抖阴社区

Kita Semua Istimewa

1.8K 224 28
                                        

Percaya. Kamu istimewa dengan apa yang kamu punya. Tugasmu adalah bagaimana caranya menunjukkan pada dunia. Pada mereka yang mungkin menganggapmu rendah.
-RagaArga-

"Lihat tuh Dis! Kasihan banget kalau jadi orang nggak dianggap. Kerjaannya cuma tidur-tidur doang, kalau sahabatnya lagi sibuk. Harusnya kan dia juga cari kesibukan, apa gitu kek yang bisa bikin dia berprestasi."

Gadis menghela nafas, lagi sahabatnya ini kumat. "Kalau kasihan seharusnya kamu nggak bilang gitu geh, Can. Lagian toh Raga itu nggak pernah ganggu kamu, dia tidur di tempatnya sendiri kan?"

Cantika tersenyum remeh, "Ganggu Dis, ganggu pemandangan. Ngerusak mata."

"Eh Can, kamu lupa Raga ini atlet basket loh? Udah berapa kali aja coba dia bikin bangga sekolah ini? Harusnya kamu juga bangga loh punya temen hebat kayak Raga."

"Halah Dis... Dis... Apa sih yang dibanggain dari main basket? Cuma masukin bola ke ring juga." tetap saja yang namanya Cantika tak mau kalah, tetap main cantik dengan kata-katanya.

Gadis beristighfar dalam hati, "Udah ah yuk, katanya mau ke kantin. Lama-lama kamu makin ngawur, nggak enak loh kalau Raganya denger." Gadis memilih menarik tangan Cantika cepat, daripada anak itu semakin menjadi dengan ucapannya. Sementara Cantika sedikit mendengus kesal karena sebenarnya ia belum selesai berbicara.

Raga, dalam diam dan pejamnya dapat ia dengar jelas pembicaraan Cantika dan Gadis yang mendominasi ruang sepi kelasnya itu. Tadi ia memang berniat mengisi jam kosong dengan tidur dan lanjut sampai saat jam istirahat habis, tapi denyutan yang datang-pergi malah mengganggunya. Membuatnya sulit tidur meski sudah memejamkan mata.

Raga itu sebenarnya bukan tipe orang yang suka dan terlalu memikirkan omongan orang, apalagi jika hanya menyakiti hatinya. Bukan apa-apa, hidupnya sudah terlalu rumit dan ada banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan, abangnya misalnya. Tapi, entah mengapa akhir-akhir ini semua kata-kata menyakitkan itu malah mendominasi ruang pikirnya. Merusak moodnya tiba-tiba.

***

Bang Reza melempar botol minumnya pada Raga yang sedang out dari lapangan. Lantas mengambil posisi duduk di samping Raga. Menatap lekat sebentar Raga yang sedang meneguk air sebelum akhirnya melempar pandang ke arah anak-anak lain yang sedang mengoper si oranye. Begitu menikmati permainan di bawah langit sore.

"Bilang sama gue, ada masalah apa? Jangan disimpen sendiri." Bang Reza buka suara.

"Hah?"

"Nggak usah bohong sama gue. Dari cara Lo main tadi sampe muka kusut Lo sekarang, kentara banget Lo lagi banyak pikiran."

Cukup lama Raga diam, pun dengan bang Reza yang memberi kesempatan pada Raga menata hatinya.

"Bang, kebodohan itu dosa besar ya? Sampe orang yang bodoh itu harus dijauhin?" ada jeda kala Raga menghalau getar pada suaranya, "Bang, gue pun nggak mau jadi orang goblok. Gue juga pingin pinter kek Bintang atau abang gue, gue udah berusaha bang selama ini buat nguasain banyak pelajaran sekolah, tapi sumpah bang, gue bener-bener nggak bisa. Tetep aja gue nggak ngerti. Gue tanya bang, apa ada orang di dunia ini yang mau jadi orang goblok? Orang pelupa? Pasti nggak ada kan bang?"

Cukup sampai situ, bang Reza sudah paham apa akar permasalahannya. "Anak kelas Lo lagi kan pasti yang ngomong nggak-nggak?"

"Ga, Lo percaya nggak kalau di dunia ini tuh nggak ada orang goblok? Lo percaya, kalau masing-masing orang punya kemampuan istimewanya sendiri? Sekarang gini deh, Bintang pinter banget biologi kan? Tapi apa hebat dalam main basket kek Lo? Terus Abang Lo, dia emang hebat dalam hitungan, tapi coba Lo suruh main piano, bisa nggak?"

Raga Arga  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang