抖阴社区

45. Tak tentu

13K 706 72
                                        

Happy reading !

.

.

"MBOK!!! TEH PANAS MBOK, CEPET!!!" Angkasa di baringkan di sebuah saung yang lumayan besar, ia masih memegangi perutnya yang terasa sakit.

Orang yang dipanggil 'Mbok' tadi berjalan dengan tergesa-gesa sambil membawa gelas di tangannya, ia langsung memberikannya pada Angkasa lalu menatap laki-laki itu dengan khawatir, tak biasanya laki-laki konyol itu merintih kesakitan seperti ini.

"Atuh makanya aden-aden teh jangan berantem terus!" Ucap si Mbok, Reynald hanya tersenyum lalu mengusap pundak wanita paruh baya tersebut.

"Kita juga gak mau berantem, Mbok. Cuma itu aja si Pindra ngajak perang mulu!" Si Mbok hanya tersenyum lalu masuk ke dalam, Xavier menyodorkan gelas itu ke mulut Angkasa, membantu laki-laki itu minum meskipun hanya sedikit.

"Yang laen kalo mau balik, balik aja gapapa." Suruh Ardana, karna banyak juga anggotanya yang babak belur, tapi untung saja organ mereka masih lengkap dari atas kepala sampai bawah kaki.

"Nggak! Kita bakal disini sampe Angkasa bener baik-baik aja," Ujar salah satu anggota Arsavigald dan diangguki oleh Ardana, solidaritas memang sangat mereka junjung tinggi. Solidaritas, harga mati.

Pasti tau dong apa arti dari 'Harga Mati'? Kalo gak tau, cek google sana...

"Gimana, Sa? Perut lo masih sakit?" Tanya Reynald, Angkasa bergeleng dan yang lain bernapas lega, syukurlah.

"Emang dia mukul lo dimana si, Sa?" Tanya salah satu anggota Arsavigald.

"Mana gue tau."

~~~

Hana tak tau harus bagaimana, kabar kehamilannya udah terdengar seantero sekolah, bagaimana ini?

Tiba-tiba saja kaki Hana terarah ke Markas Brandal, ia harus meminta tolong pada Vindra! Ya, hanya itu jalan satu-satunya.

"Vin?" Panggil Hana, Vindra menoleh lalu berjalan menghampiri Hana.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Vindra dengan nada sedikit tidak suka.

"Hamilin gue!" Vindra membelalakan, gadis ini gila? Disaat perempuan-perempuan lain menjaga mahkotanya, tetapi gadis ini malah menyerahkannya? Astaga Hana, kamu ini kenapa?!

"Lo gila? Cewek di luaran sana ngejaga mahkotanya sedangkan lo?" Tanya Vindra, terdengar nada mengejek di sana.

Hana juga tidak mau seperti ini, namun harus bagaimana lagi? Ia tak tau harus bagaimana, ia terjebak dalam permainannya sendiri! Ketika senjata sudah makan tuan begini, harus bagaimana lagi?

"Please.. Gue udah ngomong sama Ardana kalau ini anak dia, padahal gue gak hamil sama sekali! Bantu gue, Vin! Gue kejebak permainan yang gue buat sendiri..." Hana terduduk, kakinya lemas, matanya memanas.

"Gak!" Tolak Vindra.

"Gue tau lo benci bahkan dendam sama Ardana, dan lo tau? Kelemahan Ardana itu Alya! Kalo gue ngomong ke Alya, gue ngandung anaknya Ardana, otomatis Alya akan jauhin Ardana. Dan kalau Ardana udah di posisi terburuknya, lo juga yang enak!" Vindra menimang ucapan Hana, ada benarnya juga, bagaimanapun juga melihat musuh sengsara, menyenangkan bukan?

"Oke." Hana tersenyum, Vindra menarik Hana masuk ke dalam kamar, dikuncinya pintu kamar itu dan...

Ya gitu.

ARDANA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang