抖阴社区

Be Vanezero's Wife [END]

By Diiyaaanira

9.7M 674K 12.1K

Vanezero mendaratkan kecupan lembut di puncak hidung Sabrina. "Mulai malam ini kita tidur sekamar, ya? Boleh... More

WARNING
Prolog [Revisi]
1| Takdir Kampret
2 | Alaram Tanda Bahaya
3 | Tuan Vampir
4 | Adik Ipar
5 | Perkara Salep
6 | Penghuni Baru
7 | Si Pembuat Onar
8 | Cinta Segitiga?
9 | Saya Suaminya
11 | Salah Paham
12 | Milikku
13 | Mama Mertua
14 | Hari Menyebalkan
15 | Vanezero
16 | Permintaan Vanezero
17 | Kita Tidak Akan Bercerai
18 | Dua Vanezero Menyebalkan
19 | Siapa?
20 | Keinginan Vanezero
21 | Jangan Kemana-Mana
22 | Aku Lelaki Normal
23 | Takluk
24 | Mimpi Buruk
25 | Percayalah Padaku
26 | Kesepakatan
27 | Kamu Punya Permintaan?
28 | Iblis
29 | Kamu Mommy-nya Vanezero.
30 | Aku Minta Maaf
31 | Ucapan Selamat Dari Masa Lalu
32 | Maaf Mommy
33 | Jangan Lari Dariku, Ya?
34 | Aelius Berbuat Ulah Lagi?
35 | Drama Tengah Malam
36 | Sisi Gelap Adelio
37 | Sweet But Psycho
38 | Cemburu
38.1 | Mau Aku Bantu Nggak? (Sekedar Bonus)
39 | Wedding Party
40 | Wedding Berdarah
41 | Jawab atau Kamu Mati
42 | Memohon Untuk Mati
43 | Zara Kenanga
44 | Semoga Kalian Selalu Bahagia
45 | Aku Akan Mengajari Kamu Cara Menjadi Iblis
46 | Nasihat Vanezero
47 | It's Oke, Mommy
48 | Penebusan Dosa
49 | Latihan Sebelum Punya Anak
50 | Sebuah Pesan (END)
Epilog
They Drive Me Crazy
Zero or Vanezero

10 | Kekallah Kamu di Neraka

197K 15.5K 260
By Diiyaaanira

"Ayah pulang." Dengan wajah lelah, seorang lelaki berusia empat puluhan memasuki rumah. Ia harus pulang terlambat akibat insiden menyebalkan di kereta api. Beruntung ia akhirnya dapat bebas. Ya, ia hanya perlu memberikan sejumlah uang, dan manusia-manusia budak rupiah itu dengan cepat membebaskannya.

Semudah itu.

"Sayang?" panggilnya. Biasanya anaknya akan berlari menyambut kedatangannya. Tumben anak dan istrinya tidak terlihat.

"Sayang? Misa?"

Kakinya melangkah cepat memasuki rumah. "Saya-ha!" Langkahnya mendadak terhenti saat melihat anak dan istrinya tergeletak di bawah tangga. "Sayang! Misa!"

Panik langsung menderanya hingga ia melempar asal tas kerjanya dan berlari menuju anak dan istrinya. Belum sampai beberapa langkah, ia hampir terjungkal saat suara tembakan menggema di keheningan malam.

Dor!

Lampu besar di ruangan tersebut langsung pecah. Jatuh berserak tak karuan. Beberapa detik kemudian langkah kaki teratur terdengar mendekat.

Pelan sekali.

Semakin dekat, semakin lelaki itu ingin melarikan diri. Namun, kakinya seolah memaku, untuk bergerak pun tak berdaya.

Ia menahan napas saat sang pemilik langkah menampakkan diri. Berpakaian serba hitam, berkulit pucat, dan bermata merah.

Dia ... manusia?

Ketakutan langsung merayap ke seluruh tubuhnya. Ia bahkan lupa dengan anak dan istrinya. Satu hal yang ia pikirkan. Lari.

Kakinya terseret berjalan menuju pintu. Sosok mengerikan itu semakin mendekat, tangannya kembali terangkat.

Dor!

"Akh!" Lelaki itu langsung ambruk dengan kaki bersimbah darah. Namun, ia tak menyerah begitu saja. Dibanding rasa sakit, ketakutannya lebih besar. Ia kembali berusaha berlari, walau tertatih.

Dor!

Bunyi tembakan itu seakan membuat jantungnya berhenti. Namun, ia tak merasakan apa pun selain kaki kanannya yang terluka.

Riak wajah Vanezero semakin datar. Langkah kaki panjangnya terayun teratur, sama sekali tak berusaha mengejar mangsa yang semakin berlari ketakutan. Akan ia berikan ruang, hingga mangsanya merasa ia bisa melarikan diri. Kemudian saat ia memiliki harapan untuk hidup, Vanezero akan merenggut nyawanya.

Saat berhasil keluar rumah, dengan tergesa-gesa lelaki berpakaian hijau itu memasuki mobilnya.

Tangan gemetarnya membuka kunci. Tidak bisa hidup. Sial!

Bagaimana caranya melarikan diri? Sedangkan Vanezero telah terlihat melangkah menuju mobilnya.

Buntu. Ia mengunci mobil dan bersembunyi.

Vanezero mengikuti jejak darah yang tercecer dan berhenti di samping kemudi. Setelah menyimpan pistol pada ikat pinggang, ia mengambil besi panjang kemudian memukuli kaca mobil sampai hancur. Tidak lama, teriakan ngeri dan kesakitan bergema di keheningan malam.

Meski ada pun yang mendengar, tak ada yang berani untuk mendekat.

Vanezero menengadah dengan mata terpejam saat mencium aroma darah yang semakin pekat. Baunya menjijikkan. Hanya dengan satu kali tarikan, pintu mobil tersebut terbuka. Ia kemudian menarik kaki mangsanya yang telah tertelungkup tak berdaya.

Sayang sekali, masih hidup.

Gigi Vanezero gemeletuk menahan amarah. Ia ingin sekali mencabut tangan babi tersebut dari tubuhnya. Namun, jika ia lakukan mangsanya akan mati. Vanezero tidak ingin itu terjadi. Ia akan mengabulkan keinginan istri kecilnya, membuat babi itu mati terlindas kereta.

Tangannya yang dilapisi sarung tangan berwarna hitam menarik kaki yang tak lagi bergerak. Dalam sekejap jejaknya menghilang ditelan kegelapan.

Kemampuan yang lama tak ia gunakan, keistimewaan yang hanya dimiliki oleh keturunan dari vampir murni.

Teleportasi.

Sekejap kemudian sosoknya muncul di sisi rel kereta api. Ia kemudian melempar tubuh yang tak lagi berdaya itu ke tengah-tengah rel. Terbaring telentang, melintang.

"Berterima kasihlah, karena penderitaanmu akan segera berakhir."

Ia kemudian mundur beberapa langkah saat bunyi sirine kereta api terdengar nyaring. Berulang kali, saat menyadari ada seseorang terbaring pasrah untuk dilindas. Beberapa detik kemudian, darah menyembur, tubuh tersebut putus terlindas kereta.

"Kekallah kamu di neraka."

Setelah mengatakan itu, sosok Vanezero kembali menghilang.

***

Sabrina terkaget-kaget saat Aelius melewatinya-yang tengah menikmati makan malam-dengan grasah-grusuh. Air mukanya sangat tak santai saat bertatapan dengan Sabrina. Kontan saja, Sabrina yang tengah menyuap nasi itu dibuat terheran-heran.

Seharusnya ia loh yang marah, Aelius telah membuat ia kehilangan kesucian pipinya. Kesal dengan Aelius, Sabrina mengambil wadah lada dan melemparkannya hingga mengenai rambut pirang Aelius.

"Ups, maaf. Sengaja." Gadis itu menutup mulut dengan tangannya saat Aelius berbalik dan menyorotnya tajam.

"Kalau mau mengumpat, jangan ditahan." Sabrina tertawa mendapati raut kesal Aelius.

Cowok bermata biru itu pasti tengah mengumpatinya dalam hati. Aneh sekali Aelius tidak mengeluarkan kata-kata mutiara penuh hikmah miliknya.

Aelius bungkam, tangannya mengepal, matanya seakan ingin memotong-motong Sabrina menjadi sekecil dadu. Hanya sampai disana, Aelius langsung melengos dan berjalan menjauh.

"Dia kenapa? Apakah kepalanya terbentur sesuatu?" pertanyaan Sabrina hanya dibalas keheningan.

Gadis itu menghela napas. "Terserahlah, suka-suka Aelius deh, bodo amat."

Ia kembali melanjutkan makan malam. Sebenarnya terlalu larut untuk dibilang makan malam, tapi mau bagaimana lagi. Ia sampai di rumah jam delapan, mandi, kemudian menenangkan diri dan baru merasa lapar menjelang tengah malam.

Vanezero entah ke mana. Setelah mengantarnya, lelaki itu menghilang.

Tidak aneh sih, namanya juga suami jejadian.

***

Sabrina memijit kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Ia capek, tapi masih harus nugas. Mata kuliah yang sangat ia tidak sukai. Pemrograman Web.

Gadis itu menghela napas. Menatap layar laptopnya.

Syntax error.

Akibat tidak fokus, pekerjaan yang harusnya cepat berubah menjadi lambat akibat ia yang selalu typo. Entah salah ketik, atau lupa meletakkan titik koma di akhir baris program yang akhirnya berakibat sangat fatal.

"Kenapa diri ini harus jadi mahasiswa lagi ya Tuhan." Ia mendesah. "Sudah lah, kerjakan saja."

Waktu berlalu dengan cepat, jarum jam telah menunjuk ke angka dua saat Sabrina menyalakan printer untuk mencetak laporan praktikumnya.

Ia kembali menguap. Sabrina ingin membolos besok, ia akan beralasan sakit dan menitipkan laporannya pada teman.

Selesai dengan pekerjaannya, gadis itu dengan cepat melompat ke kasur. Tidak munggu lama, ia langsung tertidur.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar Sabrina dibuka perlahan. Sosok berbaju serba hitam masuk dengan hati-hati. Takut membangunkan gadis yang telah terlelap di dalam selimut tersebut.

Vanezero duduk di sisi kasur, menatap wajah Sabrina yang terpejam damai. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya ia akan sekacau itu saat melihat Sabrina menangis. Perasaan asing yang seakan membuatnya gila. Disebut apa perasaan ini?

"Aku sudah mengabulkan permintaanmu. Tidakkah kamu mau memberiku imbalan?" tangannya menyelipkan anak rambut Sabrina ke belakang telinga. Kemudian jarinya yang tak lagi tertutup sarung tangan menyusuri garis rahang dan berakhir di leher putih yang sangat menggoda untuk minta digigit.

Kalau Vanezero gigit pasti Sabrina akan terbangun.

Ia mengedarkan pandang ke sekeliling kamar yang berantakan. Printer tergeletak dilantai kamar, kertas-kertas berserakan, buku-buku penunjang mata kuliah tak dirapikan. Hanya laptop yang Sabrina aman ke atas meja.

Lelaki itu mengelus kepala Sabrina kemudian menatap jadwal kuliah yang gadis itu tempel di dinding kamar. Ia kemudian mengambil tumbukan kertas yang tersusun rapi di sisi laptop. Mencocokkannya dengan jadwal kuliah gadis itu, kemudian Venezero membawa kertas-kertas tersebut pergi.

Sama sekali tak berpikir, bahwa Sabrina akan kalang kabut saat mengetahui laporan praktikumnya hilang.

WARNING, bab ini memuat pembunuhan sadis, jika tidak kuat silakan scroll dengan cepat 🙂

Telaat, sudah dibaca 🙂

Sengaja, bab sebelumnya juga sudah aku kasih peringatan 😎

Sampai jumpa bab selanjutnya ....

Continue Reading

You'll Also Like

Double Blind By Alice Gio

Mystery / Thriller

1.8K 228 14
Warning content: 21+ ===== Lima tahun lalu, hidup Zara berubah selamanya ketika dia menjadi korban penculikan dan direnggut harga dirinya oleh pria m...
11K 707 41
-Bagaimana rasanya jika darahmu mengikat takdir dengan makhluk abadi?- *** "Kau milikku sekarang, Seraphina. Selamanya," ucap Dante dengan suara sedi...
1.2M 97.7K 42
Stop plagiat mulailah belajar menulis dengan pemikiran Kalian sendiri. jangan menjual karya orang lain hanya untuk kepentingan pribadi. Jadwal update...
527 10 42
Orang-orang yang mencari kebenaran ... tidak pernah pulang. Hingar bingar bergemuruh dari kejauhan. Ketenangan hanyalah janji manis. Ketakuta...