Married? [MinYoon]

By dewinterings

59.3K 6.8K 115

Jimin lelah diteror oleh sang eomma dan berakhir dengan kebohongan akan seorang kekasih. Di saat yang genting... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 7.1
Chapter 8
Chapter 9
Extra

Chapter 3

4.8K 642 10
By dewinterings

"Dengarkan kalau aku bicara, hyung!" Namun Yoongi tetap tidak berhenti berjalan.

Dengan kesal Jimin menarik tangan Yoongi agar namja berkulit putih itu berhenti. Untuk beberapa saat Yoongi masih berjalan, namun tiba-tiba terhenti dan membuat Jimin hampir menabrak tubuh namja yang lebih kecil itu. "Hyung?" panggil Jimin bingung.

"Yoongi? Jimin? Sedang berkencan?"

Oh, suara itu lagi. Entah kenapa suara itu selalu terdengar di situasi yang salah. Kalau dilihat sekilas kan Yoongi dan Jimin sedang berpegangan tangan.

"Eomma..." panggil Jimin balik.

.

.

.

Married?

Chapter 3

By: dewinters

Pairing: Jimin x Yoongi (MinYoon)

Genre: Romance

Warnings: OOC, typo(s), alur cepat, DLDR!, MPreg AU(?)

.

.

.

Yoongi benci situasi dimana ia terjepit. Seperti saat ini. Makan malam bersama Jimin dan sang eomma. Ia hanya bisa mencoba menjalani ini semua, toh ia sudah menerima bayaran dari Jimin. Paling tidak ia harus bisa bekerja sama dengan Jimin, tidak seperti tadi pagi.

.

Beberapa jam yang lalu...

Yoongi hampir menyerah dengan kebohongan yang dibuat Jimin ketika eomma Jimin kembali bertanya, membuatnya hampir saja terjatuh dari kursi.

"Nah, hubungan kalian sudah sampai mana? Yang tadi mau dilanjutkan?"

"Eommonim, kami tidak...!" ujar Yoongi mencoba meluruskan bayangan wanita di hadapannya itu, sebelum Jimin berteriak gaduh.

"Sudah jam segini! Eomma, aku harus segera ke kantor!" Dengan panik Jimin segera berlari ke kamar dan mengganti bajunya. Taehyung bisa kerepotan karena ia belum juga tiba di kantor. Dan dengan cerobohnya ia melupakan rapat dengan Kim Coorporation nanti siang.

Sepuluh menit Yoongi dan Nyonya Park hanya melihat Jimin yang mondar-mandir dari kamar ke ruang kerja. Beruntung wanita di hadapan Yoongi tidak menanyakan hal yang aneh-aneh pada Yoongi.

"Eomma, aku berangkat dulu." Jimin yang sudah siap dengan tas dan jasnya menghampiri sang eomma dan mengecup pipi wanita itu. Jimin sempat melirik Yoongi yang masih duduk diam. Namun belum sempat ia berpikir apa yang harus ia katakan, sang eomma sudah kembali bersuara.

"Pergilah! Nanti Taehyung kesulitan gara-gara kau telat Jimin!"

Jimin segera berjalan menuju pintu, tidak ingin mendapat amukan sang eomma. "Aku pergi dulu..." ucapnya sebelum keluar dari apartemennya, meninggalkan sang eomma dan Yoongi berdua.

"Maaf eommonim, tapi aku juga ada pekerjaan yang harus diurus." Yoongi mencoba memulai berdalih agar bisa segera kembali ke apartemennya. Mungkin kembali bergelung dengan kasur merupakan ide bagus. Tapi pergi ke kantor Jimin dan menarik namja itu untuk meminta penjelasan juga bukan ide yang buruk.

"Yoongi-ya, tidak perlu berbohong jika hanya ingin segera pergi dari sini."

Ucapan itu hampir membuat Yoongi tersedak air liurnya sendiri. "Aku.. Aku mau menyusul Jimin. Ia belum sempat sarapan tadi! Aku akan mengantarkan makanan untuknya." Yoongi merasa bersyukur otaknya sedang encer pagi ini. Paling tidak ia bisa mencari alasan yang lebih logis. Paling tidak jika berhubungan dengan Jimin, ia pasti akan segera bebas.

"Benarkah? Kalau begitu, pergilah. Ah, apa aku boleh menumpang? Aku ingin turun di Coex Mall. Tidak apa kan?" Itu bukan sebuah permintaan, tapi seperti perintah. Sang Nyonya Park terkadang tidak bisa dibantah. Tapi bisa juga itu hanya untuk memastikan bahwa Yoongi benar-benar akan ke kantor Jimin, bukan kembali ke kasurnya.

"Tentu, eommonim." Senyumlah Yoongi, batin Yoongi dalam hati.

.

Saat ini...

"Yoongi, kenapa tidak dimakan? Apa makanannya tidak enak?"

Yoongi segera tersadar begitu mendengar ucapan itu. Dengan cepat ia menggeleng dan mulai kembali mengiris daging bistik di piringnya. "Ani, ini sangat enak eommonim..." ucap Yoongi sembari tersenyum.

"Benarkah? Kalau begitu jangan malu-malu kalau ingin tambah."

Jimin yang mendengar itu hanya mendengus. "Makan terlalu banyak di malam hari bisa bikin gendut, eomma."

Yoongi yang mendengar itu entah mengapa merasa tersinggung. "Biarkan saja dia, eommonim. Seharusnya bersyukur karena sudah dimasakin, malah mengomel tidak jelas."

Mendengarnya Jimin langsung menyenggol kaki Yoongi yang duduk di sebelahnya. "Aku hanya tidak ingin kekasihku yang mungil ini jadi bantet. Wajar kan?"

Yoongi langsung menginjak kaki Jimin. Beruntungnya mereka sedang di apartemen Jimin, jadi ia sedang tidak memakai sepatu. "Apa katamu?"

"Hehe..."

Suara tertawa itu membuat Jimin dan Yoongi menoleh ke asal suara. Nampak Nyonya Park sedang tersenyum dan berusaha menahan tawanya. "Sudah seperti suami istri saja."

Jimin langsung berdehem dan kembali melanjutkan makannya. Sementara Yoongi segera meminum air di gelasnya untuk menghilangkan umpatan yang tertahan di tenggorokannya.

"Loh, kenapa kalian ini? Tidak dilanjutkan debatnya? Oh ya, kalian tidak ada niat untuk menjalin hubungan lebih serius?"

"Belum, eomma. Kami masih menikmati hubungan ini. Toh Yoongi-hyung dan aku masing-masing sibuk kerja. Memikirkan rumah tangga mungkin masih untuk beberapa tahun ke depan..." jawab Jimin lancar. Yoongi yang di sampingnya hanya menganggukan kepala setuju.

"Kalian ini. Tidak masalah keasyikan bekerja. Tapi sesekali perhatikan juga orang-orang di sekitar kalian. Begini-begini eomma juga ingin menggendong cucu, Jimin."

Trang!

Sumpit yang digenggam Yoongi meluncur dengan mulusnya ke lantai. "Cucu?" gumam Yoongi pelan.

"Yoongi?"

"Hyung?"

Dua panggilan secara bersamaan itu membuat Yoongi segera sadar. "Ah, maaf. Tapi aku bahkan belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat ini, eommonim. Jadi pembahasan anak seperti itu tidak pernah terlintas di pikiranku."

Nyonya Park hanya mendesah pelan. "Yah, beginilah kalau punya anak yang sudah terlanjur cinta dengan pekerjaan. Tapi aku sungguh berharap kalian segera meresmikan hubungan kalian. Kalau sudah saling mencintai kenapa masih menunda?"

Jimin hanya tersenyum sendu. Ia sadar bahwa ia memang sedikit melupakan sang eomma. Mungkin jika diberi perhatian lebih, ia tidak akan dikejar-kejar terus seperti ini. Hanya adiknya yang masih betah tinggal bersama kedua orang tua mereka. Jimin memilih pindah ke pusat Seoul untuk mempermudah akses. Dan terhindar akan tuntutan seorang menantu untuk kedua orang tuanya, tentu saja.

Perasaan bersalahnya membuat Jimin jadi ingin cepat-cepat menikah. Ia melirik Yoongi yang makan dalam diam. Menikah dengan Yoongi?

Beberapa detik setelah pikiran itu terlintas, Jimin merasa harus memukulkan kepalanya ke tembok terdekat. Yang benar saja? Menikah dengan Yoongi itu berarti pertengkaran tiap hari, barang pecah tiap minggu, atau tagihan kartu kredit yang membengkak tiap bulan!

Tunggu!

Kenapa pula ia sudah bisa membayangkan kehidupan pernikahannya dengan Min Yoongi? Sepertinya Jimin butuh istirahat dari masalah pernikahan-menantu-cucu ini.

.

"Eommonim, aku harus kembali ke apartemen sekarang. Terima kasih atas makan malamnya." Yoongi segera beranjak setelah menghabiskan hampir 10 menit di depan tv bersama Park-ahjumma dan Jimin. Sejujurnya ia ingin segera melangkah pergi dari apartemen Jimin setelah makan malam selesai. Tapi ia masih punya cukup sopan santun dan membuatnya menonton acara tv sambil minum teh.

"Uhm? Cepat sekali, Yoongi-ya. Apa besok ada pekerjaan?"

"Ah, benar. Ada pesanan klien yang harus aku kerjakan. Selamat malam, eommonim." Terpaksa Yoongi berbohong agar bisa segera pergi. Belum satu langkah ia beranjak, Park-ahjumma sudah kembali angkat bicara.

"Jim, antarkan Yoongi sana."

Jimin yang sedang meminum tehnya langsung tersedak pelan. "Uhuk! Eomma, apartemen Yoongi-hyung hanya di sebelah. Untuk apa diantar?"

Wanita itu menatap Jimin bingung. "Eh? Meskipun bersebelahan, wajar saja kan kalau seseorang mengantar kekasihnya hingga rumah? Lagipula, kalian jadi bisa memiliki waktu berdua sebentar kan? Walau ada eomma, kalian tidak perlu jaga image. Atau kau menginap di kamar Yoongi juga tak apa."

"What? Siapa yang jaga image?" ucap Jimin. Ia ingin kembali mendebat sang eomma, namun Yoongi sudah lebih dulu menariknya berdiri.

"Benar sekali, eommonim. Jimin memang kadang tidak peka. Selamat malam~"

"Sampai besok, Yoongi.." jawab wanita itu sambil tersenyum.

.

"Yah, Jimin. Kalau kau memang ingin ini semua berjalan dengan lancar, paling tidak berusahalah. Berpura-puralah menjadi kekasihku, oke?" Yoongi ingin sekali berteriak, tapi itu tidak mungkin karena bisa terdengar Park-ahjumma dan tetangga lain.

"Hyung, kau juga berpikirlah. Untuk apa aku mengantarmu ke apartemenmu yang cuma beberapa langkah?" Jimin tidak mau kalah.

"Mungkin eommonim berpikir hal-hal seperti good night kiss atau something?" Dengan kesal Yoongi membuka pintu apartemennya.

Jimin hanya mendegus kesal.

"Kau tidak mau masuk?" tawar Yoongi.

"Untuk apa? Aku mau segera kembali dan tidur!"

Giliran Yoongi yang mendengus. "Paling tidak tinggalah 5 menit. Eommonim bisa curiga jika kau kembali terlalu cepat."

"Baiklah.." ucap Jimin menyerah. Ia mengikuti Yoongi yang melangkah ke sofa depan tv, lalu duduk.

Hening menyelimuti selama satu menit, sebelum Yoongi akhirnya membuka suara.

"Kalaupun kita berpura-pura, paling tidak kau harus berakting lebih baik. Sebatas mengantarku ke apartemen atau berpegangan tangan sudah lebih dari cukup."

"Kau benar Yoongi-hyung? Bukan orang lain?" ucap Jimin tidak percaya mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Yoongi.

"Yah! Kau ini!"

Dengan perasaan lelah Jimin menyadarkan punggungnya ke sofa. "Ya, aku tau itu. Besok-besok aku akan melakukannya. Antar-jemput, berpegangan tangan, suap-suapan makanan, apapun itu. Tapi sekarang aku sudah sangat lelah untuk itu."

"Pergi sana. Tidur di kasurmu, jangan di sofaku!"

"Hyung ini. Tadi disuruh masuk, sekarang malah mengusir." Jimin segera beranjak dari tempatnya duduk.

"Biar saja! Aku sudah ngantuk dan ingin tidur..." ucap Yoongi sembari beranjak untuk mengunci pintu depannya setelah Jimin pergi.

"Sampai besok, hyung..." ucap Jimin.

"Ya, selamat malam Jim..." balas Yoongi.

Cup!

Tanpa aba-aba Jimin mengecup pipi Yoongi sebelum berlari menuju pintu apartemennya. "Good night kiss, right?" ucapnya pada Yoongi yang hanya membeku.

"Yah, Park Jimin!"

.

.

.

TBC (?)

Continue Reading

You'll Also Like

12.9K 776 29
Setelah kematian eommanya, SeokJin semakin dibuat pusing akibat masalah cinta dengan Jisoo. Teman perempuan sekelasnya. Jisoo kerap membullynya hanya...
183K 7.1K 34
" Hyung... sampai kapan kita begini terus ? " " sabar yaa ... akan ada saatnya kita publish hubungan kita , hyung minta kamu bersabar " " kookie ga...
14K 1.4K 35
Kisah ini bercerita mengenai siswa sekolah yang begitu ingin menikahi kekasihnya yang sudah berusia matang, tentang si kecil Jeon Jungkook terus meny...
243K 16.8K 52
Gue nggak bisa bikin deskripsi cerita jadi langsung ke cerita aja. Btw ni cerita terinspirasi sama drama boys before flower jadi cerita nya agak miri...