"Gimana keadaan lo?" tanya Arvelyn yang duduk tepat di samping brankar Ardiana.
"Gue baik - baik aja, gak usah lebay!" balas Ardi datar, Arvelyn terdiam sejenak saat mendengar balasan Ardi.
"Ver kecelakaan, Vio yang bilang!" ujar Sasya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Arvelyn.
Ardi terkejut namun, dirinya menyembunyikan wajah terkejutnya di balik raut wajah dinginnya. Tanpa memikirkan apa pun, Ardi langsung turun dari brankar dan berjalan keluar.
"Woi! Ardi, mau kemana lo? Lo masih sakit," teriak Zidan saat melihat Ardi berjalan keluar dari ruang rawat inap.
"YANG SAKIT LENGAN GUE! DAN KAKI GUE GAK LUMPUH," balas Ardi tak kalah kerasnya dan terus berjalan menuju resepsionis.
"Permisi, saya mau tanya!" ujar Ardi, sang suster mendongak dan langsung tersenyum ke arah Ardi.
"Nona Ardi, ingin bertanya apa?" balas sang suster.
"Alviano Vercenzo Brunatte, ada di ruangan mana?" tanya Ardi sambil menahan rasa sakit yang ada dilengannya.
"Sebentar saya carikan dulu," balas sang suster.
"Di ruangan mawar nomer 1, VVIP!"
Ardi yang sudah mengetahui kamar inap milik Ver langsung berlari begitu saja, Ardi berjalan mencari kamar inap Ver. Saat sudah ketemu, Ardi langsung membuka pintu dengan kasar.
Tanpa menyadari, jika di dalam ada kedua orang tua Ver dan Vio. "Ver!" panggil Ardi khawatir, Ver terkejut saat melihat Ardi.
"Ardi, kok kamu disini? Leng-"
"Oh jadi ini Ardiana! Jadi kamu penyebab putra saya kecelakaan?! IYAA! Gara - gara kamu, anak saya hampir mati!" bentak Florenza (mama Ver), Ardi terdiam kaku saat mendengar dan melihat Florenza.
"Mama," tanpa sadar Ardi menyebut Flo 'mama' air mata Ardi mengalir tanpa diizinkan oleh yang punya mata.
"SIAPA MAMAMU! GARA - GARA KAMU ANAK SAYA HAMPIR MATI!" bentak Flo, Ardi tersadar dan langsung menghapus kasar air mata yang mengalir.
"Maaf, saya salah kamar! Permisi," ujar Ardi dan langsung berbalik berniat pergi namun, Flo menahan tangan Ardi.
Ardi menghempaskan dengan kasar tangan Flo dn langsung berlari pergi, gadis itu sudah tak memperdulikan luka di lengannya. Sementara Ver, pria itu terdiam saat Ardi melihat wajah mamanya.
Sebenarnya apa yang di sembunyikan oleh pria itu? Jika Claresta masih hidup, mengapa Ver tega menyembunyikan semua itu?
Ardi berlari keluar dari rumah sakit, gadis itu menghentikan sebuah taksi dan langsung memberitahu sang sopir tujuannya. Ardi termenung di dalam mobil, dirinya kembali mengingat wajah Flo yang begitu mirip dengan sang mama.
Claresti memang kembaran Claresta namun, wanita itu sudah lama pindah dan Ardi jarang berkomunikasi. Saat sampai di tempat tujuan, Ardi langsung membayar dan berjalan masuk ke sebuah bangunan.
Semua orang yang melihat Ardi langsung menunduk hormat. Yaa, kalian tahu sendiri Ardi sedang ada dimana, markas. Ardi memanggil Meilani, salah satu tenaga medis di markas.
"Mei, tolong bersihin luka saya!" titah Ardi, Meilani mengangguk lalu mengambil kota P3K.
"Lengan nona mengapa terluka? Ulah Dirga?" tanya Meilani sopan, Ardi mengangguk.
"Sudah nona, ini obat pereda nyeri." ucap Meilani sambil memberikan setablet obat pereda nyeri, Ardi mengangguk dan langsung mengambil obat tsb.
Setelah itu Ardi berjalan menuju ruangannya, Ardi membuka ruangan yang sudah lama tak ia kunjungi. Masih sama, semua tata letak tak ada yang berubah.
Ardi berjalan ke arah meja lalu membuka laptop yang ada di atas meja, Ardi mencari informasi tentang Florenza. Cukup sulit mencari informasi tentang Florenza karena, informasi tentang wanita itu sangat tertutup.
Tak lama kemudian Ardi menemukan informasi tersembunyi tentang wanita yang sangat mirip dengan mamanya itu, saat tahu kebenarannya Ardi langsung menangis. Tak percaya dengan apa yang ia baca.
"M-mama? I-itu mama?" tanya Ardi kepada dirinya sendiri, gadis itu menggeleng tak percaya. Tangisan Ardi semakin kencang, ia tak perduli apakah anak buahnya akan mendengar tangisannya atau tidak.
Sekarang yang ia pikirkan hanya, Flo. Apakah wanita itu Claresta? Atau bukan, tapi dari informasi yang ia dapat Flo adalah Claresta.
"Kalau memang benar itu mama, Diana mohon! Temui Diana saat ulang tahu, Diana yang ke - 17 ma!" gumam Ardi dengan napas sesak.
***
"Dari mana kamu, dek? Pake lari dari rumah sakit segala," tanya Arga saat melihat Ardi memasuki mansion, Ardi mendongak menatap para saudaranya dengan tatapan kosong.
"Diana, sayang! Kamu kenapa, nak?" tanya David mendekat ke arah putrinya, Ardi menatap David lalu memeluk papanya itu.
Ardi menangis tanpa suara di dalam pelukan sang papa, David merasakan bajunya basah. Ia tahu putrinya sedang memangis namun, dirinya tak tahu mengapa putri cantiknya ini menangis.
"Ardi," panggil Vio, Devina, dan Riyana namun Ardi tak menoleh sedikitpun.
"Diana pengen sendiri pa, Diana cape!" ucap Ardi dan langsung melepaskan pleukan papanya, David mengangguk mengerti.
"Baiklah, istirahat yaa!" balas David, Ardi mengangguk.
Ardana yang malihat mata sebam Ardi, tahu jika sng adik habis menangis. Ardana mengikuti langkah Ardi menuju kamar gadis itu, saat Ardi ingin menutup pintu kamar Ardana menahannya.
"Biarin abang masuk, abang tahu kamu butuh sandaran!" ujar Ardana, Ardi mengangguk dan membiarkan Ardana masuk.
Setelah Ardana masuk, Ardi langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ardi berlari memeluk Ardana, Ardana tersenyum lalu membalas pelukan snag adik.
"Kamu kenapa? Hm. Cerita sama abang," tanya Ardana sambil mengelus surai hitam milik adiknya.
"Abang percaya gak kalau mama masih hidup?" tanya Ardi, Ardana sempat terkejut saat mendengar pertanyaan Ardi.
"Kamu ngomong apa sih dek? Jelas - jelas mama sudh meninggal 1 tahun yang lalu," balas Ardana yang tak percaya dengan ucapan sang Adik.
"Bang, temenin Ardi sampe tidur yaa?" pinta Ardi, Ardana tersenyum lalu mengangguk.
"Iyaa, sayang! Ayo tidur," balas Ardana, Ardi mengangguk dan mulai memejamkan matanya.
Karena kelelahan, tak butuh waktu lama untuk Ardi tertidur. Ardana yang menyadari jika adiknya sudah tidur, langsung membaringkan tubuh gadis itu dan juga ikut berbaring di samping sang adik.
"Selamat tidur adik, abang yang cantik! Jangan buat abang khawatir, abang cuma punya kamu!" ucap Ardana lembut dan ikut terlelap di samping Ardiana.
Hii! Guyss, saya harap kalian baca ini.
Kisah cinta antara Ardana dan Arvelyn sudah saya buat terpisah kalian bisa cek di profil author yang berjudul 'Ardlyn'
Vote dan komen kalian adalah semangat untuk Author, thanks pren!
Wah, wah! Sebenarnya Resta masih hidup gak sih? Kok Ardi sampai kayak gitu, menurut kalian gimana?
.
.
.
.
.
Vote!