My Introverted Husband | Jaey...

By jaesweats

1.5M 192K 23.3K

❝He is Introvert, He is My Husband❞ M/M | FLUFF | SLICE OF LIFE | MATURE | M-PREG Kisah tentang Lee Taeyong y... More

Prolog
1 회
2 회
3 회
4 회
5 회
6 회
7 회
8 회
9 회
10 회
11 회
12 회
13 회
14 회
15 회
16 회
17 회
18 회
19 회
20 회
21 회
22 회
23 회
24 회
25 회
26 회
27 회
28 회
29 회
30 회
31 회
32 회
33 회
35 회
36 회
37 회
38 회
39 회
40 회
41 회
42 회
43 회
44 회
45 회 [END]

34 회

27.5K 3.3K 232
By jaesweats

Dia lebih senang belajar sesuatu secara otodidak

•••

Musim dingin biasanya menjadi momen tepat untuk beberapa orang menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Minum teh hangat atau sekedar bermalas-malasan di dalam kamar. Terlebih, suhu di kota Seoul pada bulan Januari merosot hingga minus 3-6 derajat celcius, bersamaan dengan sang surya yang seakan malu menampakkan diri.

Penurunan drastis suhu ini juga tak ayal membuat sepasang suami istri di balik balutan selimut tebal berkutik. Keduanya masih setia berlabuh di dalam mimpi masing-masing sembari menghangatkan tubuh satu sama lain. Meski nyatanya mereka harus bekerja di butik dan kampus seperti biasa, tapi rasa malas telah mengambil alih.

"Hyung! Kalian belum bangun?!"

Teriakan Minho dari luar kamar membuat si pria berlesung pipi membuka matanya perlahan. Menoleh ke arah jam weker di atas nakas, ia mendengus pelan. Sudah hampir jam tujuh ternyata, pikirnya.

Jaehyun bangkit dari posisinya, menyibak selimut dan melirik sang istri sekilas sembari tersenyum tipis. "Good morning," ucapnya lalu mendaratkan kecupan pada kening Taeyong.

Gedoran pada pintu semakin kuat, membuat Jaehyun yang baru menyentuh permukaan lantai dingin kamarnya menggeleng pelan. "Iya, sebentar!" katanya sebelum berjalan ke sumber suara, memutar kenop dan menarik daun pintu hingga sang adik ipar terpampang di hadapannya.

"Ada apa, Minho-ya?"

"Hyung!" Minho merenggut kesal. "Bukankah hari ini kita akan berangkat lebih awal?"

Mengangguk pelan, Jaehyun mengusap surai adik iparnya. "Baiklah, aku akan membangunkan kakakmu dulu," katanya lalu mengulas senyum tipis.

Ya, ia dan Minho memang telah sepakat jika pagi ini mereka akan ke kampus sebelum jam delapan. Pria bersurai hitam itu mengikuti lomba debat terkait dunia bisnis, hingga ia menyuruh Jaehyun untuk membimbingnya sebelum berangkat siang nanti.

"Apa kau telah membuat sarapan?" Jaehyun bertanya sembari menarik lengan sweater nya hingga sebatas siku.

Minho bergumam, "Hm," ia menjentikkan jemarinya. "Tak perlu khawatir, hyung. Serahkan semua ini kepada Lee Minho," katanya penuh penekanan lalu tertawa lantang layaknya pemeran antagonis dalam drama Korea.

"Oke, tunggu aku dan kakakmu di bawah," Jaehyun menarik kedua ujung bibir. "Tak akan lama."

Refleks si pria bersurai hitam memekik, "Omo!" Sembari melebarkan mata "Ey... Jangan bilang kalian ingin mengambil jatah," Ia menyipitkan mata tak suka.

"Tidak! Tidak! Nanti malam saja, kita harus buru-buru, Jaehyun hyung."

"Apa yang kau katakan?" Jaehyun bergumam, menggeleng pelan sebelum masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Minho yang masih mematung di sana menjatuhkan rahang tak percaya, "Astaga, Jaehyun hyung ternyata lebih bernafsu daripada si macan Korea."

Disaat sang adik ipar telah berpikir melenceng, Jaehyun yang berada di dalam kamar berjalan ke arah ranjang. Menghampiri putri tidurnya yang enggan membuka mata hingga sekarang.

Ia duduk disisi tempat tidur, membungkuk, lalu menghujani setiap inci wajah si mungil yang tengah meringkuk dengan kecupan ringan, "Sayang, kau tak ingin ke butik?" Tanyanya sembari menyibak poni Taeyong.

Melenguh pelan, Taeyong mengubah posisi menjadi terlentang. Ia menarik dua lengannya keatas kepala sambil menguap.

"Jam berapa sekarang?"

Kalimat itu nyaris tak dimengerti oleh sang suami. Sebab, suaranya tak jauh berbeda dengan ngauman singa yang baru saja dibangunkan oleh mangsa.

Terlalu gemas dengan tingkah istrinya, Jaehyun dengan sigap menindih tubuh si mungil. Kedua lengannya yang ditekuk bertumpu di atas ranjangㅡtepatnya di samping kepala Taeyong. Ia membungkuk, menggigit pelan bibir bawah sang empu sebelum melumatnya rakus hingga membuat pria itu melenguh pelan.

"Jaehyun, pelan-pelanㅡah!"

Melepas pagutan, pria berlesung pipi itu mengusap bibir Taeyong dengan ibu jari sejenak. "Maaf," katanya lalu menenggelamkan wajah pada perpotongan leher sang istri, "Kau tak ingin ke butik, hm?" Gumamnya.

Deru nafas Jaehyun pada lehernya memacu sensasi menggelitik tersendiri bagi Taeyong. Bulu bulu halus pada kulitnya bahkan berdiri akibat suara berat namun manis dan memabukkan dari suaminya.

"J-Jae, kau sangat berat!" Ia mendorong tubuh sang suami, "Minggirlah," rengeknya.

Mengikuti kemauan sang istri, pria tinggi itu menjatuhkan diri di sisi kosong sebelah Taeyong. Dapat ia tangkap rona merah pada pipi si mungil, Jaehyun mengaitkan kaki dengan milik istrinya lalu menarik tubuh ringkih itu agar mendekat.

"Apa sangat dingin?" Tanyanya pelan, "Pipimu memerah," sambungnya diikuti kekehan.

"Idiot!" Taeyong mendongak, menatap Jaehyun kesal dengan bibir yang mengerucut.

"Kau yang membuatku merona bodoh," ucapnya sebelum menarik salah satu lengan suaminya. Ia menggigit pelan otot pada area pangkal ibu jari pria itu lalu tertawa pelan mendengar ringisan Jaehyun.

Mendesis, Jaehyun membalas perlakuan istrinya dengan menggigit lengan kurus si mungil.

"A-akh! Yak, taringmu sangat tajam, Jung.” Taeyong berkata lalu mencubit pinggang sang suami.

Detik demi detik berlalu, keduanya terdiam sesaat sembari bertukar pandang dalam jarak yang amat dekat bagai Bumi dan Venus. Seolah telah tau isi pikiran masing-masing, Taeyong lebih dulu mencubit dan menarik pelan hidung sang suami.

"Aku masih tak percaya jika Jung Jaehyun si Introvert ini adalah suamiku sekarang," katanya sebelum mengusap surai pria itu.

"Hm," Jaehyun hanya memberi respon gumaman lalu mendaratkan kecupan ringan berturut-turut dengan jeda sedetik pada bibir istrinya. Merasa geli, Taeyong menghentikan aksi sang suami dengan menangkup wajah si pria tinggi.

"Hentikan Jung, apa kau tidak bosan menciumku huh?"

Jaehyun menggeleng. "Tidak," gumamnya diikuti senyum sumringah, "Um... Tae, sepertinya Minho sudah menunggu di bawah."

Ia mengusap bahu istrinya, "Kita mandi sekarang ya?"

"Tidak mau," Taeyong merengek. "Biarkan saja anak itu pergi ke kampus lebih dahulu, Jae. Aku masih malas bergerak saat ini."

Mendecakkan lidah, pria berlesung pipi itu menepuk bokong istrinya cukup keras. "Kenapa akhir-akhir ini istriku sangat pemalas, hm?" tanyanya dan disambut cebikan kesal dari Taeyong.

"Aku selalu merasa kelelahan, Jae." si mungil memanyunkan bibir.

"Aku ingin terus berbaring di atas ranjang. Menatap kertas sketsa membuat kepalaku pening, dan..." Ia menggigigit bibir bawah sembari memainkan jari telunjuk pada dada bidang Jaehyun, "Aku ingin dipeluk suamiku setiap saat," katanya malu-malu.

Mengatupkan gigi rapat, Jaehyun mengangkat kepalanya. Ia kembali menggigit gemas sang istriㅡkali ini pada pipi kanan Taeyong hingga si empu berteriak diselingi tawa renyah.

"Jaehyun! Hentikan yaaak! Astaga, kenapa kau seperti Ruby."

Ngomong - ngomong, Ruby adalah anjing peliharaan Taeyong di rumah orang tuanya.

"Kau harus mandi, Nyonya Jung," ucap Jaehyun dan tanpa basa-basi ia menggendong sang istri brydal menuju kamar mandi.

Sementara sepasang suami istri itu tengah membersihkan diri dengan air hangat melalui shower, pria bersurai hitam yang sedari tadi menunggu pada meja makan mulai dilanda kekeringanㅡdalam artian ia telah lama menanti pasangan aneh itu.

"Aish, apa mereka benar-benar sedang membuat adik bayi?" Gumam Minho kesal sebelum meneguk susu di hadapannya.

Bahkan minuman berwarna putih tulang itu hanya tersisa beberapa tetes di ujung gelas sajaㅡsaking lamanya ia menunggu.

Menit demi menit berlalu, kepala Minho yang tadinya mengacung tegak telah tergeletak di atas meja. Namun, mendengar suara langkah kaki berjalan ke arahnya lantas membuat ia dengan sigap kembali pada posisi semulaㅡduduk tegak dengan kepalanya menoleh malas pada sepasang suami istri di belakangnya.

"Aigoo, apa permainan kalian sangat menyenangkan hyung-deul?" Sindirnya, "Aku bahkan hampir pingsan karena terlalu lama menunggu kalian."

Menautkan alis bingung, Taeyong dan Jaehyun duduk berdampingan dihadapan Minho. "Permainan?" Pria mungil itu meraih piring berisi telur setengah matang yang dibuat oleh adiknya.

"Kau kira di kamar kami ada komputer untuk bermain Battle Ground?" Cebiknya sebelum menyendok nasi goreng Kimchi bersama telur setengah matang tadi.

Minho memutar bola mata, "Masih berpura-pura polos juga," gumamnya lalu mendecak pelan.

"Apa katamu?!"

Taeyong memekik, membuat Jaehyun dan Minho yang masing-masing ingin melahap sepotong roti refleks terdiam dengan mulut setengah terbuka. Berdeham, si pria berlesung pipi mengusap tengkuk istrinya, "Sayang, kita tak boleh berteriak di depan makanan."

Jaehyun meletakkan rotinya di atas piring, menggengam tangan sang istri yang memegangi sesendok nasi goreng Kimchi lalu mengarahkannya pada mulut si mungil. "Aaa..." ia berkata sambil menganga, mengintruksi agar Taeyong menyambut suapannya.

"Oh Tuhan..." Minho menopang dagu di atas meja, "Drama romansa jenis apalagi ini? Aku jadi ingin memiliki istri juga," gumamnya lalu menaik turunkan alis dan tersenyum menggoda kearah Jaehyun.

Namun, belum sempat pria tinggi itu mengeluarkan suara untuk membalas ucapan adik iparnya, ia tersentak ketika mendengar sang istri tengah mual. Menoleh, ia mendapati si mungil tengah membekap mulut. Taeyong bangkit dari kursi, berlari ke arah toilet yang dekat dari ruang makan diikuti oleh Jaehyun dan Minho.

"Taeyong. Ada apa, Sayang?" Tanya Jaehyun sambil memijat tengkuk dan kening istrinya bersamaan. Andai saja tangannya lebih dari dua, mungkin saat ini ia juga telah mengusap peluh pada ceruk leher Taeyong.

Minho yang berdiri di belakang suami istri itu harap-harap cemas, Jangan - jangan nasi goreng dan telur setengah matang buatanku bermasalah, batinnya.

"H-Hyung... Apa makanan tadi rasanya tidak enak?" Tanyanya pelan.

Taeyong mengangguk, kembali memuntahkan cairan bening pada wastafel, sebab makanan yang ia telan tadi telah habis terbuang di sana sebelumnya. Khawatir dengan keadaan sang istri yang wajahnya semakin memucat, Jaehyun menoleh dan menatap Minho senu.

"Minho-ya, maafkan aku. Tapi, sepertinya kakakmu harus dibawaㅡ"

"Tidak apa-apa, Hyung," potong pria bersurai hitam itu. "Aku bisa ke kampus sendiri. Tapi... Tolong kabari aku jika sesuatu terjadi pada Taeyong hyung," katanya lirih.

Mendesis lalu terbatuk pelan, Taeyong menoleh dan menatap nyalang adiknya, "Ya! Kau akan mengikuti lomba, jangan berpikiran yang macam-macam. Fokus saja dengan kegiatanmu, anak nakal!"

"Hyung, kau bahkan sedang sakit dan masih mampu mengomeliㅡ"

"Pergilah sekarang, bodoh! Kau bisa terlambat nanti," potong Taeyong hingga pria yang mendapat semburan pada pagi hari itu mengangguk patuh.

Minho menjatuhkan bahu, "Hyung, aku pergi dulu. Jaga Taeyong hyung saja di rumah," katanya pada Jaehyun sebelum menunduk sopan dan berjalan keluar dari toilet itu.

"Bagaimana sekarang? Kau masih ingin muntah?" Tanya Jaehyun sembari mengusap kening sang istri yang basah karena keringat dingin. "Kita ke rumah sakit ya?" Tanyanya lagi.

Dengan napas terengah, Taeyong menggeleng, memeluk tubuh Jaehyun dan menenggelamkan wajah pada dada pria itu sembari memejamkan mata.

"Aku baik baik saja," gumamnya, "Telur buatan Minho hanya terlalu asin."

Menjauhkan tubuh dari sang istri, si pria berlesung pipi menangkup wajah Taeyong, "Asin? Tapi kenapa kau mual sampai pucat seperti ini, sayang?" katanya dengan nada lirih.

Bahkan ia hampir menangis melihat bibir istri mungilnya berwarna putihㅡtepatnya pucat pasih, "Aku akan membawamu ke dokter ya?" ucapnya lagi berusaha membujuk sang pujaan hati.

"Kubilang tidak ya tidak, Jaehyun!"

Taeyong menepis tangan sang suami dari pipinya, berjalan menjauhi Jaehyun dan hendak keluar dari toilet namun penglihatannya meremang seketika.

"Taeyong!"

Ia bisa mendengar pekikan pria berlesung pipi itu, namun pandangannya telah buram hingga tubuhnya berakhir pada posisi duduk bersimpuh di atas lantai.

Dengan sigap Jaehyun mengangkat tubuh Taeyong, menggendongnya brydal dan secepat kilat membawa istrinya ke kamar tamu yang tak jauh dari ruang tengah. Ia merebahkan tubuh ringkih pria mungil itu di atas ranjang dalam keadaan terlentang, lalu dengan gerakan terburu-buru ia merogoh saku celana.

Jaehyun mengetikkan sebuah nama di antara jejeran kontak pada ponselnya, hingga apa yang ia cari muncul juga.

"Kyungsoo hyung? Tolong datang ke rumahku sekarang, Taeyong tidak enak badan," ujarnya tanpa basa-basi saat pria diseberang sana menjawab panggilan teleponnya.

***

"Istrimu baik-baik saja, Jaehyun-ah."

Pria bermata belo di samping kanan Taeyong mengulas senyum tipis, menoleh pada sang adik sepupu lalu berkata, "Jaga pola makan Taeyong."

Pria mungil yang tengah terbaring terlentang menyebikkan bibir, menunjuk sang suami yang tengah memijat betisnya dengan tatapan kesal. "Adik sepupumu ini saja yang terlalu khawatir, hyung.” katanya lalu melirik Kyungsoo. "Padahal aku sudah bilang padanya jika keadaanku baik-baik saja."

Tertawa renyah, Dokter berjas putih di samping Taeyong mengangkat bahu. "Itu artinya Jaehyun sangat takut kau kenapa-kenapa, Taeyong," ia kembali memasang senyum lebar yang berbeda dari biasanya.

"Lagipula saat ini bukan hanya kau yang harus ia jaga," Kyungsoo mengusap pelan perut adik iparnya. "Tapi juga keponakanku disini."

"A-apa?"

Jaehyun lebih dulu menyeletuk. Sedangkan si mungil yang merasa shock terdiam tanpa reaksi apa-apa selain melebarkan mata.

Dokter bermata bulat itu mengangguk dengan tatapan suka cita, "Selamat, Tae. Sepertinya usia kandunganmu sudah memasuki minggu ke-enam."

"Kau tidak bercanda kan, hyung?" Taeyong mengerjapkan mata, hendak bangkit dari posisinya namun sang suami dengan sigap menahan tubuhnya. "Tae, tetaplah berbaring. Bagaimana jika kau mual lagi?" Ada nada khawatir yang amat besar dari ucapan Jaehyun.

Kyungsoo bergumam membenarkan, "Benar, Tae. Kau harus banyak berisitirahat di awal kehamilan seperti ini," ia menoleh pada Jaehyun. "Kau juga harus bisa menghadapi istrimu nanti, biasanya kehamilan pertama, apalagi pada minggu-minggu awal seperti ini emosi calon Ibu naik turun dan setiap pagi ia akan merasa mual berlebih."

"Aku sudah terbiasa dengan emosinya hyung," tanpa sadar Jaehyun refleks mengucapkan kalimat itu, "Tapi gejala mualnya tak akan bertahan lama hingga berbulan-bulan kan?" Tanyanya. Namun, sedetik kemudian ia membekap mulut lalu melirik takut-takut kearah istrinya.

Dan benar saja. Taeyong tengah memberinya tatapan nyalang dengan napas terengah.

"Jung Jaehyun! Minggir kau!"

Continue Reading

You'll Also Like

Phobia By ZA

Fanfiction

221K 20.2K 25
Udah end, tapi tetap tinggalin jejak vote & comment ya [MATURE CONTENT 21+] Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak dalam memilih bacaan. Le...
204K 16.3K 50
Jung Jaehyun x Lee Taeyong [Jaeyong] ❁➣ Di penghujung jalan, ketika kau menemukan sebuah tempat yang aman untuk beristirahat, merengkuhmu dengan hang...
27.9K 1.7K 34
TAMAT✔️ PART LENGKAP✔️ Lika-liku kehidupan rumah tangga Jaehyun & Taeyong setelah menikah. Akan lebih banyak konflik di season ini. Lanjutan cerita...
135K 8.7K 41
[WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kim Mingyu, dia adalah laki-laki yang menikahiku bukan karena atas dasar cinta. Aku bekerja sebagai 'istri bayarannya'...