SAHABAT ✓

By delindanae

59.2K 3.9K 6

[END] Menceritakan tentang empat sahabat yang terlihat saling melengkapi dan terlihat tidak punya beban dihid... More

Prolog
Sedikit Perkenalan
01 : Basecamp
Disclaimer!
03 : Apartemen
04 : Keributan
05 : Ternyata
06 : Taman
07 : Lato-lato
08 : Malam Minggu
09 : Pulang
10 : Tidak Ada Kabar
11 : Kecurigaan
12 : Random
13 : Kafe 'Ceria'
14 : Kepanikan
15 : Sebuah Fakta.
16 : Penjelasan
17 : Bertemu
18 : Pasar Malam
19 : Pasar Malam 2
20 : Bukan Hantu
21 : Kejadian Tak Terduga
22 : Hari Bahagia
23 : Kejujuran
24 : Mencengangkan
25 : Sebuah Kejadian Menggemparkan
26 : Permintaan Maaf
27 : Kedatangan Seseorang
28 : Menginap di Rumah Angkasa
29 : PTSD
30 : Taman Belakang Sekolah
31 : Sebuah Kejujuran yang Mengejutkan
32 : Rumah Pohon
33 : Kecelakaan
34 : Duka Mendalam (END)
Ending : Selepas Kepergian Mereka
Promosi
Promosi
Promosi

02 : Hukuman

2.3K 170 0
By delindanae

-----
Happy reading.
-----

Langit terlambat masuk sekolah, gerbang pun sudah ditutup rapat. Itu artinya, dia harus mencari jalan pintas untuk masuk.

Ia ingat, lewat belakang. Disana ada sebuah pohon besar yang langsung terhubung dengan pembatas tembok yang menjulang tinggi.

Langit menaiki pohon tersebut dengan lancar tanpa kendala. Saat baru saja menapaki kakinya ke tanah, sebuah teriakan membuat Langit hanya mampu berdecak sebal.

“LANGIT! LO TELAT LAGI?!”

Itu teriakan Bumi yang sedang berpatroli dengan Angkasa dan anggota OSIS lainnya.

Perlu kalian ketahui, bahwa Angkasa merupakan ketua OSIS di SMA Kertajaya dengan Bumi sebagai wakilnya.

“Lo urus dia! Gue sama yang lain mau patroli ke arah barat!” perintah Angkasa yang diberi anggukan malas oleh Bumi.

Tanpa takut dengan aura dingin yang dipancarkan Langit, Bumi menyeret Langit ke arah kamar mandi siswa.

Di jalan Bumi tak berhentinya  mengomel seperti ibu-ibu.

“Lo tuh ya, gak ada kapok-kapoknya di hukum.”

“Perasaan pas gue patroli selalu elo yang melanggar aturan sekolah.”

“Kalau bukan sahabat gue, udah gue buang lo ke rawa-rawa.”

“Kali ini kenapa telat?”

Bumi menetralkan napasnya yang terengah akibat banyak mengomel tanpa jeda.

Langit mengernyit, merasakan kupingnya yang terasa berdengung akibat celotehan Bumi yang tepat disebelah kupingnya.

“Kesiangan.”

Dan jawaban singkat dari Langit membuat Bumi mengelus dada. Sia-sia rasanya dia mengomel panjang lebar, jika akhirnya hanya satu kata yang keluar dari Langit

Bumi mengepalkan tangannya merasa greget. “Ish, kesel gue sama jawaban lo.”

Mereka sudah sampai di area toilet. “Karena gak ada hukuman lain, lo bersihin ini semua toilet sampai bersih, kinclong dan mengkilap,” jelas Bumi.

“Ogah,” balas Langit disertai decakan malas.

“Oh.” Mata Bumi memicing. “Lo mau gue laporin ke guru BK?!”

Lagi-lagi Langit berdecak. “Dasar malika. Bisanya ngancem.” Akhirnya, lumayan panjang juga ucapan yang dilontarkan Langit.

“APA?!” Bumi membelalakkan matanya. “Lo manggil apa gue tadi?” tanyanya menuntut.

“Malika,” jawab Langit datar.

“Sialan lo.” Bumi menjambak surai hitam legam Langit. “Gue gak mau tahu, pas gue balik kesini, ini toilet harus udah bersih!” Setelahnya Bumi pergi meninggalkan Langit.

Langit meringis merasakan jambakan Bumi yang masih teras berbekas, padahal orangnya sudah pergi menjauh. Kepalanya terasa sedikit berdenyut.

“Dasar malika!”

***

Kita ke sisi Angkasa.

“Kalian kearah kanan, gue ke kiri!” perintah Angkasa kepada kedua anggotanya.

Angkasa berjalan secara santai, sambil sesekali kepalanya menengok kanan-kiri. Memastikan apakah ada hal yang mencurigakan atau tidak. Seperti siswa yang telat, bolos ataupun hal lainnya yang menjurus ke hal yang bersifat melanggar.

“Angkasa!” Sebuah panggilan menginterupsi perjalanan Angkasa.

Angkasa menoleh ke arah kanan, tepat kearah kelas yang ditempati Bumi dan Bintang.

Disana berdiri guru mata pelajaran matematika bernama bu Santika. Disebelahnya ada Bintang yang mencoba melepaskan cengkraman ditangannya.

Angkasa menghampiri. “Ada apa Bu?” tanyanya sopan.

“Saya serahin murid nakal ini sama kamu.” Bu Santika menggeser Bintang secara perlahan. “Dia ketahuan bermain ponsel saat jam pelajaran saya.”

Angkasa mengangguk. “Baik Bu.”

Selepas kepergian bu Santika, Angkasa menatap tajam sahabatnya.

Bintang yang sedang mengecek pergelangan tangannya mendongak. “Apa lo? Mau gue colok itu mata?!”

“Ikut gue lo!” perintah Angkasa tegas.

Ia mendesis, tadi Langit, sekarang Bintang. Untung saja Bumi dulu ia rekrut jadi waketos, kalau tidak, bisa saja Bumi juga seperti kedua sahabatnya. Secara kan Bumi sebelas dua belas dengan Bintang.

Mereka berdua sampai di lapangan utama sekolah. Suasana lapangan terlihat sepi karena masih jam pelajaran. Di pojok kanan dekat pohon rimbun, terdapat beberapa orang siswa laki-laki yang sedang di strap oleh Bumi dan beberapa anggotanya.

“Hormat ke tiang bendera sampai jam istirahat.”

Tanpa melawan, Bintang menjalankan hukumannya.

Angkasa berjalan ke sisi lapangan. Sebenarnya ia tidak mau memberikan hukuman kepada para pelanggar, menurutnya itu tidak akan ada efek jera. Tapi mau bagaimana lagi, peraturannya sudah turun-temurun dan tidak bisa dirubah.

“HAHAHA, kena hukuman juga lo,” ledek Bumi pada sahabat sepergelutannya itu.

Bintang hanya berdecak kesal dan menghujani Bumi dengan tatapan tajamnya.

“Kenapa dia Sa?” tanya Bumi penasaran.

“Ketahuan main hp di kelas.”

“Makanya kalau lagi belajar itu jangan main hp,” ucap Bumi tak henti-hentinya meledek Bintang yang sudah terlihat semakin kesal.

“Kalau belajar yang bener lo.”

“Dasar pen---”

Bug

“Akh kepala gue!” pekik Bumi saat sebuah sepatu melayang pada kepalanya.

Pelakunya Bintang yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

“Mampus lo.” Itu Bintang.

***

Angkasa, Langit dan Bintang memperhatikan cara makan Bumi yang terlihat terburu-buru. Meja mereka terlihat begitu banyak macam-macam makanan. Ada nasi goreng, bakso, cilok, gorengan dan batagor, tak lupa minumannya. Dan itu semua adalah pesanan Bumi.

Bintang sedikit bergidik saat melihat Bumi menyuapkan sesendok nasi goreng, beserta gorengan setelahnya memakan batagor. Membuat pipi Bumi mengembung penuh

Mereka sedang berada di kantin sekolah yang sudah terlihat ramai karena ini jam istirahat.

“Lo kenapa sih buru-buru banget?”

Disela-sela kunyahannya Bumi menjawab, “Laper banget gue. Tadi pagi gak sarapan.”

“Tapi gak perlu buru-buru juga, keselek baru tahu rasa,” timpal Angkasa.

“Gak akan, tenang aja,” balas Bumi santai. “Kalian jangan lihatin gue kayak gitu! Kayak gak pernah lihat gue makan aja. Udah fokus aja sama makanan kalian!”

Oke, mereka melupakan satu hal. Bumi itu kan hobi makan, semua makanan akan ia masukkan ke mulutnya. Tak perduli sebanyak apapun makanan itu. Selama dia belum merasa kekenyangan, maka ia tidak akan berhenti.

Uhuk uhuk

Nahkan, baru saja diperingati Angkasa, Bumi keselek juga jadinya.

Langit yang memang terduduk di sebelah Bumi lantas memberikan minum kepada pemuda itu.

“Gue bilang juga apa, bebal banget lo.”

“Hehe,” cengir Bumi saat sudah menandaskan minumnya.

_______________________________________________
TBC

Thank you.

 

 

 

Continue Reading

You'll Also Like

13.9K 1.7K 24
Special Zhong Chenle Birthday Project 2022, "Just don't overthink too much, just live happily. This is your own life, of you're happy that's enough."...
29.3K 1.4K 34
WARNING!! Baca desk dulu ya.. Jangan siders jadi janlup vomentnya Mark: Selalu jadi adik-adik kesayangan gue!! Renjun: Gue seneng jadi bagian dari k...
60.3K 3.2K 38
[END] Raga tahu, kesalahannya di masa lalu itu sangat fatal. Namun, mengapa? Mengapa harus Ayahnya yang membencinya? Disaat yang dirinya punya hanya...
1.9M 48.9K 9
[NEW VERSION] [Na Jaemin Fanfiction] WARNING!! MEMBACA CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN PENYAKIT JANTUNG DAN BUCIN SECARA BERLEBIHAN! Dijodohin sama kaka...