¶¶ÒõÉçÇø

Aku Ini Siapamu? It's Jeno x...

By piramidahitam

145K 16.3K 3.3K

Jeno dan Jaemin sudah berteman sejak lama. Tapi Jeno punya perasaan lebih pada sahabatnya. Sampai pada akhirn... More

Chap. 1
Chap. 2
Chap. 4
Chap. 5
Chap. 6
Chap. 7
Chap. 8
Chap. 9
Chap. 10
Chap. 11
Chap. 12
Chap. 13
Chap. 14
Chap. 15
Chap. 15.5
Chap. 16
Last! ; Omake

Chap. 3

7.8K 926 297
By piramidahitam

"Hey tunggu kalian berdua!"

Spontan Haechan dan Jaemin membalikkan tubuh mereka. Terutama Jaemin yang sudah hafal sekali dengan suara itu.

Kakinya yang hampir melangkah langsung bergetar, mengetahui siapa yang baru saja memanggilnya.

Sosok itu mendekati mereka dengan berlari-lari kecil. Semakin dekat dengan dua lelaki manis itu, maka semakin kencang debaran jantung Jaemin.

Siapa sangka kalau yang memanggil itu, Mark Lee?

Astaga, ini bukan mimpi kan?

"Kalian mau ke indoor kan? Jalan di sebelah sana ditutup, lebih baik kalian masuk lewat pintu belakang," kata artis sekolah itu sambil menunjuk jalan lain kepada mereka.

"Ah..ah begitu, sejak kapan sunbaenim?" tanya Jaemin berusaha menetralkan dirinya.

"Entahlah sepertinya dari kemarin, atapnya bocor sehingga jalanan disitu sangat licin, kalian jangan lewat sana, nanti jatuh tidak ada yang menangkap, hahaha."

Lalu Jaemin tertawa canggung, sedangkan Haechan hanya sinis saja, apa-apaan tidak ada menangkap? Menggelikan.

Mark menunduk, terlihat tersipu malu dan tersenyum, menggaruk tenguknya yang sepertinya tidak gatal, namun sedetik kemudian bertanya, "Ngomong-ngomong nama kalian siapa? Aku sering melihat kalian di stadion dan bersama Jeno, kalian kawannya kan?"

"Ne, sunbaenim!"

Mark terkikik, "Sunbaenim? Kaku sekali. Panggil saja aku Mark, Mark hyung lebih sopan, hehe. Dan...kalian?"

"A..anyeong Sunbaenim, Na Jaemin imnida!" kata Jaemin membungkuk.

Sekali lagi Mark tertawa, "Sudah kubilang jangan pakai sunbaenim kan? Kau bisa panggil aku hyung! Dan...kau?"

Haechan yang merasa diajak berkenalan, membungkukan sedikit kepalanya, "Lee Donghyuk imnida, tapi kau bisa panggil aku Haechan."

'Kau? Kau? Kau?' pikir Jaemin dalam hati. Kurang ajar sekali Haechan memanggil sunbae itu dengan 'Kau'.

Lain kebalikannya dengan Mark yang malah terkikik dengan logat Haechan yang campur sopan dan tidak sopan. Lalu Mark mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan.

Awalnya Haechan bingung dengan telapak tangan yang tersedia di hadapannya namun setelah terdiam melihat telapak tangan itu, akhirnya Haechan menggenggam-nya dan berjabat tangan.

Sedangkan Jaemin sedari tadi sudah menahan napas karena akan berjabat tangan dengan idolanya.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jeno masuk rumah sakit.

Bukan, bukan karena Mark yang berjabat tangan dengan Jaemin, bukan.

Yah, tapi ada saja yang berkaitan dengan itu.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jaemin dan Haechan menunggu Jeno keluar dari lapangan indoor, keduanya duduk di kursi penonton yang paling dekat dengan lapangan.

Satu persatu anggota tim basket melewati Jaemin dan Haechan dan tentu saja penonton yang lain, lalu turun melewati tangga panjang menuju keluar pintu indoor.

Lapangan indoor ini memang tinggi, karena bagian lapangan basketnya di lantai atas sedangkan futsal di bawah.
Tangga-nya lumayan tinggi sih, cukup membuatmu terengah-engah menaikinya.

"Hey, kalian menunggu Jeno?" tanya lelaki berambut merah datang menghampiri mereka berdua.

Namanya Renjun. Ia salah satu anggota tim basket dan teman dekat Jeno juga. Dan salah satu teman terbaik mereka bertiga di luar kelas.

Haechan mengangguk, "Kalau aku sih iya. Entah dengan si bodoh satu ini."

Sedangkan Jaemin masih sibuk celingak-celinguk mengikuti gerakan Mark di lapangan sana.

"Si bodoh ini makin bersemangat sejak si Mark Lee itu mengajak berkenalan sebelum kesini," kata Haechan tidak mood. Malas melihat Jaemin yang semakin berbinar-binar melihat Mark.

"Loh? Memangnya Jaemin suka dengan Mark hyung?" tanya Renjun, agak kaget.

Yah bagaimana tidak kaget, selama ini kan Renjun lihatnya Jeno dan Jaemin yang sering bergandengan tangan.

"Dia putus sama jeno?"

Haechan melotot, Jaemin menolehkan kepalanya pada Renjun yang merasa namanya terpanggil.

"Kenapa Renjun?" tanya Jaemin tersenyum.

"Itu, kau sudah put-" belum selesai Renjun mengulang, mulutnya dibekap Haechan.

"Dia bertanya, apa kau...eum..sedang menunggu Jeno juga?"

Jaemin tersenyum, "Oh, tentu saja!" seketika Jaemin langsung membalikkan wajahnya lagi menuju subjek yang sedari tadi ia perhatikan.

Di belakangnya, Haechan berbisik-bisik dengan Renjun.

"Mereka TIDAK pernah pacaran, bodoh," kata Haechan memukul pelan kepala Renjun.

"Aw! Ah tapi benarkah? Jadi yang selama ini kulihat itu apa?"

"Aku juga tidak tahu, Membingungkan."

Renjun lalu tersenyum, menampakkan gigi-gigi manisnya yang tidak rata itu, "Berarti aku punya kesempatan dong?"

Haechan melotot, lagi.

"Apa yang kau maksud?"

"Jeno. Kau tau sendiri, ia sebenarnya cukup populer, dia kedua setelah Mark hyung. Namun semenjak sekolah tau ia 'pacaran' dengan Jaemin, maka tidak ada lagi yang mendekatinya. Kau ingat Koeun sunbaenim kan? Dia menembak Jeno namun ditolaknya!"

Haechan mengernyit, "Jadi, yang kau maksud?"

"Yah, kurasa Jeno juga luar biasa. Dia tampan, baik dan pintar. Seseorang yang layak dijadikan pacar, hahaha."

"Kau naksir Jeno?"

"Hmm, entahlah. Tapi aku 'suka' dengannya," kata Renjun tersenyum.

Tidak menyadari ada seseorang yang bahkan mendengar semua percakapan mereka sedari tadi.

"Aigoo, sudahlah. Jangan menunggu Jeno, dia bahkan yang paling bodoh." Haechan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Hahahaha! Ohiya, dan apa kau tau? Jeno termasuk ke dalam tim yang akan berangkat turnamen kota loh, 2 minggu lagi!"

"Ah, begitu, dia sih memang sudah tidak diragukan lagi," kata Haechan menatap lurus, ke arah subjek yang mendekat dari lapangan, berkeringat, dan terengah-engah, "Jeno!"

Jeno tersenyum. Lalu duduk di kumpulan mereka, tepatnya di sebelah Jaemin. Jaemin yang sedari tadi memperhatikan Mark langsung mengalihkan fokusnya pada teman-nya yang baru datang.

"Aigoo Jeno-ya, sudah kubilang kan kalau latihan pakai headband, lihat ponimu kemana-mana!" kata Jaemin merapihkan rambut Jeno yang berantakan. Padahal rambutnya basah, tapi Jaemin tidak jijik sedikitpun.

"Kalian masih menungguku? Mungkin aku masih lama, aku harus latihan tambahan," kata Jeno, mengambil tasnya dan membukanya, "Shit! Lupa beli air minum!"

Jaemin menepuk pelan bibir Jeno, "Bahasamu Jen, ini, aku ada air, minum saja."

Lalu Jeno mengambil air itu dan tak lupa mengatakan terima kasih.

"Jadi, kau masih lama?" tanya Haechan.

Jeno mengangguk, "Kalian pulang duluan saja, lagipula hari sudah semakin dingin."

"Ya sudah kalau begitu. Ayo Jaem, pulang," kata Haechan menarik tas Jaemin.

"Uh, aku masih belum mau pulaang~" kata Jaemin merajuk.

"Jaem, aku lihat tadi kau makan siang sandwich saja, kau belum makan-makanan berat dan kantin sudah tutup, ayo pulang dan minta Park Ahjumma membuatkan makan malam untukmu, aku tidak mau maag-mu kambuh karena hal ini," kata Jeno berusaha mengangkat Jaemin.

Jaemin cemberut, tapi tetap berdiri, ketika ketiganya berdiri, Renjun melambaikan tangannya, "Hati-hati di jalan guys!"

Jeno bermaksud untuk mengantar mereka sampai depan lapangan indoor. Namun ketika kakinya hampir menginjak anak tangga pertama,

Terdengar suara teriakan di belakang mereka.

"AWAS!!!!!"

Ketika menengok ke belakang, ketiganya terkejut, sebuah bola basket dengan kecepatan luar biasa menuju ke arah mereka.

BUKKK!!

Harusnya memang Jaemin yang kena. Karena dilihat dari arah datangnya bola, sudah pasti Jaemin yang kena. Namun apa daya, Jeno memang sudah kebiasaan melindungi Jaemin.

Jeno-lah yang kena. Dan yang lebih parah lagi, badannya kini terhuyung-huyung dan.....

BRUUKKKKKK!!

Jeno jatuh dari tangga.

Semua terjadi begitu cepat, bahkan Haechan yang biasanya sigap sampai tidak bisa menahan Jeno yang tadi hampir jatuh.

Semua orang berteriak, sedangkan Jeno? Ia sudah tak sadarkan diri, dan meninggalkan cucuran darah yang keluar dari hidungnya.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"Tunggu diluar ya, dia akan menerima pemeriksaan lebih lanjut, karena ia masih belum sadar," kata perawat yang akan masuk ke dalam bilik yang ditempati Jeno.

Haechan dan Jaemin hanya mengangguk khawatir.

"Ya tuhan, apa separah itu?" tanya Jaemin khawatir, menempelkan wajahnya ke jendela kecil di pintu bilik itu.

"Menurutmu? Pukulannya keras sekali tahu!" kata Haechan melipat tangannya, ia sama khawatirnya dengan Jaemin. Bedanya, dia sedang kesal dengan seseorang.

"Lagipula siapa suruh dia malah berjalan ke arahku begitu?" tanya Jaemin ketus.

"Ya daripada yang kau yang terbaring lemah disana!" balas Haechan, menurutnya pertanyaan Jaemin sangat tidak perlu dijawab.

Jaemin cemberut, ia khawatir tapi tidak bisa berbuat apapun.

"Dia melindungimu tau," kata Haechan kesal, "Setidaknya, tau diri sedikitlah."

Jaemin terkejut dengan kalimat pedas Haechan. Tak biasanya kalimat Haechan menyakiti Jaemin seperti itu.

"Apa....."

"Aku jadi semakin kesal pada Mark," kata Haechan.

Jaemin melotot, "Apa sangkut paut-nya dia dengan ini?"

Haechan balas melotot, "Menurutmu? Siapa yang membuat Jeno seperti ini, hah? HAH?! SIAPA YANG MELEMPAR BOLA PADANYA?!"

"TAPI ITU KAN TAK SENGAJA, HAECHAN! DIA TIDAK BERMAKSUD MELAKUKAN ITU KAN?!"

"Oh, jadi kau MEM-BE-LA-NYA? BODOH. NA JAEMIN ORANG PALING BODOH SEDUNIA."

"APA KAU BILANG-"

"Hey, ada ribut-ribut apa ini?!"

Terlihat Renjun yang berlari-lari menghampiri mereka, "Kalian kenapa? Kalian tau sendiri tidak boleh ribut di rumah sakit!"

Dan anggota tim basket lainnya kelihatan sedang berlari ke arah mereka, ada Mark juga disana, Haechan langsung membuang muka.

Mark yang tiba langsung mengintip melalui jendela, "Apa Jeno belum sadar..?" Raut wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang amat sangat.

"Tentu saja. Terima kasih padamu sunbaenim," kata Haechan ketus.

Renjun langsung menggandeng Haechan, mengontrol anak itu agar tidak bersumpah serapah pada Mark.

"Aku benar-benar menyesal, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja-" kata Mark panik.

"Ya ya ya, minta maaf kok pada kami? Punya otak tidak sih? Kau harusnya minta maaf sana pada yang terbaring di dalam! Buat apa kau minta maaf disini? Percuma tau tidak, oh apa kau ingin cari perhatian agar semua orang iba padamu?!" Haechan membentak Mark di hadapan semua member tim basket dan Jaemin.

"Haechan! Perhatikan omonganmu!" bentak Jaemin.

"APA?! KAU MEMBELANYA?! DIBANDING TEMANMU SENDIRI?! KAU TIDAK DENGAR TADI RENJUN BILANG JENO AKAN IKUT TURNAMEN? KAU TIDAK TAHU SEBERAPA INGINNYA IA UNTUK IKUT TURNAMEN?! DAN BAGAIMANA KALAU TANGANNYA CIDERA KARENA HAL INI?! DAN KAU MASIH MEMBELA ORANG SEPERTINYA YANG TELAH MEMBUAT TEMANMU BEGINI?! DASAR JAEMIN TOLOL!"

Renjun langsung menyeret Haechan menjauh darisana. Sedangkan semua orang yang ditinggalkan hanya terdiam. Kaget bisa-bisanya ada makhluk yang berani menyumpahserapahi Mark seperti itu.

Sedangkan Jaemin? Ia tak kuasa menahan air matanya.

Ia berlari darisana, sebisa mungkin menjauh dari kerumunan itu. Ia masih tak bisa mencerna dengan baik perkataan Haechan.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Mark mendekati lelaki yang sedikit lebih pendek darinya itu. Sedari tadi ia mencarinya kemana-mana dan ternyata lelaki manis itu duduk di pinggir taman rumah sakit, bahu mungilnya bergetar, Mark tidak tega melihatnya. Ia merasa sangat bersalah karena menyebabkan semua ini.

"Jaemin?" panggilnya.

Jaemin tak menjawab, ia masih menundukkan kepalanya di balik sana.

Mark duduk di samping Jaemin, "Aku.. Aku...membelikanmu air putih, kau minum dulu, aku pikir kau butuh ini.."

Mark menyerahkan sebotol air putih pada Jaemin. Dan Jaemin menerimanya begitu saja, "Terima kasih sunbaenim.."

Jaemin meneguk air itu, keheningan tercipta.

"Aku...aku minta maaf Jaemin. Aku sungguh-sungguh menyesal, aku benar-benar menyesal, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu pada Jeno, ataupun kamu, aku benar-benar tidak konsentrasi tadi," kata Mark. Ia berterus terang pada Jaemin

"Ne sunbaenim.. Aku percaya kok. Aku tidak menyalahkanmu juga, aku tidak seperti temanku, tenang saja..." kata Jaemin mengusap air matanya.

"Aku juga minta maaf, karena aku... Kau jadi bertengkar dengan temanmu.... Aku pasti... Brengsek sekali...Aku benar-benar minta maaf," kata Mark menundukkan kepalanya.

Jaemin menatap Mark nanar, "Bukan, ini bukan salah sunbaenim...Tidak apa-apa."

"Ini salahku, aku tetap minta maaf..."

Keheningan tercipta lagi.

"Aku pasti sangat dibenci temanmu ya?" tanya Mark.

Jaemin menggeleng, "Ini tidak bisa disimpulkan hanya karena hal ini."

"Bukan, maksudku, ketika aku.. Melihat dia..maksudku melihat kalian, dia selalu melihatku dengan tidak suka.."

"Anieyo sunbaenim..Dia memang seperti itu, tak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Jaemin mencoba membuat Mark tidak terlalu down.

Lalu akhirnya mereka mengobrol, entah berbicara mengenai Haechan, atau tentang Jaemin dan tim basket, sampai-sampai setengah jam berlalu.

Kondisi Jaemin sudah normal, tidak terlalu murung dibanding saat Mark baru menemuinya tadi. Dia sudah sanggup untuk tersenyum.

"Nah begitu Jaem, jangan murung lagi.." kata Mark.

"Ung?"

"Kau manis saat tersenyum, jadi jangan murung lagi," kata Mark tersenyum pada Jaemin.

Deg.

'Ya tuhan, siapa yang sangka?' pikir Jaemin.

Namun tiba-tiba, ada langkah kaki berlari menuju mereka berdua,

"Oppa!"

Jaemin kenal suara itu, dan Jaemin juga kenal sepatu pink itu ketika ia menolehkan kepalanya ke kanan.

"Lami-ya!"

Perempuan mungil itu berdiri di depan mereka. "Oppa dari tadi Lami cariin tau!"

"Mian, mian, lagian kenapa kau disini? Tidak lelah pulang sekolah?"

Jaemin jadi tidak enak, "Eum, anu, permisi sunbaenim, kalau pacar sunbaenim mau duduk di-"

"Pacar? Siapa?"

"Eh? Ini, nona.."

Lalu keduanya saling bertatapan, tertawa bersama, "Pacar, Na Jaemin?" tanya Mark.

"Eoh? Bukan ya?"

"Dia sepupuku!"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jaemin berlari, disusul dengan langkah kaki Mark dan sepupunya, Jeno sudah sadar.

Anggota tim basket, Chan, menelfon Mark tadi. Mereka terburu-buru menuju kamar yang ditempati Jeno. Di depan sana, sudah ada Haechan yang duduk di kursi depan kamar itu.

Haechan menatap Jaemin, lalu berganti menatap Mark yang datang bersamanya, "Darimana saja kau?"

Jaemin terbata-bata, "A..aku tadi..."

Haechan mendengus, "Kau ke dalam saja dulu."

Jaemin menurut saja, dia takut dengan Haechan. Hatinya masih sakit dengan perkataan Haechan yang tadi. Jaemin mengetuk pintu dan masuk.

Tanpa melihat Haechan yang menyetop Mark dan sepupunya untuk masuk ke dalam.

"Kau. Kita harus bicara."

ー tuberculosis (tbc)



Continue Reading

You'll Also Like

313K 31.1K 32
Jaemin | Dom Haechan | Sub Renjun | Dom Start : 08-10-2020 End : 02-12-2020 M-preg Boys love BxB Yaoi Homophobic harap menjauh. [ Belum Revisi ] v...
20K 2.4K 32
Dibilangin ga boleh suka-sukaan sama temen sendiri tapi tetep aja...... It's about friendship tapi tetep bl ;; [[ republished karena ada yang diganti...
55.8K 5K 7
Park Jaemin, seorang CEO terkenal di seluruh penjuru dunia, dan juga paras tampan milik nya, semua para wanita ingin menjadi kekasih nya. Namun sampa...
5.6K 904 6
Mark hanya terobsesi, bukan benar-benar mencintai pria manis yang sudah menarik perhatiannya itu. âš WARNINGâš  BXB = BOY X BOY [Kawasan BxB kalau gak s...