!!WARNING!!
•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Ada beberapa scene yang terinspirasi dari sebuah film yang pernah author lihat.
•Selain itu alur lainnya murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.~Selamat Membaca~
"Hali?" Tanya pria tua yang kini sedang berdiri diambang pintu kamar Halilintar, Tok aba.
Yang dipanggil namanya tidak merespon, dirinya sibuk berbicara didepan kotak antik miliknya itu_
Tunggu? Halilintar bicara dengan sebuah kotak? Tidak tidak, apa mungkin dia berbicara dengan sesuatu yang ada didalam kotaknya?
Tok Aba memilih untuk tetap diam, dirinya fokus mendengarkan apa saja yang sedang dibicarakan Halilintar saat ini.
"Tapi, kenapa kau melakukan itu? Mereka semua jadi mengira aku yang melakukannya."
"Tidak aku tidak menyalahkanmu, hm m-maaf kalau makanmu terganggu tadi."
"Kalau boleh..a-ku ingin bertanya s-sebenarnya kau itu apa dan siapa? Kenapa kau tidak pernah mau menunjukan dirimu padaku?"
"I-iya aku tahu kau temanku, tapi-"
"Ah maaf, maaf tentang ngengat-ngengatmu itu, keluargaku- hah? Apa? Seseorang?"
Dengan gerakan tiba-tiba Halilintar langsung menoleh kearah belakang tepat dimana pintu kamarnya berada setelah ia mengucapkan kalimat akhirnya.
Beruntunglah tok Aba yang masih sempat bersembunyi saat Halilintar mengucapkan kata 'seseorang' tadi.
"Tidak ada siapa-siapa" Ucapnya lagi bingung.
"Astagfirullahadzim, Hali bicara dengan siapa tadi? Apa yang ia lihat? Dan apa maksudnya teman??" Tanya Atok panik pada dirinya sendiri yang kini sudah berada didalam kamarnya.
"I-ini tidak benar a-aku harus melakukan sesuatu untuk cucuku Hali. T-tapi aku harus beritahu Amato dan yang lainnya dulu. Ah tidak, tidak perlu biar aku saja yang melakukannya s-sendiri." Ucap Atok mantap setelah dirinya sibuk berdebat dengan fikirannya sendiri.
"Tok kami pergi dulu ya." Ucap Gempa pada atoknya seraya menyalami tangannya diikuti oleh saudaranya yang lain.
"Ya hati-hati dijalan"
"Nah kalian tunggu saja dimobil ya" Titah Haya pada ketujuh putranya itu.
Mereka hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.
"Aba, aba yakin tidak mau ikut?" Kini Amato yang bersuara.
"Iya, atok dirumah saja lagipun pinggang atok sedang sakit. Rasanya ingin beristirahat saja" Jawabnya dengan terkekeh kecil.
"Hm baiklah, kalau ada apa-apa Aba telefon saja aku ya, kami pergi dulu Aba, jaga diri baik-baik ya. Assalamualaikum"
"Hehehe, ya waalaikumsalam."
Oke, ini adalah kesempatan yang bagus untuk Tok Aba. Kenapa? Karena, dirinya mau mencari tahu tentang kotak milik cucunya itu. Sebenarnya dihari libur ini mereka semua itu tidak ada rencana kemana-kemana, hanya saja atoknya itu menyarankan mereka untuk pergi ke sebuah museum arkeologi yang baru dibuka beberapa hari yang lalu.
Solar dan Blaze yang mendengarnya pun langsung bersamangat untuk pergi kesana pasalnya mereka memang ingin sekali melihat-lihat museum baru itu. Amato dan yang lainnya pun setuju dengan saran tok aba itu terkecuali Halilintar.
Anak yang satu itu bersih keras menolak untuk ikut, tapi dirinya dipaksa oleh adik-adiknya. Bahkan mereka semua bersusah payah mengeluarkan jurus puppy eyesnya hanya agar Halilintar bersedia ikut dengan mereka. Dan ya, hal itu berhasil.
Untuk Amato dan Halilintar, mereka sudah akur sekarang kalau kalian bertanya.
Kini tok aba sedang menaiki tangga sambil membawa sebuah palu berukuran sedang ditangannya. Dirinya berjalan perlahan menuju kamar Halilintar.
Tap
Tap
Tap
Tap
Baru saja ia hendak membuka pintu kamar tersebut, dari dalam sana dirinya seperti mendengar suara seseorang yang sedang melantunkan suatu nyanyian yang...aneh menurutnya. Kenapa? Karena bahasanya yang tak dapat dimengerti.
Memantapkan hati dan fikiran Tok Aba akhirnya memberanikan diri untuk masuk tak lupa dirinya juga membaca surat-surat pendek atau do'a-do'a keselamatan.
Ceklekk
Krrieett
Berjalan secara perlahan sambil terus membaca sebuah do'a, tok Aba menghentikan langkahnya tepat dihadapan kotak antik cucunya yang tersimpan diatas meja belajar, dan benar saja asal suara yang sedang menyanyi tadi itu memang dari dalam kotak tersebut. Oke, kini nyanyian yang sedari tadi didengarnya berhenti digantikan dengan suara teriakan yang begitu memekikkan telinga siapa saja yang mendengarnya.
"GAHH!AAARRGGGHHHHH!!!!!!!WAAAAAAAAAAAAAKKKKKKHHHHHH"
"BISMILLAHIROHMANNIROHIM, SIAPAPUN YANG BERADA DIDALAM SANA PERGILAH! JANGAN KAU MENGGANGGU CUCUKU DAN KELUARGAKU!!" Teriak tok Aba yang hendak menghancurkan kotak tersebut dengan palu yang sedari tadi ia genggam
BRUGHH!
Dijatuhkannya palu yang ia pegang tadi, saat ini tok Aba tiba-tiba saja mati rasa, ia sama sekali tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya.
Dan dengan tiba-tiba iris mata tok Aba yang berwarna coklat madu itu berubah menjadi putih total, mulutnya kini menganga lebar dan kepalanya yang mendongak keatas. Kalian tahu seluruh badannya menjadi kejang-kejang sekarang, lalu terdengar juga bunyi beberapa retakan tulang patah yang berasal dari kedua tangan dan kakinya.Dan entah darimana dan siapa yang melakukannya, tubuh tok aba dihempasnya kasar kearah tembok yang berada dibelakangnya, lalu dirinya dibanting keras kearah kanan dan kiri secara berulang kali.
Retakan demi retakan tulang semakin terdengar beriringan dengan tubuhnya yang masih setia dibanting ke segala arah.Dan terakhir dengan tak disangka tok Aba dihempasnya kearah pinggir meja belajar Halilintar yang tentu saja menyebabkan kepala tok Aba terbentur keras pada ujung pinggir meja belajar tersebut.
DUAGHH!
Dan tergelataklah dirinya dengan banyaknya darah yang mengalir dari kepala, hidung, mulut, dan dari tangan kakinya yang luka akibat benturan keras yang ia dapati.
Tok Aba masih memiliki sedikit kesadarannya, tubuhnya yang terbaring lemas diatas lantai yang begitu dinginnya menggeliat kesakitan sebelum akhirnya kegelapan menghampiri dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Possession [END]
Horror[FANFICTION] Dalam keluarga yang penuh dengan perbandingan dan perlakuan yang tidak adil, seorang pemuda kembar terdorong untuk mengambil langkah ekstrem yang merugikan saudaranya sendiri. Pertanyaannya adalah, siapa yang harus disalahkan? Apakah or...