaemin tersedak mendengarnya.
Sepasang Ibu dan anak tersebut tengah menikmati menu sarapan mereka di ruang makan. Dua mangkuk bibimbap, sepiring besar kimchi, dan satu gelas jus mangga tersaji di atas meja, menunggu untuk segera dihabiskan. Terlihat sederhana, namun ketiganya dibuat dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Tidak heran jika Yoona sering kali memuji juru masak mereka ketika wanita itu berkunjung ke wilayah dapur.
Na Jaemin pun sama. Ia tengah sibuk menyanjung paman juru masak dalam diam saat mencicip jus mangga miliknya sebelum tersedak hebat usai mendengar pertanyaan sang Ibu.
"H-hah?" Pemuda manis itu tergagap. "Kenapa tiba-tiba 'nanya begitu?"
Tawa manis Yoona menggema di sepenjuru ruang makan, mengundang kekehan canggung dari sang putra.
Sudah satu minggu keduanya mencoba untuk memperbaiki kesalahan masa lampau yang pernah terjadi, sudah satu minggu pula kecanggungan menyelimuti mereka. Na Jaemin masih merasa enggan untuk membuka diri sementara Yoona mengalami kesulitan dalam meruntuhkan dinding pembatas yang membentang di antara keduanya. Tanpa sepengetahuan sang putra, wanita itu benar-benar mengerahkan seluruh kemampuannya guna memperbaiki situasi yang tengah terjadi di dalam keluarga Na. Ia bahkan giat bertanya kepada para rekan kerja wanita-nya; bagaimana cara memberi kehangatan bagi putra semata wayang-nya tersebut?
Sesuai nasihat yang telah didapatnya dari seorang karyawan, Yoona berusaha untuk tetap terlihat santai saat ini. Ia tidak ingin menimbulkan kesan mengintimidasi.
"Mama enggak sengaja lihat isi chat kamu sama... siapa itu namanya?" Wanita itu memutar otak, mencoba mengingat kembali nama pujaan hati sang putra. "Jeni? Joseph? Jonas?"
"Jeno, Ma."
Mendengar nama tersebut meluncur keluar dari mulut Jaemin membuat Yoona tersenyum kecil. "Iya, dia," katanya. "Kalian pacaran?"
Walau sibuk menyesap secangkir americano panas yang baru saja disuguhkan oleh salah seorang pelayan, wanita berpakaian serba hitam itu tetap menangkap timbulnya semburat merah di seluruh wajah sang putra. Kini pemuda manis tersebut terlihat seperti kepiting rebus.
"Chill, boy." Yoona berujar. "Kalau dari profile picture-nya, 'sih, ganteng-"
"M-menurut Mama begitu?"
"Tapi kesannya kayak berandal."
Bagai tersambar petir, Na Jaemin meneguk ludah dengan kasar. Kalimat tersebut seolah menjadi pertanda segera berakhirnya hubungan yang tercipta di antara si hidung bangir dan dirinya, membuat Jaemin mengatupkan bibir rapat-rapat. Pemuda manis itu enggan membayangkan hal terburuk yang akan menimpanya kemudian.
"Itu baru asumsi Mama." Yoona kembali berkata, membuat atensi Jaemin beralih kepadanya.
"Kalau begitu, ajak dia makan malam bareng hari ini di rumah, ya, sayang?"
Na Jaemin menghela nafas, berusaha mengulang sebuah titah berbentuk kalimat yang telah diucapkan oleh sang Ibu pagi hari ini tanpa berani mendongak. Pemuda manis itu takut membuat si hidung bangir menaruh curiga padanya.
"Katanya, Mama mau 'ngomong," lanjut Jaemin. "Mama bahkan rela pulang cepet dari kantornya hari ini."
Jeno hanya membulatkan mulutnya sebagai tanggapan atas permintaan sang kekasih. Pemuda berhidung bangir itu sibuk menyetir Audi A5 miliknya menuju kediaman Na yang terletak cukup jauh dari kedai bubble tea tempat keduanya berkencan sepulang sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wayward ? Nomin ?
FanfictionIn which a do-gooder tried to be a wayward. ? Rayevanth, 2020