Hello pemirsah,,ane comeback!!!
Vote dulu pemirsah⭐
Oke lanjut..
Selamat membaca
Hari sudah mulai gelap, Rion membereskan buku-bukunya. Bersiap untuk pulang. Setelah Tara pergi tadi, ia masih melanjutkan mengulang pelajaran yang dirasanya belum paham.
Ia berjalan keluar dari cafe setelah membayar menu yang dipesannya tadi. Saat akan memakai helmnya, tiba-tiba kerah baju belakangnya ditarik oleh seseorang. Menyeretnya menuju ke belakang rumah kosong yang berada di samping cafe. Rion berusaha melepaskan tarikan itu, dia merasa tercekik. Sakit sekali.
Sesampainya di sana orang itu melepas tarikannya dan menghempaskan tubuh Rion ke dinding rumah.
Rion masih mengatur nafasnya, lehernya terasa sakit. Ia mendongak lalu menatap tajam orang itu. "Akara,"desisnya.
Bugh
Satu bogeman hinggap di pipi Rion. "Masalah Lo itu sama gue, gak usah libatin Tara!"tekan Akara.
"Gue gak ada niat buruk, loh. Gue cuma mau dekat aja sama Tara. Keknya dia asik,"ucap Rion. Sudut mulutnya muncul membentuk seringaian kecil.
Kedua tangan Akara mengepal kuat. "Gue seret Lo kesini cuma mau bilang. Jangan pernah libatin Tara dalam masalah kita. Sampai gue tau Lo sakitin dia, gue gak akan lepasin Lo!"tutur Akara lalu pergi dari sana.
Rion menatap benci Akara. "Kita lihat aja nanti. Siapa yang bakal sakitin Tara?!"gumamnya.
~000~
Akara kembali ke tempat ia memarkirkan motornya tadi. Akara celingukan mencari keberadaan motornya. "Perasaan tadi gue parkir disini, dah. Kok kagak ada?!"gumamnya.
Pritt
Pritt
Akara melihat ada tukang parkir di sana. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya pada tukang parkir tersebut. "Bang, lihat motor saya gak?"tanyanya.
"Motor yang mana, Mas?" Tukang parkir itu balik bertanya.
"Motor besar warna item,tadi saya parkirnya di sana,"jawab Akara lalu menunjukkan posisi motornya tadi.
Tukang parkir itu masih kebingungan, pasalnya tempat yang ditunjuk oleh Akara itu bukan area parkir miliknya. "Ya, saya gak tau Mas. Di sana itu bukan area parkir,"jelasnya.
"Tapi Abang pasti lihat motornya, 'kan? Nih fotonya." Akara menunjukan gambar di ponselnya.
"Oalah,motor ini toh."
"Abang tau?" Akara mulai berharap.
"Iya,tapi tadi udah diambil sama orang."
"Maksudnya?" Akara mulai negatif thinking.
"Tadi ada orang yang pakai motornya. Ya, saya kira dia yang punya 'kan ada kuncinya terus bisa jalan juga."
"Berarti motor saya dicuri, dong?"tanya Akara polos.
"Ya, iyalah Mas. Pake nanya lagi!"
"Loh, Bang. Itu motor kesayangan saya, Bang. Saya gak mau kehilangan dia, Bang!"rengek Akara.
"Makanya kalau parkir motor itu cari tempat yang aman, terus kuncinya jangan lupa dicabut!" Nasihat tukang parkir itu.
Akara baru ingat, tadi ia terlalu buru-buru karena melihat Rion hendak pergi dari cafe. Jadi, Akara langsung berlari ke sana tanpa mencabut kunci motornya terlebih dahulu.
"HUAA DINOO!!"teriak Akara membuat si tukang parkir terkejut.
"Dino itu siapa, Mas?"tanyanya.
"Nama motor saya,"jawab Akara.
Si tukang parkir mengangguk paham. " Agak lain memang Mas-mas ini. Kasian banget, mana masih muda,"batin tukang parkir.
"Coba lapor polisi aja, Mas,"sarannya.
"Nanti kalau gak ketemu, gimana?"
"Ya, dicoba dulu atuh."
"Saya mau pulang aja, Bang. Makasih infonya,"ujar Akara dengan nada sedihnya.
"Ya, udah Mas. Hati-hati ya."
"Tapi saya pulangnya naik apa?"tanya Akara.
Si tukang parkir menepuk jidatnya. Ia tampaknya lelah menanggapi Akara. " 'Kan bisa pesen ojol atau cegat taksi di halte to Mas?!"hawabnya.
"Oh, iya. Makasih, Bang."ucap Akara kemudian ia melangkah lesu meninggalkan area parkir tersebut.
~000~
Akara kini sudah sampai di rumahnya. Dia tadi pulangnya naik ojol sambil curhat tentang Dino yang hilang. Si Abang ojol hanya mendengarkan saja, bingung mau merespon bagaimana.
Akara melangkah memasuki rumah. Dia menghela nafas lelah lalu merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Lagi-lagi sepi yang ia rasakan. Pasti semua orang belum pulang. Tapi biarlah, dia sudah terbiasa. Sangking lelahnya, Akara mulai terlelap. Belum sampai lima detik ia memejamkan mata, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Akara terpaksa membuka kembali matanya lalu beralih duduk.
Pintu rumahnya terbuka, tampak seorang pria bertubuh besar dan tinggi memasuki rumah. Pria itu mendudukkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan Akara.
"Kamu baru pulang?"tanyanya.
"I-iya, Pa,"jawab Akara. Ya, pria itu adalah Papa dari Akara, namanya Ben.
"Motor kamu dimana?"tanyanya lagi.
Akara kikuk, bingung mau menjawab apa. Kalau jujur, nanti dia dimarahi. Tapi kalau bohong, nanti dia dosa. Ah, sudahlah dia pasrah saja. Kalau dimarahi, tinggal diam lalu mendengarkan 'kan? Nggak sulit kok.
"M-motornya hilang, Pa." Jujur dia merasa takut sekarang. Pasalnya Papa ini agak galak orangnya.
"Kok bisa?"tanya Ben dengan santai.
"Tadi aku parkir di pinggir jalan terus pas balik udah gak ada,"jawab Akara.
"Oh, gitu,"ucap Ben dengan santai lagi.
Akara melotot tak percaya. "Pa, ini yang hilang motor, loh! Bukan kardus. Ini motor, Pa! Motor Akara, Si Dino! Hilang! Di curi orang,"ujarnya.
"Ya, kalau hilang. Ya sudah, mau gimana lagi?"balas Ben.
"Ya, bantu cariin Pa. Itu motor berharga banget bagi Akara."
"Udahlah, kamu terima aja. Mungkin Dino udah dijual sama yang nyuri."
"Tapi 'kan-"
"Udah, mending sekarang kamu bersih-bersih terus istirahat!"tutur Ben. Akara hanya mengangguk lalu pergi menuju kamarnya.
Ben menghela nafas. "Cuma motor, kok. Nanti bisa beli lagi,"celetuknya.
~000~
Hari sudah gelap,Akara masih berdiam diri di kamarnya. Dia teringat Dino, bagaimana keadaanya sekarang? Apakah dia masih mulus atau sudah diamputasi sama si pencuri? Dia tidak rela jika motor kesayangannya berada di tangan orang lain. Dino adalah kado spesial pemberian orang tuanya saat dia berulang tahun yang ke-17 tahun kemarin.
Akara butuh teman curhat sekarang,hanya Tara yang bisa dia andalakan disaat-saat seperti ini. Akara mengambil ponselnya, menekan nomor Tara, lalu menunggu telpon itu diterima. Akara mungkin lupa jika sekarang dia sedang marahan dengan Tara.
Tak lama kemudian, telpon itu tersambung.
"ARAAA,"ucap Akara sedikit keras.
"Anj, bikin kaget aja lo! Gak usah teriak kali!"umpat Tara.
"Ya, maaf."
"Kenapa telpon gue?"
"Hilang, Ra."
"Apa yang hilang?" Terdengar suara isakan membuat Tara kebingungan.
"Dino hilang."
"Kok bisa?"
"Ya, bisalah. Tadi gue itu parkir Dino di pinggir jalan,terus gue buru-buru pergi. Pas udah balik si Dino idah hilang, Ra. Gue udah tanya abang parkir disana, katanya diambil orang. Gimana, Ra?! Gue mau Dino balik!"
"Kuncinya lo cabut kagak?"
"Nggak."
Terdengar suara helaan nafas. "Berarti lo yang bego! Parkir motor kuncinya gak dicabut, jelas diambil maling, lah!"
"Kan gue lupa."
"Lo masih muda udah pikun aja."
"Gue tadi buru-buru, Ra."
"Terserah, gue mau tidur. Lo tangisin aja tuh motor sampe pagi!. Ganggu orang mau tidur aja lo,"
"Tega banget, lo! Lagian ini masih sore juga."
"Sore dari mana, Ra?! Ini udah jam 10 lo kata masih sore?! Melek, Ra!"
Akara melihat jam dindingnya. "Oh, iya. Udah malem ternyata,"ucapnya.
"Ih iyi idih milim tirnyiti,"ejek Tara .
"Ya, udah. Lo tidur sana! Besok sekolah."
Tara langsung mengakhiri telpon tersebut. "Udahlah, kayaknya gue harus mengikhlaskan kepergian Dino,"gumam Akara.
To be continued
Gimana menurut kalian? Seru gak?
Jangan lupa vote ygy🌟
See you🖐️