抖阴社区

| 10 |

143 75 45
                                        

Sore harinya, semua peserta sudah berkumpul di ruang tengah. Duduk melingkar dengan buku-buku yang masih setia berada di samping mereka. Belum ada yang membuka pembicaraan. Mereka hanya saling melirik satu sama lain.

Dean yang merasa lelah dengan situasi seperti ini memilih untuk membuka suara terlebih dahulu. "Jadi, besok gimana?"

Mereka kembali melirik satu sama lain. Berpikir akan seperti apa acara besok. Vio mengacungkan tangan. "Kita bikinnya kayak acara sekolah biasa aja. Jumlah kita semua gak jauh beda juga, kok, sama total siswa di sekolah. Palingan setengahnya aja."

Mendengar saran Vio, yang lain hanya mangut-mangut paham. "Tapi, siapa yang mau jadi panitianya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut salah satu peserta asal Sumatra Utara.

"Kita saling bahu-membahu aja. Panggung dan sebagainya juga udah disipain. Lebih fokus ke provinsi masing-masing. Atau mau gabung lagi?" tanya Aldrich.

Elie ikut bersuara. "Gak ribet kalau kita pecah lagi? Kali ini fokus dengan provinsi masing-masing aja, deh."

"Iya, gitu aja. Gak usah cari ribet," celetuk salah satu peserta asal Kalimantan Barat.

Dean mencatat satu keputusan yang udah diambil. "Oke, selanjutnya kita mau nampilin apa dengan waktu latihan satu hari? Sama jumlah penampilan maksimal untuk setiap provinsi berapa?"

Banyak dari mereka yang mengusulkan untuk maksimalnya 2 saja dan menjadi keputusan final. Untuk pertanyaan yang satu lagi, mereka semua hanya bisa menghela. Waktu latihan yang hanya satu hari bisa menampilkan apa? Persiapannya begitu singkat.

Melihat para peserta yang kebingungan, Dean menginstruksikan untuk diskusi dengan teman-teman yang satu provinsi. Saat makan malam nanti kasih keputusan dari setiap provinsi.

Mereka berpencar dan saling mendiskusikan untuk penampilan besok. Termasuk tim DKI Jakarta. Mereka mengambil tempat di gazebo dekat kolam renang.

"Kita kan udah pada sering bikin acara beginian. Mau nampilin apa?" tanya Rena dengan pandangan yang diedarkan ke seluruh ruangan.

Kiera menampilkan senyuman usilnya. "Ngulang sejarah aja, Swaeden X LABS."

Saran dari Kiera membuat pandangan mereka tertuju ke arah Aldrich dan Elie yang duduk berseberangan. Aldrich yang tahu maksud pandangan itu mendengus. "Gak ada. Gue gak mau."

Elie yang masih belum nyambung menampilkan ekspresi bingungnya. "Ini ngomongin apaan?"

Caca mendengus. "El, kapan lo cepet nyambungnya? Ketos, kok, lola."

Ucapan Caca menghadirkan tawa kecil di antara mereka. Benar adanya jika Elie sedikit lama untung nyambung dengan topik. Walaupun Elie dijuluki sebagai Einsteinnya LABS, tetap saja ia memiliki masa-masa di mana otaknya berjalan lebih lambat di saat yang bisa dikatakan kurang tepat.

"Itu, waktu lo sama Aldrich nampilin modern dance pas acara gabungan tahun lalu." Dengan baiknya Nada menjelaskan apa maksud mereka semua.

Elie ber-oh ria. Walaupun setelah itu dia mendengus. "Gak, ah. Sakit pinggang gue kalau dance kayak gitu. Lagian, gue udah agak lupa sama koreonya."

Devan mengatakan hal yang cukup membuat Aldrich ingin menggeplaknya. "Bukannya kalian sering latihan dance yang kayak begitu? Lagian baru 7 bulan, masa udah lupa."

"Pada malu-malu kucing ini." Tio membenarkan perkataan Devan yang bisa dibilang logis.

Elie dan Aldrich memiliki kisah yang panjang dan melengkapi satu sama lain. Kisah mereka sudah sangat terkenal di yayasan. Belum lagi posisi mereka yang sama-sama ketos dari sekolah masing-masing.

HSM 1: OLYMPIADS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang