Hati-hati. Ada banyak teman yang bermuka dua.
-RagaArga-Dulu. Dua bulan pasca kepergian sang istri. Tama kembali dihadapkan situasi sulit. Tuhan kembali menguji kesabarannya. Kali ini melalui putra sulungnya, Arga.
Setelah diamati, ada sesuatu yang aneh dengan Arga. Semenjak ditinggal pergi bundanya dengan begitu tiba-tiba lalu mendapatkan perlakuan kasar dari neneknya sendiri. Suasana hatinya menjadi kacau, sering kali berubah-ubah tak menentu.
Terkadang saat bangun tidur, Tama menemukan anaknya yang sudah berbaring di sebelahnya. Memeluknya dan memainkan pipinya, bermanja-manja dengannya. Sampai disiang harinya, jika es krim favoritnya lewat, ia akan merengek layaknya bocah, namun dalam rengekannya ia terus mencari bundanya. Juga Arga yang ini tak mau dipanggil sebagai Abang, ia menganggap dirinya yang manja itu sebagai adik bukan kakak.
Lain lagi jika Arga melihat bayangan dirinya di cermin. Tangan mungilnya akan mengepal keras sampai otot kecilnya itu nampak. Matanya memerah, tatapannya berkobar layaknya api. Dadanya bergemuruh naik-turun. Lalu pada detik berikutnya cermin itu akan retak dengan tangan pelakunya yang sudah berdarah-darah, sampai akhirnya gelap merenggut dunianya. Setelah kesadarannya kembali, Arga bersikap normal. Tidak manja juga tidak marah-marah. Mengganggap Raga itu sebagai adiknya dan sangat menjaganya. Ini adalah Arga yang normal.
Tama lalu menceritakan Arga pada sahabatnya. Sahabatnya itu menyarankan Tama untuk membawa Arga ke psikiater. Awalnya Tama tak terima dengan saran itu. Dia pikir anakku gila? Arga itu mungkin hanya terguncang karena ditinggal pergi bundanya. Tapi seiring waktu berjalan, Arga belum juga membaik. Hingga Tama memutuskan untuk mencoba saran dari temannya. Tidak ada salahnya, jika memang telah terjadi sesuatu yang buruk, maka Arga akan lebih cepat ditangani.
Setelah melakukan beberapa konsultasi dan assessment terhadap Arga. Psikiater akhirnya memanggil Tama untuk datang ke tempatnya, ada sesuatu yang harus disampaikan.
Dokter spesialis kejiwaan mengatakan Arga mengalami gangguan kepribadian ganda atau dikenal juga dengan sebutan gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder). Gangguan kepribadian ganda adalah kondisi di mana terdapat dua atau lebih kepribadian yang berbeda di dalam diri seseorang. Dua atau lebih sosok ini masing-masing berdiri sendiri. Psikiater itu bilang bahwa hal itu dialami oleh Arga karena trauma, kekerasan fisik, guncangan psikis, dan hal lain yang terlalu membekas di pikiran serta perasaannya.
Arga memiliki tiga kepribadian dalam dirinya. Pertama, Arga sebagai Arga yang utuh, Arga yang sebenernya. Jika kepribadian ini sedang aktif, maka Arga akan bersikap normal, menjaga Raga dengan baik, dan belajar dengan sangat baik. Kedua, Arga yang berkepribadian sebagai anak kecil, saat menjadi Arga yang ini, Arga akan berperilaku layaknya anak kecil yang sangat manja, merengek jika menginginkan sesuatu, dan selalu mencari-cari Bundanya. Dan yang terakhir adalah yang kepribadian yang sangat membahayakan dirinya. Arga berpikir bahwa dia adalah penyebab kematian bundanya, ia yang membunuh bundanya, karena itu dia ikut membenci dirinya sendiri sehingga ia seringkali melukai dirinya.
Sungguh, pada hari itu juga Tama merasa dunianya hancur. Ia tak sanggup menerima kenyataan itu. Ingin rasanya Tama bertukar posisi dengan Arga, biar ia saja yang mengalami hal berat itu. Biar ia saja yang menghadapi semuanya.
Waktu itu, Tama pikir tak masalah membiarkan anaknya datang ke sekolah seperti sebelum-sebelumnya, barangkali dengan bertemu dan bersosialisasi dengan banyak orang anaknya bisa sembuh. Tapi ternyata Tama salah. Arga, anak itu sering menjadi bahan ejekan teman-temannya. Beberapa membulinya dan sisanya ketakutan melihatnya. Dikira Arga kesurupan.
Dan sejak saat itu, Arga menjadi burung dalam sangkar. Bahkan untuk pendidikannya, Tama memilih home schooling. Arga merasa sepi. Arga asing dengan orang lain. Tapi Arga harus menuruti kata ayahnya. Jangan pergi keluar jika tidak ditemani. Jangan berteman selain dengan Raga, nanti Arga bisa melukai meski Arga tak sengaja. Sekiranya itu pesan dari ayah yang Arga ingat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Arga [Sudah Terbit]
Teen FictionJika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur. Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pah...