Kana menghapus jejak air mata yang masih tersisa di pipi pucatnya. Dia mendongak, menatap langit dari atas rooftop Alantra. Bohong kalau dia tidak merasa sakit saat Alvaska dengan terang-terangan mengatakan jika Bianca adalah pacarnya. Hati Kana terasa seperti teriris belati ketika Alvaska memeluk gadis itu tepat di depan mata kepalanya sendiri.
"Kenapa rasanya sesakit ini?"
"Karena cinta."
Suara serak seseorang terdengar dari arah belakang punggungnya. Kana berbalik badan dan mendapati Rama tengah bersandar di dinding rooftop Alantra, menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk Kana artikan.
"Seringkali, cinta nggak menyadari kedalamannya hingga salah satu diantara mereka pergi untuk selamanya."
Kana tidak mengerti. "Apa maksud Lo?'
"Lo cinta Alva, Ka."
Kana tercekat. "Cinta?" Sedetik kemudian, dia terkekeh getir. Nggak mungkin.
"Mungkin, saat ini lo belum menyadari betapa besar rasa sayang dan cinta lo terhadap Alvaska. Begitu ada jarak terbentang, disitu lo sadar akan perasaan lo yang tenggelam."
--Alvaska--
Alvaska dan Bianca kini tengah berada di dalam ruang musik SMA Alantra di lantai dua. Tidak ada siapapun di dalam ruangan itu kecuali mereka berdua. Alvaska dan Bianca duduk bersisian di salah satu sofa berwarna gray di sudut ruangan.
"Lo kabur dari rumah sakit?" Setelah sekian lama membisu, Alvaska akhirnya membuka suara.
Bianca menoleh, menatap Alvaska dengan tatapan terluka. "Karena lo."
Alvaska menatap Bianca tidak mengerti.
"Lo nikah sama Kana, " suara Bianca bergetar. Gadis itu tau perihal pernikahan Alvaska degan Kana dari Samuel, Ayah angkatnya. "Jahat.."
"Gue nikah ataupun nggak, sama sekali bukan urusan lo," balas Alvaska datar.
"Bukan urusan gue?" Bianca menggeleng tidak percaya. "Jelas-jelas itu urusan gue. Gue ini Kakak lo, Va."
Alvaska terkekeh miris. "Jadi, baru sekarang lo menganggap gue sebagai adik?"
Bianca, saudara kembar dari Alastair itu tidak menanggapi pertanyaan Alvaska. "Gue cinta lo, Alva."
"Gue juga," cowok itu tersenyum pahit. "Cinta sebagai saudara."
"Cinta sebagai saudara." Bianca terkekeh getir. "Gue mau tampar Kana lagi. Dia jahat banget karena udah ngambil lo, pacar kesayangan gue."
"Kita nggak pacaran, Ca."
Bianca tersenyum sakit. "Gue cinta lo."
--Alvaska--
"Okay, sampai di sini, ada pertanyaan?" Bu Sandra, guru yang tengah mengajar di kelas X IPA I itu bertanya pada muridnya setelah tadi selesai menerangkan materi.
"Nggak ada, Bu!" Jawab semua murid kecuali Alvaska. Seandainya mereka belum mengerti, mereka tetap tidak akan bertanya.
Bu Sandra tersenyum lebar. "Murid saya ternyata pintar-pintar. Saya bangga."
