"Lo yakin ini nggak salah?"
Lisandra Isabella Adhikara menatap pantulan dirinya di cermin. Dress hitam body fit yang nyokapnya pilih bikin dia kelihatan anggun, tapi juga sedikit badass—apalagi dengan tato di lengannya yang mencuri perhatian.
"Kenapa sih harus dandan kayak gini buat ketemu cowok yang bahkan gue nggak kenal?" dengusnya sambil merapikan rambut.
Dari belakang, Rosella Orlin Orlando, Janette Priscilla Madden, dan Jasmine Aurelia Wijaya cuma bisa cekikikan.
"Lis, lo sadar nggak sih? Lo mau ketemu CEO ganteng, sukses, dan kaya. Lo seharusnya excited, bukan protes!" kata Janette sambil mengibas-ngibaskan tangannya dramatis.
Lisa mendengus. "CEO mah sah-sah aja. Tapi kalau cowoknya kaku kayak patung lilin? Duh, no, thanks."
Jasmine ngakak. "Siapa tahu dia diem-diem suka cewek pecicilan kayak lo?"
Lisa nyengir sinis. "Kalau gue jadi dia, gue pasti langsung pingsan."
Tapi mau nggak mau, dia tetap berangkat. Bukan karena dia setuju dengan perjodohan ini, tapi lebih ke... penasaran.
Seperti apa sih cowok yang orangtuanya anggap 'sempurna' buat dia?
Di sisi lain kota, Jevano Sebastian Mavendra duduk di dalam mobil, menatap ke luar jendela dengan ekspresi datar. Setelan jas hitamnya rapi, rambutnya klimis, dan di balik lengan kemejanya, ada tato yang samar-samar terlihat—menambah kesan misterius dan seksi yang bikin banyak cewek klepek-klepek.
Jeffrey Alvaro Leonard, Mahen Orion Dante, dan Edric Darius Mateo duduk di sampingnya, berusaha menahan ketawa.
"Bro, lo siap ketemu calon istri lo?" tanya Jeffrey sambil nyengir jail.
Jevano mendengus. "Istri? Kita lihat dulu, dia cukup waras atau nggak."
Edric ngakak. "Sama-sama waras kayak lo?"
Jevano nggak jawab. Yang ada di pikirannya sekarang cuma satu:
"Kalau cewek ini manja dan nyusahin, gue cabut."
Tapi satu hal yang mereka berdua nggak tahu...
Takdir nggak pernah bisa diprediksi.
Dan perjodohan ini mungkin lebih dari sekadar kesepakatan bisnis.
✦ 𝐖𝐞’𝐥𝐥 𝐦𝐞𝐞𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 ✦