"KAZUTORAAA!!!"
Kazutora yang tengah membaca buku mendongak, menatap Alpha berusia tiga belas tahun di depannya dengan bingung.
"Ada apa?" Kazutora mengerutkan keningnya, menatap bingung pada Baji yang terlihat sangat bahagia.
"Aku bertemu seseorang tadi, Kazutora!"
Kazutora merubah posisinya menjadi duduk, masih menatap penasaran pada Baji. "Siapa?"
"Omega!" Mata Baji terlihat berbinar saat dia bercerita.
"Oh?"
Kazutora sedikit terkesiap, segera melempar buku di tangannya ke sembarang arah. Baji tidak memperhatikan perubahan ekspresi Kazutora dan terus bercerita dengan semangat.
"Dia lucu sekali! Seperti kucing." Baji kembali berbicara. "Tapi dia tiba-tiba menangis saat melihatku."
Baji menatap cemberut pada Kazutora yang hanya diam. "Apakah aku menakutkan?"
Kazutora menunduk, kedua tangannya terkepal. Beta itu menyentuh anting di telinganya sebelum akhirnya memasang senyum tipis saat dia menatap Baji.
"Mungkin?"
"Memangnya apa yang menakutkan dariku?!" Baji tak terima, masih memasang wajah cemberut. Akan tetapi, sedetik kemudian raut wajahnya berubah semangat.
"Aku sudah memutuskan, Kazutora!" Baji mengangkat kedua tangannya yang terkepal ke atas.
Kazutora hanya menatap Baji masih dengan senyum tipis. Dia mengambil buku lain, membukanya dan mulai membaca untuk mengalihkan perasaannya.
"Apa itu?"
"Aku akan menjadikan dia Omegaku!"
Kazutora sedikit meremat buku di tangannya, bibirnya ia gigit pelan. Anak itu terkesiap ketika Baji tiba-tiba memegang bahunya, masih dengan wajah yang bahagia.
"Aku akan memperkenankan kalian lain kali, Kazutora! Kalian pasti akan cocok!"
Kazutora mengalihkannya pandangannya, tak berani menatap Alpha di depannya saat dia menjawab.
"Ya."
***
"Sudah kubilang turunkan aku!"
Kazutora yang tengah memakan semangka mendongak, menemukan sosok Baji yang tengah membopong seseorang di bahunya. Itu Omega dengan surai hitam dan mata hijau yang cantik.
Matanya terus mengawasi sosok yang di bawa Baji yang mana kini sudah duduk di samping Takemichi.
"Dia Kazutora."
Kazutora sedikit terkejut saat Takemichi menyebutkan namanya. Tatapannya bertemu dengan tatapan Chifuyu yang tengah memandangnya lekat.
"A-ada apa. Apa ada yang aneh denganku?" Kazutora bertanya dengan gugup. Dia melihat jika si Omega tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum menjawabnya.
"Tidak. Bukan apa-apa."
Kazutora memakan semangkanya dalam diam sembari terus sosok Chifuyu yang terus mengeluh tentang sikap Baji. Baji sendiri seperti biasa, tidak terlalu peduli dan hanya semakin mengusili si Omega.
Kazutora menelan gigitan terakhir semangkanya dengan getir sembari membatin. 'Jadi, Omega itu?'
***
"Baji-san kakkoi!"
Chifuyu mengangkat kedua jempolnya pada Baji yang sudah membawa seekor anak kucing berwarna putih di pelukannya. Kucing kecil itu terjebak di atas pohon yang ada di taman dan terus mengeong, mungkin karena tidak bisa turun. Baji yang melihat itu segera memanjat dan membawa kucing itu ke bawah.
"Kucing lagi?"
Kazutora yang baru saja datang bergabung dengan keduanya. Anak itu mengecat rambutnya menjadi hitam-kuning, yang mana mendapat candaan dari Baji jika rambutnya terlihat seperti pisang.
Baji mengangkat kucing putih itu untuk ditunjukkan pada sahabatnya. "Lihat, Tora! Bukankah dia lucu?"
Kazutora menggeleng pelan melihat antusiasmenya.
"Oh, benar! Kita harus memberinya makan!" Baji memberikan kucing kecil itu pada Chifuyu.
"Pegang dia, Chifuyu! Aku melihat ada petshop di sekitar sini. Aku akan segera kembali."
Baji melambaikan tangannya, meninggalkan Chifuyu dan juga Kazutora di taman itu.
Kazutora menatap Chifuyu yang kini sudah duduk di kursi taman dengan kucing putih di pangkuannya. Keduanya hanya saling diam sampai Kazutora berbicara.
"Chifuyu."
"Ya?" Chifuyu mendongak untuk menatap Kazutora yang ada di depannya.
"Apa kau menyukai Baji?"
Chifuyu terkesiap, segera mengalihkan pandangannya karena gugup. Kazutora jelas menyadari hal itu. Beta itu melipat kedua tangannya di depan dada, mendengus pelan.
"Ku sarankan kau bilang pada Baji. Anak itu terkadang sedikit bodoh."
"Kenapa kau mengatakan hal itu padaku?" Chifuyu menunduk, tangannya masih setia mengelus kucing di pangkuannya.
"Kenapa?" Kazutora mengangkat satu alisnya heran. "Aku hanya ingin membantu."
"Tapi kau juga menyukainya, kan?"
"Apa?" Kali ini Kazutora yang terkejut. Chifuyu mengabaikan reaksinya, mendongak untuk menatap si pemilik tato harimau di depannya.
"Kau juga menyukai Baji-san, kan?" Chifuyu lalu menunjuk anting di telinga Kazutora.
"Anting itu. Aku melihat Baji-san menjadikannya gelang."
Kazutora secara refleks memegang anting miliknya, anting yang sebenarnya dia ambil dari mantan temannya– Junpeke.
"A-aku tidak–"
"Chifuyu, Tora!"
Kalimat Kazutora terpotong karena kedatangan Baji. Baji yang tidak menyadari suasana aneh di sekitarnya hanya fokus pada kucing di pangkuan Chifuyu.
"Ayo makan, kucing kecil."
Baji menyodorkan makanan itu yang langsung dimakan dengan lahap oleh si kucing putih.
Kazutora terus menatap Chifuyu yang berusaha mengalihkan fokusnya pada kucing yang tengah makan. Dia lantas membuang pandangan, membatin.
'Tapi dia menyukaimu, bukan aku.'
***
"Jadilah Omegaku."
Chiifuyu mengangkat satu alisnya saat dia menatap seorang Alpha laki-laki di depannya. Omega berusaha empat belas tahun itu lalu tersenyum tipis, menerima coklat yang disodorkan padanya.
Alpha yang tengah berlutut di hadapannya terpana melihat mata hijau cantik milik si Omega.
"Aku ambil coklatnya. Tapi soal pernyataanmu, aku akan memikirkannya dulu."
Alpha itu mengangguk tanpa ragu. Dia sebenarnya sudah tahu jika pernyataan cintanya tidak akan diterima, karena sudah banyak Alpha yang mencoba melamar Omega cantik bermata hijau itu. Namun, mereka semua diberi jawaban yang sama.
"Aku akan memikirkannya."
Namun, pada kenyataannya Chifuyu tidak pernah memikirkan lamaran orang-orang itu.
Chifuyu mengucapkan terimakasih sekali lagi lalu menyuruh Alpha itu pergi. Dia melirik dari ekor matanya, menemukan sosok Baji Keisuke yang sudah mengawasinya sejak tadi.
"Halo, Baji-san. Mau coklat?"
Chifuyu mendekat pada Alpha bersurai panjang itu, menawarkan coklat dh tangannya dengan santai dan benar-benar mengabaikan ekspresi kesal sosok di depannya.
"Kau memikirkan pernyataan mereka, tapi kau sama sekali tidak memikirkan pernyataanku?"
Chifuyu mengangkat satu alisnya, sudut bibirnya tertarik. Dia membuka coklat di tangannya dan mulai memakannya.
"Kupikir aku sudah memberimu jawaban, kan?"
"Kau hanya menyuruhku menunggu." Baji menatap punggung Chifuyu yang ada di depannya.
"Kapan kau akan menjawabnya?"
"Chifuyu berhenti melangkah. Dia menggigit coklat di tangannya sekali lagi sebelum membuang sisanya ke tempat sampah.
"Aku sudah mengatakannya padamu, kan?" Chifuyu menoleh ke belakang untuk menatap Baji.
"Aku akan menjawabnya, jika aku sudah benar-benar yakin."
"Apa lagi yang membuatmu tidak yakin?" Baji mengepalkan kedua tangannya erat.
"Kau tidak akan mengerti."
"Itu sebabnya katakan agar aku mengerti, Chifuyu!" Baji mencekal tangan Chifuyu saat anak itu hendak melangkah lagi.
"Jadilah Omegaku."
Chifuyu sedikit mendongak untuk menatap Alpha tinggi di depannya. Dia tersenyum tipis, melepaskan tangannya yang dicekal Baji dengan perlahan.
"Tolong tunggu sebentar lagi, Baji-san." Ucapnya.
"Hanya, sebentar lagi."
***
"Kau meninggalkan Chifuyu?"
"Aku tidak."
Kazutora menatap Baji yang menggelengkan kepalanya, akan tetapi ekspresi Alpha itu berubah dalam sekejap. Kazutora tahu dia berbohong.
Beta itu hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, membatin; 'Sudah kubilang jika Baji itu bodoh, Chifuyu.'
Kazutora kembali menatap Baji yang ada di depannya. "Kau tahu, Baji. Kau membuatku merasa bersalah pada Chifuyu."
"Apa maksudmu?"
"Harusnya kau tetap bersama Chifuyu, Baji." Kazutora menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku tidak pernah mempermasalahkan kau yang peduli padaku. Tapi hal itu jelas berbeda untuk Chifuyu."
"Apa yang kau katakan?"
Kazutora menatap sahabatnya lekat, ada raut kecewa di wajahnya.
"Kau bilang kau mencintai Chifuyu. Tapi kau terlalu memilihku, Baji. Itulah sebabnya Chifuyu terus memasang batasan di hubungan kalian."
"Itulah sebabnya ... Chifuyu tidak menerimamu selama ini."
***
"Dokter, luka tusukannya terlalu dalam."
"Tetap hati-hati."
"Pasien kehilangan banyak darah! Segera cari stok darah sekarang!"
"Dokter, gawat! Detak jantungnya melemah."
"PERCEPAT!"
Brakkk!!!
Takemichi menendang dada Baji dengan kuat hingga membuat sang Kapten Divisi Dua itu terpelanting hingga menabrak motor di belakangnya. Alpha bersurai panjang itu terbatuk, tangannya memegang dadanya yang terasa sakit.
"Bangun, Keisuke!"
Takemichi menatap kosong pada Baji yang masih berusaha mengatur nafasnya. Wajahnya Alpha itu sudah babak belur, sudut bibirnya robek, hidungnya mungkin juga patah. Tak jauh darinya, sosok Kazutora terlihat tengah berlutut dengan keadaan tak jauh berbeda.
Para kapten dan wakil kapten yang lain menjaga jarak. Hakkai menatap ngeri saat melihat Baji yang dihajar habis-habisan oleh Takemichi.
"Ta... Taka-chan."
"Sst..." Mitsuya meletakkan jari telunjuknya di bibir, meminta si Alpha tinggi di sampingnya agar tidak berbicara.
"Tetap tundukkan kepalamu, Hakkai."
Hakkai mengangguk takut dan kembali menunduk sesuai perintah sangat kapten.
Baji, dengan tubuh penuh luka berusaha bangkit perlahan. Dia berjalan hingga sampai di sebelah Kazutora, lalu segera berlutut di depan Takemichi dan juga Mikey.
"Maaf." Baji berbisik, kepalanya menunduk menatap tanah.
Takemichi menatap dua orang yang tengah berlutut di depannya dengan tatapan kosong. Keheningan melanda sampai Takemichi berjongkok di depan keduanya.
"Apa kau ingat yang kukatakan padamu dulu, Kazutora." Takemichi mulai berbicara, nada suaranya sedikit gemetar.
"Kita ini teman. Kau temanku, teman kami. Jika ada salah satu dari kita yang terluka, yang lain tidak akan diam saja. Kami akan melakukan apapun untuk melindungi satu sama lain."
Kazutora masih menunduk dalam diam, namun dia mendengarkan dengan baik setiap perkataan Takemichi. Takemichi lantas mengulurkan tangannya, mengambil sesuatu di balik baju yang dikenakan Baji. Itu adalah jimat yang dulu Baji beli saat mereka mendirikan Toman.
"Semua untuk satu dan satu untuk semua. Kita akan saling melindungi satu sama lain. Bukankah kau yang mengatakan hal itu, Baji."
Takemichi tiba-tiba menarik jimat yang Baji jadikan kalung itu, membuat tubuh si surai panjang sedikit oleng karena tarikan itu. Takemichi menatap jimat di tangannya, lalu mengeluarkan miliknya sendiri dari saku celana.
"Katakan padaku, Baji. Apa kau sudah melupakan perkataanmu sendiri?"
Baji menggeleng, matanya terlihat kosong. "Tidak."
"KALAU BEGITU KENAPA KALIAN BERTINDAK BODOH SEPERTI ITU!"
Takemichi berteriak, air matanya mulai mengalir. Dia memegang jimat di masing-masing tangannya, meletakkan jimat itu di dada Baji dan Kazutora.
"Kenapa kalian bertingkah sendiri seperti itu." Takemichi menggigit bibirnya, suaranya semakin bergetar.
"Kita sudah sepakat untuk menyelesaikan setiap masalah bersama-sama. Tapi kenapa kalian hanya diam saja? Bertindak sendiri seperti orang bodoh. KALIAN PIKIR AKU AKAN BERTERIMAKASIH JIKA SALAH SATU DARI KITA TERLUKA, HAH? TIDAK! AKU–"
Takemichi menjatuhkan kedua jimat itu di depan Baji dan juga Kazutora. "Aku sama sekali tidak menginginkan hal ini."
Kazutora mengepalkan kedua tangannya erat. Matanya terus menatap jimat milik Takemichi di depannya.
"Maaf, maafkan aku. Ini semua salahku." Kazutora berbicara. Dia terus menunduk, sama sekali tidak berani menatap Takemichi.
Keheningan kembali melandai sampai Takemichi kembali berdiri. "Pergilah."
Kazutora terkejut, begitu juga dengan Baji. Alpha bersurai panjang itu sontak mendongak untuk menatap Takemichi.
"Tidak, aku tidak–" ucapnya tercekat. "Aku akan disini menunggu Chifuyu."
"Aku tidak sedang memberimu pilihan, Baji." Takemichi menatap Baji datar. Akan tetapi Baji masih bersikeras untuk tinggal.
"Aku tidak akan pergi!"
"Pergi sekarang!"
"Aku akan menunggu Omegaku!"
"Baji Keisuke!"
Suasana seketika menjadi semakin kacau saat Baji tanpa sadar mengeluarkan tone Alpha-nya, yang membuat Mikey sontak menggeram marah. Bahkan para kapten dan wakil kapten lain dibuat berlutut olehnya, kecuali Takemichi yang masih bisa berdiri tegap seolah-olah suara Mikey barusan bukan apa-apa untuknya.
Baji dibuat menunduk semakin dalam saat mendengar suara Mikey. Walaupun keduanya sama-sama Alpha Dominan, tapi Mikey jelas berbeda. Dia adalah pemimpin, setiap perintahnya mutlak bahkan jika dia tidak menggunakan tone Alpha-nya. Sekarang, ditambah dengan keadaan yang sedang kacau membuat Baji semakin tak bisa melawan perintahnya. Dia tidak punya pilih selain mengangguk patuh.
"Ya, Pemimpin."
.
.
.
Tbc...
26 Oktober 2024
1775 kata nih...
Banyak banget, haha.....