Sejak Lucas dan Jungwoo pulang, Jaemin tak lepas dari sang ayah. Selalu ingin bersama Siwon, ingin di peluk, di gendong dan lainnnya. Tentu membuat sang ayah bingung, namun ia juga menyukainya.
Saat makan malam pun, Jaemin berada di pangkuan Siwon. Menerima suapan sang ayah dengan tenang, membuat kedua kakaknya saling berpandangan.
'kenapa?' tapi keduanya saling mengangkat bahu tak tahu.
Membiarkan saja, terpenting nanti malam Jaehyun yang akan menemani Jaemin tidur.
Selesai makan malam, Jaemin fokus menonton kartun dengan memainkan tangan besar Siwon yang ada di pangkuannya.
Tak menghiraukan kedua kakaknya yang sejak tadi bertanya atau melakukan hal yang membuat Jaemin menatapnya.
"Nana." Jaemin diam tak menjawab, membuat Sehun yang kesabarannya setipis tisu menggeram pelan.
Bangkit dari duduknya, membawa Jaemin ke dalam gendongannya yang tentu saja membuat pemuda manis itu memberontak.
Jika biasanya Jaemin diam setelahnya, tapi sekarang pemuda itu malah menangis memanggil Siwon membuat pria tampan itu bangkit dan menggendong Jaemin.
"Mau ayah." Lirihnya.
"Ini ayah, berhenti menangis." Jaemin mengangguk pelan, menaruh kepalanya pada bahu sang ayah.
Menatap kedua kakaknya dengan mata sayu kemudian menenggelamkan wajahnya pada bahu Siwon.
"Ayah yang menemani nana malam ini." Ucap Siwon, Jaehyun mengangguk lesu.
Mau bagaimana lagi, adiknya akan menangis jika tak bersama Siwon.
Aneh sekali.
Jaehyun mengganti kartun ke acara berita, setelahnya suara deringan ponsel terdengar. Jaehyun menatap ponselnya kemudian beranjak, meninggalkan Sehun yang fokus dengan ponselnya.
Tak lama kembali, mengatakan pada Sehun jika dirinya akan pergi sebentar.
Sehun mengangguk saja.
.
Malam ini mansion tampak sedikit ramai karena beberapa maid dan bodyguard berkumpul di ruang tengah setelah memanggil dokter.
Jam menunjukkan pukul 02 pagi, mereka di kejutkan dengan suara keras Siwon yang menyuruh mereka berkumpul dan memanggil dokter untuk Jaemin karena pemuda manis itu tiba-tiba saja menangis.
Mengatakan jika kepalanya pusing.
Ternyata anak itu terserang demam, Siwon menghela nafas pelan mendengarnya.
Setelah itu dokter kembali dan memberikan resep obat untuk Jaemin yang di ambil oleh supir dan maid, lalu mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
"Nggak mau." Lirih Jaemin saat Siwon memberikannya obat.
"Supaya cepat sembuh." Jaemin kembali menggeleng, menutup mulutnya.
"Menurut, Jaemin."
Mata cantik itu berkaca-kaca mendengar suara tegas Siwon, pemuda itu kembali menggeleng dan menangis.
Menghela nafas kasar, Siwon menaruh kembali obat itu dan berlalu begitu saja membuat tangisan Jaemin semakin kencang.
Tak ingin di tinggalkan Siwon.
"Ayah." Isakkan Jaemin.
Jaehyun mendekat, mengusap surai Jaemin.
"Minum obat setelah itu tidur agar kepala nana tidak pusing lagi, ya?" Bujuk Jaehyun, Jaemin menggeleng dengan tangisan yang kembali terdengar.
"Mau ayah, kak jae."
"Nanti sama ayah kalau Nana mau minum obat."
"Mau ayah, mau ayah." Rengek Jaemin.
"Makanya minum obat dulu, nanti ayah ke sini."
Namun Jaemin kembali menggeleng, membuat Jaehyun menghela nafas kasar.
Lalu berganti Sehun yang membujuk, tetap sama saja.
"Minum." Ucap Siwon.
"Mau peluk."
"Nanti di peluk kalau minum obat." Jaemin mengangguk.
Meminum obat meski merengek pahit, setelah itu memeluk tubuh Siwon.
"Kepala Nana pusing, mau bobo."
"Tidurlah."
"Ayah jangan pergi." Siwon mengangguk, mengecup kening Jaemin dan mengusap punggung pemuda manis itu.
Tak lama Jaemin terlelap dengan nafas teratur, membuat Siwon menghela nafas lega.
.
J
aemin mengerjap pelan, pemuda manis itu menatap jendela ruangan dengan bingung.
Kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain, menemukan tubuhnya yang kini terbaring lemah di atas ranjang dengan pria manis yang duduk di samping brankar rumah sakit.
Pria manis itu menaruh kedua tangannya di atas brankar, memejamkan mata.
Jaemin mendekat, ingin sekali memeluk pria manis itu namun saat ia sentuh tak bisa.
Mata Jaemin berkaca-kaca, pemuda manis itu menundukkan kepalanya.
"Papa, Nana rindu papa..." Lirih Jaemin, air matanya mulai turun.
"Mau peluk papa, mau papa."
Isakkan kecil kembali terdengar, membuat pria manis yang sedang memejamkan matanya itu terbangun.
Menatap sekeliling ruangan, kemudian beranjak untuk melihat sang anak yang ternyata meneteskan air matanya meski matanya terpejam.
"Nana" lirih pria manis itu, mengusap air mata sang anak.
"Ada yang sakit, sayang? Kenapa menangis." Lanjut Jungwoo, tanpa sadar air matanya juga ikut turun.
"Nana, bertahan ya sayang. Tolong jangan tinggalkan papa dan ayah." Isak Jungwoo, memeluk tubuh Jaemin yang berbaring kemudian kembali duduk dan memegang tangan pemuda manis itu.
Mengusapnya lembut, ia kecup dengan hati-hati meski air matanya terus turun.
Jaemin melihat itu tentu menangis, ingin rasanya memeluk tubuh sang papa.
"Sayang." Jaemin mengalihkan pandangannya, menatap pria tampan yang baru saja masuk.
Menatap pria manis itu khawatir, mendekat dan mengusap air mata sang suami.
"Ada apa, kenapa menangis?" Tanya nya khawatir, pria manis itu menggeleng dan memeluk pria tadi.
"Nana." Lirih pria manis itu, membuat pria tampan tadi mengusap surai pria manis itu.
"Berdoa semoga bisa pulih dan keluarga kita kembali berkumpul." Ucap pria tampan itu, yang mendapat anggukan dari pria manis yang memeluknya.
Jaemin menatap kedua orangtuanya sendu, mendekat untuk memeluk tubuh keduanya namun ia merasakan tarikan pada tubuhnya membuat pemuda manis itu memekik.
.
"AKH PAPA!"
Siwon tersentak, begitu dengan Sehun dan Jaehyun. Ketiganya mendekat kearah Jaemin yang terus memanggil sang papa.
"Nana." Panggil Siwon, berusaha menyadarkan sang anak.
"Papa papa.." ucap Jaemin dengan mata terpejam.
"Ini ayah, Nana."
Jaemin membuka matanya, pemuda manis itu menatap ketiga anggota keluarganya dengan nafas memburu.
"Papa..."
Mendengar suara lirih Jaemin membuat Jaehyun menarik sang adik dalam pelukannya.
"Papa, Nana rindu papa." Lirih Jaemin, memeluk tubuh Jaehyun erat.
Sehun dan Siwon saling berpandangan, keduanya menghela nafas pelan. Mendekat kearah Jaehyun dan Jaemin, Sehun mengangkat Jaemin dalam gendongannya.
"Nanti kita bertemu papa ya." Ucap Sehun, Jaemin mengangguk.
"Mau papa, Abang."
"Nanti."
Jaemin diam, tangisannya mulai mereda hingga kantuk kembali menyerang.
"Semoga papa ada dalam mimpi Nana." Gumam Jaemin sebelum akhirnya terlelap, tentu membuat ketiga diam.
Choi Jaemin, anak bungsu yang tak tahu rupa papanya seperti apa. Tak pernah merasakan kasih sayang dan cinta yang papanya berikan seperti anak-anak yang lain, anak itu hanya merasakan rasa bersalah yang besar karena kehadirannya membuat sang papa pergi.
Jika waktu bisa di putar, Choi Jaemin ingin dirinya saja yang pergi. Jangan Heechul, pria manis yang membawa kebahagiaan serta sayang dan cinta yang tulus di mansion Choi.
Bukannya dirinya yang lahir dengan membawa kesedihan mendalam bagi mansion, kehadirannya yang membuat nyawa di rumah ini harus pergi.
Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kebahagiaan, kini hanya bisa merasakan kesedihan sampai dirinya memilih menyerah.
Menyerah karena lelah, dirinya tak sekuat ini. Rasanya begitu sesak dan sakit, dirinya tak kuat hingga malam itu memilih untuk mengakhiri hidup namun membawa raga baru untuk mengisi tubuhnya.
Menginginkan jika keluarganya menganggap keberadaan dirinya, merasakan kasih sayang ayah dan kakak meski bukan dirinya yang merasakan. Meski melalui orang lain, tapi dirinya sudah senang.
Sebentar lagi, tolong bertahan sebentar.
Sampai mereka benar-benar menyayangi Choi Jaemin, setelah itu semua selesai dan hanya ada penyesalan yang mereka rasakan.
Tolong bertahan sedikit lagi, Huang Jaemin.
.
Keadaan Jaemin sudah lebih baik, pemuda manis itu kini berada dalam pangkuan Yunho. Menonton kartun di ponsel sang kakek dengan Jaejoong yang berada di samping kanan, dan Jungwoo yang berada di samping kiri.
Kedua pria manis berbeda usia itu ikut menonton dengan Jaemin.
"Nana mau permen!" Ucap Jaemin saat melihat kartun yang ia tonton sedang memakan permen, kelihatannya sangat enak.
"Tidak." Jaemin mendongak, menatap pria tampan yang serempak mengatakan tidak.
"Kenapa?"
"Nana masih sakit, nanti saja, ya?" Ucap Taemin.
"Nana sudah sembuh, bibu. Pegang kening Nana, sudah tak panas lagi." Sahut Jaemin.
Taemin tersenyum.
"Nanti ya sayang, setelah nana benar-benar sembuh. Bibu akan berikan permen yang Nana inginkan." Jaemin mengerucut bibirnya, pemuda manis itu mengangguk dan kembali menonton.
"Nanti kakak buatkan puding juga, mau?" Ucap Jungwoo, Jaemin mendongak untuk menatap Jungwoo dan mengangguk cepat.
"Mau!"
"Rasanya stroberi, ya?"
"Kakak!"
Jungwoo terkekeh pelan.
"Loh, kan Nana suka stroberi."
"Tidak!"
"Nana suka rasa coklat! Pokoknya kakak harus buat yang rasa coklat!" Jungwoo tersenyum.
"Baiklah, apapun untuk Nana."
"Yeayy!"
"Nana mau peluk boleh?"
"Boleh, kemari."
Jaemin pindah kepangkuan Jungwoo dan memeluk tubuh sepupunya itu erat, seolah memeluk sang papa.
"Nana sayang papa." Gumam Jaemin, sangat pelan namun Jungwoo mendengarnya.
"Kakak juga sayang Nana." Balas Jungwoo, mengira jika Jaemin salah mengatakan karena merindukan Heechul.
Jaemin semakin mengeratkan pelukannya pada Jungwoo.
Membuat Taemin yang berada di sampingnya mengusap punggung pemuda manis itu.
...
maaf ya lamaaaaaaaa, kapan-kapan lagiiiiiii.