Di kediaman kim ,pagi ini sang bungsu kim tak mau beranjak dari kamarnya. Pemuda itu melingkarkan tubuhnya layaknya ulat yang tengah kedinginan. Matanya menerawang. Dan lihatlah kantung mata yang menghiasi wajah tampannya. Mungkin itulah alasan ia tak mau mengabsenkan diri. Akan jadi bahan olok-olokan kalau sampai sang kakak tahu. Taehyung berdecih, ia juga tak habis pikir kenapa sampai semalam sulit sekali tidur dan ia baru bisa tidur sekitar jam tiga.
Sebenarnya, hal yang sangat mengganggu taehyung adalah bagaimana mata coklat hazel milik somi menatap dirinya dengan pandangan antara takut dan terkejut. Namun itu memiliki efek yang sangat luar biasa. Mata itu seakan menghipnotisnya, menggodanya untuk memasuki dan menyelaminya. Apalagi ketika bibir mungil merah merona somi terbuka, menyebabkan hembusan nafas lembut menerpa permukaan bibirnya. Jujur saat saat itu jantungnya seolah dipacu meski ia tidak mau mengakuinya. Ingin rasanya ia mengecap bibir itu saat itu juga namun otaknya masih waras untuk tidak melakukan hal itu terlebih pada gadis gila? Big No!
Pintu diketuk, diluar seokjin membawa nampan yang berisi roti dan segelas jus kesukaan sang adik. Merasa tak ada sahutan, seokjin mencoba memutar knop pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia masuk dan netranya melihat keadaan yang tidak biasa dari sang adik. Diletakkannya nampan di nakas sebelum bicara.
"Ada apa denganmu?" tanya seokjin sukses mengembalikan segala terawangan taehyung
"Bukan urusanmu" ketusnya
"Kau tidak sedang mengidap penyakit yang orang timur sebut galau kan?" goda seokjin
BUAKHH , bantal taehyung sukses mengenai kakaknya
"Kau pikir aku ini perempuan heh!"
"Ups. Maaf saja, tapi dari dulu aku memang tak pernah mengharapkan adik laki-laki" jawab seokjin asal
"Dan sayangnya aku laki-laki! Tch! Kau menyebalkan!" umpat taehyung
Seokjin malah terkekeh. Taehyung sudah duduk seraya membuang muka. Segaris rona merah menjalar di pipinya. Tapi tak ada siapapun di belahan dunia ini yang akan menyadari hal itu kecuali sang kakak.
Hei asal kalian tahu, seokjin adalah dokter psikolog di rumah sakit keluarganya, hal macam ini sangat sepele. Ia juga bisa menangkap kantung mata hitam di mata taehyung. Sebuah seringaian pun tersungging di wajahnya. Matanya sedikit menyipit menatap sang adik.
"Hoh, begitukah?" goda seokjin lagi membuat mata taehyung memicing
"Jangan menatapku seperti itu, tae. Kau seperti mimi peri yang tengah dimabuk cinta saja" goda seokjin kemudian melesat pergi dan segera menutup pintu sebelum taehyung melemparinya perabotan. Diluar kamar, iapun kembali berteriak
"Rona merah di pipimu itu menjelaskan semuanya, tae" teriak seokjin dan kabur dengan kekehan yang menggelitik perutnya
Sepeninggalan kakaknya, taehyung mendengus. Wajahnya memerah, bukan karena malu. Tapi karena kesal tingkat akut. Sepertinya dirumah ini yang memiliki tingkat kewarasan maksimal hanya dirinya selain sang ayah. Karena kakak dan ibunya perlu dipertanyakan. Ia jadi heran kenapa bisa keluarganya mendirikan rumah sakit bahkan ayah dan kakaknya spesialis psikologi. Diusapnya wajahnya kasar, kalau saja bukan karena somi ia tidak akan jadi seperti ini. Semua salah somi.
"Aku benci dia" gumamnya
🌷🌷🌷
Hari senin , Jungkook memarkirkan Mercedenz benz milknya disamping Huracan Dark Blue yang sudah ia ketahui pasti siapa pemiliknya. Taehyung duduk di bagian depan mobil. Kedua tangannya dimasukkan kedalam kantung, dan hal yang tidak pernah absen darinya adalah headset putih yang selalu bertengger di sekitar lehernya. Bola mata hitam itu menatap jungkook tajam. Jungkook yang sudah berdiri di pintu jok belakang terdiam, somi yang tak mengerti membuka pintu mobil itu namun tiba-tiba jungkook sudah menutupnya kembali dengan kasar. Seolah tidak mengizinkannya untuk keluar. Jungkook-pun mendekat ke arah taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT A DOLL | SOMKOOK (END)
FanfictionJeon Somi adalah gadis yang lekat dengan kata "berbeda". Karena suatu kejadian ,ia memiliki gangguan mental yang orang awam menyebutnya GILA. Banyak Rahasia yang terkubur di balik alasan kegilaannya. Gadis itu hidup di balik bayang-bayang sang kakak...