¶¶ÒõÉçÇø

OWNED by a DON (Mafia Romance)

By PuspitaRatnawati

317K 22.7K 4.4K

Kecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Don mafia yang memiliki ambisi besa... More

TRIGGER WARNINGS
~ DEDICATION ~
× PROLOGUE ×
× PART 01 - Poor Girl ×
× PART 02 - Majesty ×
× PART 03 - Mr. Unknown ×
× PART 04 - Sympathy Of a Don ×
× PART 05 - New Servant ×
× PART 06 - Negotiation ×
× PART 07 - Among The Alp ×
× PART 08 - Brought By Him ×
× PART 09 - Sin City ×
× PART 10 - The Shame ×
× PART 11 - Roveldents ×
× PART 12 - Hidden Feelings ×
× PART 13 - The Harlot & Her Boss ×
× PART 14 - Back To La Rovelberg ×
× PART 15 - Ruschel's Efforts ×
× PART 16 - All Her Wounds Are Mine ×
× PART 17 - Dark Surprises In Rovelberg ×
× PART 18 - A Masked Men In Green Flag Mode ×
× Part 19 - The Naked Truth ×
× PART 20 - Mafia In Sight ×
× PART 21 - Mafia Princess ×
× PART 22 - Tornado Sensation ×
× PART 23 - An Unforgettable Past ×
× PART 24 - A Party ×
× PART 25 - Where is Elena? ×
× PART 26 - Torture House ×
× PART 27 - Alexithymia ×
× PART 28 - A Dangerous Hand ×
× PART 29 - Her Executioner ×
× PART 30 - What's Wrong With Her? ×
× PART 31 - Betrayal ×
× PART 32 - Between Love And Hate ×
× PART 33 - Brother And Sister ×
× PART 34 - Dark Suprises ×
× PART 35 - Valhalla Society ×
× PART 36 - Painful Doubt ×
× PART 37 - Unexpected Marriage ×
× PART 38 - Butterflies In The Master Bedroom ×
× PART 39 - Hot Sparks At School ×
× PART 40 - Don's Luxury Of Love ×
× PART 41 - Ends With A Groan ×
× PART 42 - I Surrender Myself To You ×
× PART 43 - Don't Kill Her ×
× PART 44 - Tender Moment At Dusk ×
× PART 45 - On Maroon Silk ×
× PART 46 - Graduation ×
× PART 48 - Games In The Armory ×
× PART 49 - A Bullet's Lament ×
× PART 50 - The Echo Of A Forgotten Love ×
× PART 51 - Ambitions and Secrets ×
× PART 52 - The Trio's Turmoil ×
× PART 53 - Handcuffs of Desire ×
× PART 54 - A Dark Melody: Inner Conflict ×
× PART 55 - Haunted By The Past ×
× PART 56 - A Night of Chaos and Courage: Miss Volkov ×

× PART 47 - Parasites In The Midst Of Harmony ×

2.2K 183 17
By PuspitaRatnawati

Usai kelulusan, Ruschel dan Elena lebih sering menghabiskan waktu bersama. Merajut momen manis di setiap menit untuk sejarah percintaan mereka. Tidak hanya manis, tapi panas. Dalam arti saat-saat lebih intim. Seperti sekarang ini, di antara belasan mobil yang terparkir. Dalam keadaan setengah telanjang, mereka melakukan pergulatan di tengah sepinya area. Di dalam mobil mewah milik sang Don, di bagian jok penumpang belakang. Suara desahan dan erangan Elena memenuhi ruang mobil. Dilengkapi dengan kata-kata seksi yang Ruschel lontarkan sambil mendesah kenikmatan.

Elena memegang badan jok dengan kuat, menyeimbangi gerakan cepat yang dilakukan suaminya. Ruschel meniduri Elena dari belakang. Tangan kokoh Ruschel yang mencetak jelas otot-ototnya mencengkeram kuat rambut Elena, lalu beralih mencekik leher gadis itu dan tangan lainnya memegang pinggul Elena. Ruschel bergantian melihat kepala Elena dan batang panjangnya yang terus mendorong Elena. Benar-benar basah, tampak cairan berceceran di bawah. Ruschel lebih merapatkan Elena kepadanya dan lebih membungkuk untuk mencumbu bibir Elena. Ruschel kian mempercepat ritmenya dan mencapai klimaks. Ia peluk Elena erat-erat saat melepaskan ledakan dahsyat di dalam sana.

Napas mereka tersengal-sengal. Elena tersenyum puas. Dia benar-benar puas ketika ia berhasil membuat Ruschel menembaknya di dalam. Kemudian Ruschel mengeluarkan penisnya dan Elena berbalik untuk duduk di jok. Gadis itu terlihat lelah. Ruschel sampai memerah. Mereka berkeringat. Dikecupnya kening dan pipi Elena. Lalu pria itu mengambil kotak tisu, mengambil beberapa lembar tisu. Elena membiarkan Ruschel melebarkan kedua kakinya dan membersihkan area kewanitaannya yang amat basah itu. Usai Ruschel sekali lagi membersihkannya dengan tisu basah yang harum, ia menjilati organ kesayangannya dari istrinya itu dengan lembut.

"Fuck, I wanna make this beautiful pussy of mine wet again." Ruschel mendongak sambil menyeringai.

Elena tertawa kecil dan menarik kepala Ruschel agar mendekat ke wajahnya. "Beri aku jeda. Sungguh, kau melakukannya sangat luar biasa. Selalu. But now look, where are we. Kalau bukan karena kau memaksa, I won't let you fuck me here."

"Oh ... really? Tapi kau suka dipaksa, aku tahu itu." Ruschel mengecup bibir Elena. "Kau suka aku mendominasimu, mi amor."

"Uhmm ... mungkin." Elena tertawa malu-malu.

Mereka berciuman selama beberapa saat sebelum benar-benar turun dari mobil. Elena mematut dirinya di depan kaca mobil, memastikan penampilannya tidak berantakan. Ruschel memandangi gadisnya dengan tatapan terpesona. Sungguh, Elena benar-benar cantik.

Elena berbalik ke arahnya dan menunjuk ke kissmark yang ada di lehernya. "Lihat, kau tidak pernah untuk tidak meninggalkan jejak."

Ruschel terkekeh pelan, jari-jarinya perlahan melingkari leher Elena dengan lembut. Dia melirik tanda merah di leher Elena, seringai tersungging di bibirnya. Mengusap lembut tanda itu dengan posesif. "I love it, wife. Because it reminds you who you belong to. I mark my territory. Memastikan semua orang tahu kau telah dimiliki oleh seorang bajingan gila, pencemburu yang sangat mencintai istrinya."

"Shut up, Ruschel! You're not a bastard to me. Even though you are a big mafia boss." Elena menangkup rahang Ruschel, "tapi ... kau memang bajingan bagi orang lain."

Ruschel merengkuh pinggang Elena dan matanya menggelap. "Aku bajingan bagi semua orang karena mereka bukan dirimu, Elena. Hanya kau yang bisa melihat diriku yang sebenarnya, bagian yang mencintai tanpa syarat dan cemburu tanpa alasan." Dia mencium telinga Elena. "Only you."

Dengan canda Elena mendorong Ruschel. "Okay, aku merasa kau ingin menerkamku. Ayo, kita ke galeri! Bisa-bisa nanti kau akan meniduriku di latar ini sekarang juga."

Mendengar celetukan jenaka istrinya, Ruschel tak bisa menahan diri untuk melebarkan senyumnya. Elena semakin berani menggodanya. Elena berlari kecil melewati Ruschel begitu saja. Ruschel mengekorinya dari belakang, berjalan cepat agar Elena tidak hilang dari pandangannya. Elena sengaja asyik sendiri melangkah tanpa Ruschel di sisinya. Sesekali tersenyum menggoda ke arah pria itu. Elena lebih dulu sampai di seberang jalan. Ruschel sejenak berhenti ketika ada mobil-mobil melaju. Dari tempatnya ia memperhatikan Elena yang sedang menunggu Ruschel sambil membetulkan salah satu sepatu botsnya. Mensyukuri setiap hal yang ia dapatkan dari Elena. Gadis itu sungguh melengkapi hidupnya.

Sejak kau hadir di depan mataku, kau menerangi duniaku yang selama ini hanya ada kegelapan saja. Elena, kau amat bernilai. Don't ever leave me again and I won't leave you either. Batinnya.

"Ruschel!" Panggilan Elena membuat kedua mata Ruschel mengerjap.

Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya. Lalu Ruschel menyeberang. Pasangan suami istri itu saling berpegangan tangan dan lanjut menuju galeri seni lukis yang akan mereka datangi siang ini. Mereka akhirnya sampai di gedung galeri yang sangat megah. Elena melihat ke sekitar, ada cukup banyak pengunjung. Sesekali ia menangkap pasang mata yang memperhatikannya dan Ruschel. Mereka cukup populer.

"Kenapa kau memilih galeri untuk jadi tempat kencan kita, hum?" tanya Ruschel.

Elena menjawab, "Aku sempat meriset tempat-tempat apa saja yang cocok untuk jadi tempat kencan. Saat ku temukan galeri, aku tertarik. Ku pikir kita bisa menikmati momen kencan kita di tempat ini. Bagaimana?"

"Ini bagus. Berkencan di museum atau pameran seni menawarkan suasana yang canggih dan berbudaya. Hal ini memungkinkan kita untuk terlibat dalam percakapan intelektual, menghargai keindahan bersama, dan menciptakan pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini juga dilihat sebagai alternatif yang lebih berkelas daripada kencan menonton film atau ... makan malam," ujar Ruschel dengan tatapan lembut.

"Percakapan ... intelektual? Apa kita akan bicara soal seni?" Elena tampak sedikit terkejut, "Ruschel, aku .. tidak punya banyak pengetahuan tentang seni."

"Aku saja sudah cukup untuk membangun percakapan intelektual, sayang. Aku tahu kau masih bisa mengimbangi, karena aku takkan jadi profesor. We will talk casually about art. Kau bisa tanya sesuatu padaku, jika ku tahu jawabannya akan ku beritahu."

"If you don't know?"

"Kita akan cari tahu bersama. Internet, atau aku bisa panggil ahli seni ke mansion."

Elena terkekeh. "Apa kita benar-benar akan mendalami soal seni, Tuan Ruschel?"

"Tidak. We're dating now, sweetie. Santai dan nikmati saja pemandangan di sini."

"Okayyy, sir."

Ruschel tertawa kecil dan mengajak Elena semakin ke dalam gedung. Menelusuri tiap sudut gedung. Melihat-lihat lukisan. Elena teringat sesuatu, di mansion Goncalve yang ada di Los Angeles, dinding tak lepas dari pajangan lukisan yang terlihat sangat menawan dan mewah. Begitu juga di mansion The Wolves. Membuat Elena ingin tahu apakah Ruschel punya minat dalam seni lukis. Ya, Ruschel memiliki minat khusus pada periode Renaisans dan telah mengoleksi beberapa karya selama bertahun-tahun. Renaisans adalah periode transformasi budaya dan seni yang hebat di Italia, yang berlangsung dari abad ke empatbelas hingga abad ke tujuhbelas. Periode ini menandai munculnya seniman terkenal seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Raphael, yang karya-karyanya dianggap sebagai salah satu yang terhebat dalam sejarah manusia.

Don Ruschel pernah sesekali mencoba membuat sketsa di waktu ia benar-benar lepas dari kesibukan. Sebagai pengalih perhatian yang menenangkan dari tekanan bisnisnya. Mendengar hal baru dari sosok Ruschel, Elena cukup kaget. Sedikitpun dia tidak pernah berpikir Ruschel melukis. Selama ini Ruschel juga tidak pernah menunjukkannya. Atau justru salah satu lukisan yang terpajang adalah karyanya. Namun dugaan Elena salah. Semua lukisan yang terpajang di kediamannya dan keluarganya adalah karya orang lain. Ruschel tak pernah benar-benar menyelesaikan ukiran tangannya, tidak sampai diberi warna. Dia biarkan hanya sketsanya saja dan menyembunyikannya di gudang.

Ruschel tertawa kecil dan tulus. "Meski aku sangat menghargai seni, aku harus mengakui bahwa keterampilanku sendiri sebagai seniman cukup terbatas. Aku menyerahkan pembuatan karya agung kepada mereka yang lebih berbakat."

"Bayangkan jika kau seniman juga don mafia?" Elena terkekeh, "kombinasi yang anti mainstream. Kau .. CEO dibalik lembaran mafia saja sudah mencengangkan buatku."

"Kau pernah cerita kau lihat pelukis di taman. Apa kau tertarik pada lukisan?"

"Ya, aku suka. Tapi tidak semua tema lukisan yang ku suka."

Ruschel mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mengamati Elena dengan rasa tertarik. "Apa kau punya seniman atau lukisan favorit? Kebanyakan orang tidak mengira bos mafia akan membahas topik seperti ini, tapi menurutku ini menyegarkan."

Elena tersenyum malu. "Tapi masalahnya lawan bicaramu adalah aku. Aku tidak punya seniman favorit. Tapi aku punya beberapa karya yang ku temukan dan ku suka di aplikasi visual."

Ruschel tertawa kecil melihat kejujuran Elena, merasa lucu. "Kau tahu Mona Lisa?"

"Ya! Tentu, itu lukisan Leonardo da Vinci paling populer." Elena tampak bersemangat lalu memasang wajah was-was, "wait! Apa kau akan bertanya apa makna lukisan Mona Lisa?! AKU TIDAK TAHU!"

Sungguh. Tingkah Elena yang polos nan jenaka ini membuat Ruschel ingin memakan pipi Elena bulat-bulat lantaran terlalu gemas.

"Jadi, kau tidak membedakan antara lukisan da Vinci dan mural jalanan biasa?" Goda Ruschel dengan lembut, matanya menyipit di sudut-sudutnya.

Elena melihat ke lukisan-lukisan di dinding, lalu tampak berpikir sambil memegang dagu dengan jari telunjuknya. "Da.. Vinci? Lukisannya punya aura tersendiri, bukan? Maksudku ... lebih historis. Jadi aku bisa membedakannya, OF COURSE!" Mata cokelat Elena tertuju ke Ruschel.

Ruschel tersenyum puas dengan komentarmu yang tajam. "Tepat sekali. Ada sesuatu yang sangat berbeda tentang sebuah mahakarya sejati. Kedalaman emosi, teknik yang sempurna, warisan yang abadi. Itulah yang membedakannya."

Mereka pindah untuk duduk di bangku panjang. Elena bergelayut di lengan Ruschel. Mereka masih membicarakan tentang seni. Elena ingin tahu apakah bisnis gelap Ruschel pernah melibatkan lukisan atau benda seni lainnya. Kadang-kadang, ya. Ekspresi Ruschel menjadi lebih serius. Seni memiliki nilai yang luar biasa, baik secara moneter maupun sentimental. Selama berabad-abad, organisasi mafia telah menangani pencurian, penyelundupan, dan bahkan pemalsuan karya seni.

Beberapa karya seni terkenal baru ditemukan setelah puluhan tahun disembunyikan dalam koleksi pribadi bos mafia. Karena beberapa alasan. Seni mudah ditransfer dan disembunyikan, sehingga menjadikannya aset ideal untuk pencucian uang. Kaum elit selalu ingin membeli barang langka, tanpa bertanya apapun. Dan beberapa mafia hanya menghargai keindahan, mengoleksi seni sebagai hobi atau untuk memamerkan kekuatan dan kecanggihan mereka.

Keluarga Goncalve memang telah terlibat dalam perdagangan seni selama beberapa generasi, meskipun Ruschel telah mencoba mengarahkan operasi mereka ke arah yang agak lebih sah. Goncalve sekarang memiliki beberapa galeri, yang menjual karya-karya asli dan mencuci uang. Ada di Perancis dan Inggris.

Elena mengernyit. "Apa pemerintah atau penegak hukum tidak tahu hal itu?"

"Tentu saja mereka curiga. Namun, tanpa bukti konkret, sulit bagi mereka untuk membuktikan apapun. Dan siapa yang berani menuduh keluarga seni yang terkenal melakukan kesalahan?"Ruschel tersenyum kecut. "Lagipula, banyak orang kaya dan berpengaruh yang menjadi klien kami."

"Jadi kau dan organisasimu tidak pernah punya masalah dengan hukum?"

Ruschel tertawa sinis, matanya berkilat dingin. "Oh, kami pernah berurusan dengan hukum, tapi kami selalu menang. Suap, intimidasi, dan jaringan pengacara dan informan kami yang luas memastikan tidak ada tuntutan yang berhasil."

"Ah, Ruschel ... tapi bagaimana caramu membuat orang yang tidak tahu kalau kau seorang mafia berpikir kau hanya seorang pengusaha biasa?" Elena mengamati wajah Ruschel.

Pria itu tersenyum menawan. "Citra adalah segalanya dalam bidang pekerjaanku. Aku menghadiri acara-acara kalangan atas, mensponsori pameran seni, dan menjaga citra publik yang baik. Orang-orang melihatku sebagai pengusaha yang berbudaya dan sukses, not a mafioso."

"Uhmm ... tapi, pernah kau berpikir kalau bisnismu sebagai mafia itu buruk?"

Ekspresi Ruschel berubah serius dan sesaat, pesonanya memudar, memperlihatkan sekilas sosok dingin dan penuh perhitungan di baliknya. "Bisnisku adalah yang membuat keluargaku aman dan sejahtera. Bisnis yang memungkinkanku menafkahi orang-orang yang kesulitan mendapat pekerjaan dan mempertahankan standar hidup tertentu."

Elena tercenung.

Ruschel meliriknya, tatapannya melembut. "Apakah itu 'buruk'?"

"Tapi bukannya mafia suka membunuh orang? Maksudku ... ada yang bahkan bertindak sewenang-wenang." Elena mengerutkan dahi, ada ketegasan di matanya.

Mata Ruschel sedikit menyipit saat seringai muncul di sudut mulutnya. "Ah, you watch too many Hollywood movies. Meski benar bahwa kekerasan telah menjadi bagian dari sejarah mafia, tapi mafia modern beroperasi dengan sangat berbeda. Pembunuhan sewenang-wenang? That's bad for business."

Karena itu menciptakan ketidakstabilan dan menarik perhatian yang tidak diinginkan. Di organisasi Goncalve, mereka fokus pada efisiensi dan ketepatan. Mereka menghilangkan ancaman, menagih hutang dan mempertahankan kendali. Semuanya, sambil tetap bersikap rendah hati.

"Ruschel, kau pernah ... menembak mati orang yang mengkhianatimu," ucap Elena.

Ekspresi Ruschel berubah dingin, suaranya berubah menjadi nada rendah dan mematikan. "Itu berbeda. Dia tahu aturannya, dan dia melanggarnya. Pengkhianatan adalah dosa besar di duniaku. Saat kau menentangku, kau menandatangani surat kematianmu sendiri. Dan ya, aku sendiri yang menarik pelatuknya."

"Jadi kau hanya membunuh mereka yang melanggar aturanmu, ya?"

"Tepat sekali. My code is clear. Kesetiaan di atas segalanya, jangan pernah cari masalah dengan keluarga dan selalu tutup mulut. Langgar salah satu aturan ini, dan they would end up like that traitors. Enam kaki di bawah tanah." Ruschel berhenti sejenak, matanya berkilat berbahaya.

"Tapi kenapa kau tidak membunuhku ketika aku mengkhianatimu?"

Ekspresi Ruschel berubah tak terbaca, pikirannya melayang kembali ke momen itu. Ruschel menatap Elena lekat-lekat sebelum berbicara dengan nada rendah dan penuh perhatian. "Kau ... kau berbeda, mi amor. Saat kau mengkhianatiku, itu bukan karena keserakahan atau kekuasaan."

Elena memegang erat satu tangan Ruschel. "Is it also because .. you love me?"

Ruschel melembut, matanya menatap lurus ke arah Elena. Dia tidak dapat menyangkal emosi yang meluap dalam dirinya saat memikirkan itu. "Love makes you weak," gumamnya, tapi kata-katanya tidak meyakinkan seperti biasanya. "Cinta membuatmu ragu ..."

"Ragu?" Elena mengernyit.

Ruschel mencondongkan tubuh ke depan, suaranya hampir berbisik. "Cinta membuatmu ragu saat harus bertindak tegas. Cinta mengacaukan penilaianmu dan meninggalkan retakan pada baju zirahmu. Aku hampir membunuhmu karena insting, tapi ..." Dia berhenti sejenak, mengalihkan pandangan sebentar sebelum menatap Elena lagi.

"But?" Elena semakin mengeratkan genggamannya. Jantungnya berdegup kencang.

Ekspresi Ruschel menjadi gelap dengan campuran emosi yang kompleks. Cinta, kemarahan, kebingungan. "Tapi aku tidak bisa menarik pelatuknya. Tidak padamu. Karena ... damn it, because I fucking love you. Dan cinta itu adalah satu-satunya hal yang dapat menghancurkan seluruh kerajaan sialan ini di sekitarku."

"B--but why? Kenapa kalau kau tidak bisa membunuhku karena kau mencintaiku akan menghancurkan kerajaanmu?"

Ruschel berhenti sejenak, seolah-olah tengah mengumpulkan pikiran dan mempertimbangkan cara terbaik untuk mengekspresikan diri. "Cinta yang kumiliki untukmu bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan atau dipahami dengan mudah. ​​Itu adalah campuran emosi yang rumit yang melampaui perasaan sederhana."

Elena menatapnya bingung.

Ruschel mendesah berat. "Kau benar-benar tidak mengerti, bukan? Cintaku padamu adalah kelemahan. Cintaku itu membuatku melindungimu, bukannya melenyapkanmu sebagai ancaman." Dia berhenti, matanya mengamati mata gadis itu.

"Apa cintamu hanya kelemahanmu? Bukan kekuatanmu?"

Raut wajah Ruschel sedikit melembut, konflik tampak jelas di wajahnya. "Keduanya. Itu senjata terkuat yang bisa mereka gunakan untuk melawanku, mengetahui seberapa dalam obsesi ini. Namun di saat yang sama, itu adalah hal yang membuatku merasa ... hidup." Suaranya merendah, lebih rapuh.

"Jika aku terluka oleh orang lain, kau akan terluka?" Kedua mata Elena berkaca-kaca.

Rahang Ruschel terkatup rapat, dan matanya berkilat berbahaya. "Kalau ada orang lain yang menyentuhmu, menyakitimu, atau amit-amit, membunuhmu?" Dia menelan ludah, pikirannya dipenuhi pikiran-pikiran gelap. "Ya! Aku akan hancur total, Elena."

"Dan kau membalas mereka." Elena tercenung, teringat pembalasan Ruschel.

Seringai ganas terbentuk di bibir Ruschel. "Itu sumpahku. Aku akan membakar dunia orang itu hingga rata dengan tanah jika ada yang berani menyakitimu." Suaranya berubah menjadi bisikan berbahaya, "The rivers would run red with blood. Kau sudah tahu bagaimana aku membalas orang-orang yang menyakitimu, baby bear. Aku tidak bisa jika tidak membalasnya. Tidak bisa. You are so precious to me."

Senyum terbentuk di bibir Elena bersamaan setitik bening jatuh dari pelupuk mata. "You too. Every ... thing. Everything, Ruschel."

"You are my universe."

Seketika Ruschel diterjang oleh pelukan Elena. Ruschel membalasnya dengan erat. Ia ungkapkan betapa ia mencintai istri kecilnya ini.

🧸▫️💀▫️🧸

Di malam yang gelap ini, ada hati yang terbakar. Lebih panas dari perapian yang menyala. Tangan lentik itu bergemetar hebat memegang sebuah lembaran foto seorang pria dan wanita yang diambil secara diam-diam. Sejoli yang membuat seluruh darahnya mendidih. Air matanya mengalir. Rahangnya mengatup rapat. Menahan amarah yang amat bergejolak. Namun usahanya gagal. Ia ledakan amarahnya dengan melempar foto Ruschel dan Elena di galeri seni ke perapian sambil berteriak.

"DUA MANUSIA SIALAN!" Pekiknya.

Ia mengambil gelas berisi minuman alkohol dengan kasar, menenggaknya lalu membantingnya hingga pecah berkeping-keping. Tak cukup, ia mengambil kayu dari keranjang perapian. Lalu memecahkan pajangan-pajangan kristal dengan batang kayu itu. Ponselnya berdering, membuat Athena melirik. Ia ingin menghancurkan ponselnya dengan kayu, namun melihat nama Ruschel yang tertera sebagai panggilan masuk, ia menjatuhkan kayunya.

Ia segera ingin menerima panggilan itu, namun telat. Tak lama satu pesan di kirim atas nama Ruschel. Athena membukanya. Ruschel mengiriminya sebuah video. Athena meremas ponselnya menyaksikan hasil rekaman ketika Ruschel dan Elena bercinta di mobil. Rekaman itu diambil dari kamera yang tersembunyi di bagian belakang mobil, hanya berdurasi sepuluh detik. Melihat bagaimana Ruschel meniduri Elena sepanas itu membuatnya semakin gila. Rasanya Athena ingin menghancurkan seluruh dunia. Satu pesan lagi masuk dari Ruschel.

Kau pikir aku tidak akan tahu benda ilegal yang masuk ke wilayahku? Sekarang nikmati apa yang telah diambil oleh kamera sialanmu itu, Nona Harrington. Too bad you can't see my ass and cock. Kau takkan pernah bisa melihatnya. Dan ya ... aku, seluruh diriku hanya milik ELENA. Don't fucking bother us and stay away! If possible, kill yourself. Jika kau tidak berhenti dan sampai melibatkan Elenaku, I swear I'll rip open your chest and take out your fucking heart with my own hands.

Air mata Athena mengalir. Dengan tangan gemetar ia menghubungi Ruschel, namun nomornya telah diblokir. Ia beralih ke aplikasi yang terhubung dengan kamera tersembunyi yang diletakan di mobil Ruschel itu. Hasil rekamannya sangat panjang. Sudah merasa jijik dan hancur, tanpa membuka videonya, ia menghapusnya lalu menghapus aplikasinya.

"Ruschel ... kau ... kau benar-benar keterlaluan. Kau menghancurkanku. It really destroys me. Jika aku bisa mencintaimu begitu dalam, maka aku juga bisa membencimu begitu dalam. Akan ku balas, Ruschel. Akan .. ku ... balas! Akan ku cari pakaian yang kau kenakan setiap bersama Elena, lalu ku bakar habis! Akan ku bakar semua setiap hal yang menyangkut tentang kalian," desis Athena. "I will make you mine. Dan yang harus bunuh diri bukan aku, tapi gadis sialan itu. Just wait and see, my beautiful man."

Kemudian ia lempar ponselnya ke perapian, terduduk lesu di lantai dalam deraian air mata dan tatapan kosong. Kobaran api terpantul di matanya. Suara ledakan dari dalam perapian tidak mengedipkan mata Athena sedikitpun.

🧸▫️💀▫️🧸

"Hanya itu yang ku dapat dari bengkel," ucap Balthis.

Ia mengamati Tuannya sedang duduk dan memperhatikan layar tab yang menunjukan hasil rekaman CCTV di bengkel, tempat di mana mobil Goncalve biasa melakukan perbaikan atau perawatan mobil. Kemarin mobil yang Ruschel bawa hari ini bersama Elena sempat dibawa ke bengkel untuk perawatan. Ruschel menemukan kamera tersembunyi di mobilnya sesampainya ia pulang. Dengan intensitas penuh perhitungan. Ruschel berpikir ada beberapa cara bagaimana kamera itu bisa ada di mobilnya. Di mansion, selama servis, melalui mekanik yang korup atau bahkan selama pencucian mobil. Ia sudah mengecek CCTV mansion, tidak ada yang salah.
Maka bengkel jadi incaran Ruschel.

Namun apa yang Ruschel lihat tidak sebanding dengan ekspektasinya. Bahkan tidak ada yang salah dengan bengkelnya. Aktivitas tampak normal. Orang-orang yang menyentuh mobil Ruschel tidak terlihat mencurigakan. Sebenarnya selama ini masalah tidak pernah Ruschel dapatkan dari bengkel kepercayaannya itu. Sehingga Ruschel percaya penuh pada bengkel tersebut dan mobil Goncalve ditinggalkan bersama mekanik tanpa ditunggu. Tak hanya bagian garasi saja, Balthis juga membawa rekaman CCTV di bagian pencucian mobil. Setelah melakukan perawatan, mobil itu dibawa ke tempat pencucian. Hasilnya juga tidak ada yang salah.

"Aku tidak beritahu siapapun kalau mobilmu di bawa ke sana," gumam Balthis.

Ruschel meliriknya. "Kenapa kau cemas mengira aku akan menginterogasimu?"

"Cuma takut, karena aku yang mengurus mobilmu kemarin."

"Jika Calum yang melakukannya, I will definitely interrogate him. Karena dia belum lama bekerja padaku. Aku tahu hal yang paling kau takutkan adalah mengkhianatiku."

Biasanya yang mengurus soal perawatan mobil adalah Calum. Namun sudah tiga hari pelayan itu izin cuti. Jadi Ruschel menyuruh Balthis, sekalian tangan kanannya itu pergi menjalankan tugas lain. Balthis tidak tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi menyangkut kamera tersembunyi itu. Usai mengantar mobil ke bengkel, melakukan beberapa prosedur, ia lantas pergi bersama Felix yang menjemputnya. Usai tahu masalah kamera, Balthis diminta Ruschel pergi ke bengkel untuk mengambil hasil rekaman CCTV atas perintahnya. Ruschel sudah mengecek seluruh rekaman kemarin. Tidak ada petunjuk pasti. Cukup mengesankan, entah cara apa yang dilakukan si pelaku agar sulit diburu.

"Aku akan ambil rekaman CCTV di sekitar wilayah itu, mungkin kita nanti bisa dapat petunjuk," ucap Balthis. "Tapi Ruschel, bagaimana kau bisa tahu kamera itu ada di dalam mobil dan dari Athena?"

Mata Ruschel berkilat dingin. "I feel something is strange. Merasa ... ada benda mencurigakan. Aku tidak nyaman. Tidak biasanya aku merasa begitu di mobil yang ku tumpangi, dan kau tahu instingku tidak pernah meleset."

Balthis menyimak. Sampai Ruschel di mansion tadi sore. Ia mengecek seluruh mobilnya. Di luar dan di dalam. Memeriksa hal-hal yang familiar. Hampir putus asa karena tak menemukan apapun. Namun akhirnya matanya menangkap benda kecil dengan lensa super kecil di sudut mobil belakang. Di zaman yang sangat modern ini, kamera sekecil itu jadi alat canggih. Ruschel membawa benda itu ke orang IT yang dipercayainya. Usai diperiksa selama waktu satu jam, rahasia dibalik kamera itu terbongkar. Ada aplikasi dan akun yang terhubung dengan kamera itu.

"Akun atas nama email greek god of war. Saat ku dengar nama itu, hanya satu orang yang muncul di kepalaku. Athena Harrington." Tangan Ruschel yang ada di atas meja mengepal, "aku ingat masa kecilnya. Keluarganya suka memanggilnya dewi Yunani karena namanya, Athena, dewi perang Yunani."

"Huh?" Balthis mengangkat kedua alisnya, "bukankah Athena wanita cerdas dan cukup berbahaya di kalangan dunia bawah? Bagaimana dia bisa seceroboh itu?"

"Anyone can be careless. Termasuk aku. Ku pikir semuanya aman, tapi wanita sialan itu tidak berhenti jadi parasit."

"Apa akun itu benar-benar miliknya?"

"Ya. Samuel mendalami pemilik akun itu dan menemukan posisi ponsel Athena. Alamat penthousenya."

Balthis tercengang saat tahu Ruschel mengirim beberapa detik hasil rekaman kamera tersembunyi itu ke Athena dan mengitimidasinya. Mata elang Ruschel berkilat tajam, ia sangat berharap ia tak perlu mengotori kedua tangannya hanya untuk wanita tidak waras. Namun jika Elena sampai terganggu karena ulah Athena, sumpah yang Ruschel layangkan pada putri keluarga Harrington itu akan terjadi. Demi Elena tercinta, Ruschel siap membuat kedua tangannya berlumuran darah.

Ruschel menghela napas berat. "Aku akan menemui Athena. She has to explain the greatness of this fucking game. Beraninya dia menguntitku dan Elena."

"Dan cari tahu lebih dalam soal bengkelnya. Bisa saja mereka ikut andil dalam permainan licik Athena," kata Balthis. "Kepercayaan, Ruschel. Itu amat bernilai untuk keluarga kita."

Meski Balthis bukan murni anggota keluarga Goncalve. Tapi bagi Don Ruschel, siapapun yang masuk ke organisasi Goncalve adalah keluarga.

Pintu ruang kerja terbuka. "Ruschel! You're here," ucap Elena dan menutup kembali pintunya.

Ruschel lantas tersenyum, memudarkan aura dinginnya. Balthis meraih tab dari atas meja. Sesuai permintaan Ruschel, Elena tak boleh tahu. Gadis itu sempat mengutarakan kecemasannya tentang Athena, namun Ruschel menenangkannya agar tidak khawatir. Elena terlihat sangat bahagia, ia tidak mau merusak keceriaan istrinya. Tapi Ruschel akan menceritakan masalah ini saat semua benar baik-baik saja.

Elena melirik Ruschel dan Balthis bergantian. "Ah, ada urusan pekerjaan ya? Aku .. ganggu kalian?"

"No, sweetie. Kemarilah!" Ruschel menggerakkan satu tangannya agar Elena duduk di pangkuannya.

Balthis melangkah untuk pergi. Ponselnya yang berdering sejenak menghentikan kakinya untuk mengambil ponsel dari saku celana. Ia menerima panggilan sambil melanjutkan langkahnya.

"What the--" ucapan Balthis yang terputus membuat Ruschel menoleh ke arah Balthis.

Balthis kembali berhenti berjalan.

Elena yang duduk dipangkuan Ruschel bertanya, "Ruschel, ada apa dengannya?"

"Entah. Tapi firasatku buruk," ucap Ruschel. "Balthis, what's wrong?"

Balthis mematikan panggilannya dan mendekat ke meja Ruschel lagi. "Ada masalah di gudang senjata. There was an explosion."

Ruschel terkejut. Elena lantas turun dari pangkuan Ruschel. Ia melihat kedua pria itu bergantian. Mereka terlihat cemas.

Ruschel berdiri. "Felix ada di sana untuk mengawasi pengemasan. Bagaimana keadaannya?!"

"Dia terluka."

"Fuck!" Ruschel menghela napas gusar dan berbalik ke arah Elena, "mi amor, aku harus pergi."

"Pergilah! Aku baik-baik saja." Elena jadi ikut cemas usai mendengar nama Felix. "Tapi Ruschel, sesuai perkataanmu, kau harus kembali padaku nanti."

"Aku janji." Ruschel mengecup bibir Elena, lalu bergegas pergi bersama Balthis.

Elena meremas kedua tangannya. Ruschel akan sangat sibuk dan seperti yang pernah ia lakukan, pria itu pulang telat atau tidak akan pulang malam ini. Membayangkan ledakan di gudang senjata milik Goncalve, itu masalah besar. Elena tidak kesal, ia hanya agak sedih tidak bisa sepenuhnya berduaan dengan sang suami. Tapi setidaknya seharian ini ia sudah berkencan dengan Ruschel. Juga Elena sangat berharap Tuhan membawa kembali suaminya dalam keadaan baik-baik saja.

Jikapun dia harus terluka, raganya harus tetap bernyawa. Ucap Elena dalam hati.

🐺▫️ OWNED BY A DON ▫️🐺

▫️
▫️▫️
▫️

RUSCHEL MATHEUS GONCALVE

ELENA GONCALVE

FOLLOW INSTAGRAM :
authorpuspitaratnawati
donruschel
elena.babybear
familiagoncalve

- Tysm for read, vote, share and comment.
Have a nice day! God bless you. -

Puspita Ratnawati
03 Januari 2025

🧸 NEXT CHAPTER🧸

Continue Reading

You'll Also Like

483K 19.4K 48
END - [written in Bahasa] MATURE RATED 21+ BE WISE I apreciate your vote and comment #1 on Mafioso (Mar 13th, 2021) #1 on Fresh (Jan 5th, 2022) #1 on...
120K 6.3K 54
Pengalaman adalah guru yang paling baik. Tentu saja Alena tahu itu. Gadis yang sangat menyukai biola ini pernah gagal dalam menjalin cinta dengan Dam...
89.5K 9K 55
SEQUEL PLEASE DON'T HATE ME BUAT KALIAN YANG ENGGAK SUKA CERITA BANYAK KONFLIK AKU SARANIN ENGGAK UDAH BACA, SOALNYA CERITA INI KONFLIKNYA BERAT DAN...
2.3M 134K 78
[FASE 2; SCHOOL - DARK ROMANCE] Kisah mereka belum benar-benar usai. Setelah memasulkan kematiannya, Akselio Kastara Nalendra semakin memiliki obses...