抖阴社区

ALVASKA

By matcharay_

32M 3.1M 1.6M

漏2021 More

Alvaska's cast (REPUBLISH)
1 [RAIN]
2 [ACCIDENT]
3 [BROKEN]
4 [KEBENCIAN]
5 [WHO?]
6 [SAVIOR]
_
7 [HATE]
8 [RELAPSE]
9 [SPOILED]
10 [BROTHER]
11 [PRESTIGE]
12 [NEIGHBORS?]
13 [RINDU]
14 [CEMBURU]
15 [OUR NIGHT]
16 [JATUH]
17 [DIA]
18 [CLUB]
19 [HUKUMAN]
20 [DARK SIDE]
21 [UKS]
-
22 [UGD]
23 [Obat]
24 [PECAHAN]
25 [Tantangan]
26 [Genggaman]
27 [Diasingkan]
-
28 [Singkat]
29 [Kambuh]
30 [RS]
31 [Detak]
32 Part I [Teriakan]
32 Part II [Teriakan]
33 [Calon ...?]
34 [Pelampiasan]
-
35 [Lamaran]
36 [Club, again?]
37 [Kotor]
38 [Salah paham]
39 [Sakit]
-
40 [Kecewa]
41 [Penculikan]
42 [Masa lalu?]
43 [Penusukan]
44
45
46
47
48
49
50
51
52
.
53
54
55
56
57
-
58
59
60
62
63
64 [+]
65
-
66
67
Group Chat 1st batch
68
-
69& 70
[71+] SPOILER VER NOVEL
SPOILER ALERT!!鈿狅笍+ ALVASKA S2
SPOILER ALERT!!鈿狅笍 ALVASKA 2
-

61

257K 30K 21.4K
By matcharay_

Kana menghapus jejak air mata yang masih tersisa di pipi pucatnya. Dia mendongak, menatap langit dari atas rooftop Alantra. Bohong kalau dia tidak merasa sakit saat Alvaska dengan terang-terangan mengatakan jika Bianca adalah pacarnya. Hati Kana terasa seperti teriris belati ketika Alvaska memeluk gadis itu tepat di depan mata kepalanya sendiri.

"Kenapa rasanya sesakit ini?"

"Karena cinta."

Suara serak seseorang terdengar dari arah belakang punggungnya. Kana berbalik badan dan mendapati Rama tengah bersandar di dinding rooftop Alantra, menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk Kana artikan.

"Seringkali, cinta nggak menyadari kedalamannya hingga salah satu diantara mereka pergi untuk selamanya."

Kana tidak mengerti. "Apa maksud Lo?'

"Lo cinta Alva, Ka."

Kana tercekat. "Cinta?" Sedetik kemudian, dia terkekeh getir. Nggak mungkin.

"Mungkin, saat ini lo belum menyadari betapa besar rasa sayang dan cinta lo terhadap Alvaska. Begitu ada jarak terbentang, disitu lo sadar akan perasaan lo yang tenggelam."

--Alvaska--

Alvaska dan Bianca kini tengah berada di dalam ruang musik SMA Alantra di lantai dua. Tidak ada siapapun di dalam ruangan itu kecuali mereka berdua. Alvaska dan Bianca duduk bersisian di salah satu sofa berwarna gray di sudut ruangan.

"Lo kabur dari rumah sakit?" Setelah sekian lama membisu, Alvaska akhirnya membuka suara.

Bianca menoleh, menatap Alvaska dengan tatapan terluka. "Karena lo."

Alvaska menatap Bianca tidak mengerti.

"Lo nikah sama Kana, " suara Bianca bergetar. Gadis itu tau perihal pernikahan Alvaska degan Kana dari Samuel, Ayah angkatnya. "Jahat.."

"Gue nikah ataupun nggak, sama sekali bukan urusan lo," balas Alvaska datar.

"Bukan urusan gue?" Bianca menggeleng tidak percaya. "Jelas-jelas itu urusan gue. Gue ini Kakak lo, Va."

Alvaska terkekeh miris. "Jadi, baru sekarang lo menganggap gue sebagai adik?"

Bianca, saudara kembar dari Alastair itu tidak menanggapi pertanyaan Alvaska. "Gue cinta lo, Alva."

"Gue juga," cowok itu tersenyum pahit. "Cinta sebagai saudara."

"Cinta sebagai saudara." Bianca terkekeh getir. "Gue mau tampar Kana lagi. Dia jahat banget karena udah ngambil lo, pacar kesayangan gue."

"Kita nggak pacaran, Ca."

Bianca tersenyum sakit. "Gue cinta lo."

--Alvaska--

"Okay, sampai di sini, ada pertanyaan?" Bu Sandra, guru yang tengah mengajar di kelas X IPA I itu bertanya pada muridnya setelah tadi selesai menerangkan materi.

"Nggak ada, Bu!" Jawab semua murid kecuali Alvaska. Seandainya mereka belum mengerti, mereka tetap tidak akan bertanya.

Bu Sandra tersenyum lebar. "Murid saya ternyata pintar-pintar. Saya bangga."

Beberapa detik setelahnya, bel istirahat kedua berbunyi. Seluruh murid kelas X bergegas memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas.

"Oke, semuanya boleh istirahat." Bu Sandra menyusun buku latihan siswa yang berada di atas meja setelah itu berjalan keluar kelas. Sesaat setelahnya, seluruh murid langsung berlari keluar kelas menuju kantin Alantra di lantai dua.

"Va, kantin, Va," ajak Jazi sambil memukul-mukul meja cowok itu.

Alvaska menyandarkan kepalanya di atas meja. Cowok itu memejamkan mata. "Nggak mau."

Raga yang duduk bersebelahan dengan Alvaska menepuk pundak sahabatnya itu pelan. "Pulang sekolah, gue temenin check up, mau?"

"Gue takut." Alvaska bergumam serak.

Arkan dan Fadel yang berdiri di sebelah Alvaska menatap cowok itu sedih. Terakhir kali mereka melihat keputus asaan dan ketakutan dalam diri seorang Alvaska Aldebra Lergan adalah dua tahun lalu. Cowok itu memiliki kelainan jantung sejak lahir. Keempat sahabat Alvaska baru mengetahui hal itu setelah Alvaska keluar dari rumah sakit, satu minggu lalu.

"Mata lo kenapa berair Zi?" Tanya Arkan heran.

"Gue sedih!" Jazi menutup wajahnya dengan lengan kiri.

"Cengeng," cibir Arkan.

"Biarin!" Jazi menoyor keras kepala Arkan kesal.

Arkan membalas menoyor kepala Jazi tidak kalah keras.

"Sakit, anjing!"

Arkan menahan tawa. Cowok itu berlari keluar kelas, menghindar amukan seorang Jazigar Pradipta. Jazi tidak tinggal diam. Dia berlari mengejar Arkan saat cowok itu berlari ke arah gerbang sekolah SMA Alantra.

Raga dan Fadel hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka berdua heran kenapa Jazi dan Arkan tidak pernah bisa akur semenjak menjadi Zigot di dalam kandungan ibu mereka. Tidak ada hari tanpa perdebatan dan perkelahian. Benar-benar konyol.

Alvaska membuka mata. Cowok bangkit berdiri dari duduknya saat Raga menarik pundaknya.

"Ayolah Va, lo jangan lemah gini," kata Raga menyemangati.

Alvaska menghela napas kasar. Cowok itu melepaskan tangan Raga yang masih berada di atas pundaknya. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia langsung berjalan melewati Raga dan Fadel, keluar dari dalam kelas menuju kantin SMA Alantra di koridor sekolah lantai atas.

Raga dan Fadel dengan cepar bergegas menyusul Alvaska keluar kelas. Kedua cowok itu mensejajarkan langkahnya saat sudah berada di sebelah Alvaska. Ketiga remaja itu melangkah menaiki beberapa anak tangga yang membawa mereka ke koridor sekolah lantai dua.

"Gue laper banget, njir." Fadel menepuk-nepuk perut ratanya saat sudah berada di dalam kantin SMA Alantra.

Raga memandang perut Fadel dengan tatapan aneh. Bingung. Karena penasaran, cowok itu ikut menepuk perut Fadel keras, membuat sang empunya berteriak kesakitan.

"Sakit, woy!"

Raga menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Sorry, Fa. Nggak sengaja." Tapi bo'ong.

Alvaska duduk di salah satu bangku meja kantin yang dikhususkan untuk para anggota geng motor Alvazars di sekolahnya. Cowok itu duduk bersebelahan dengan Tara, salah satu anggota penting dari Alvazars.

"Lo kurusan, Va. Ada masalah?" Tanya Tara.

"Nggak." Alvaska menjawab singkat. Cowok itu menyadari jika akhir-akhir ini, berat badannya menurun drastis. Entah karena penyakitnya yang semakin parah atau karena apa, entahlah.

Tara menggeser mangkuk pesanannya yang belum sempat cowok itu makan ke arah Alvaska. "Makan, Va."

Dimas yang duduk bersebelahan dengan Tara juga ikut menggeser mangkuk pesanannya ke arah Alvaska. "Ketua nggak boleh jatuh sakit."

Sebagian anak Alvazars yang belum sempat memakan makanannya pun ikut menggeser mangkuk pesanan mereka ke arah ketuanya. "Buat ketua.."

Alvaska meringis. "Thanks."

Di sisi lain, Kana yang baru saja memasuki area kantin sekolah bersama ketiga sahabatnya tiba-tiba saja menghentikan langkahnya seketika saat merasakan sesuatu yang panas dan basah mengenai seragam sekolah yang cewek itu kenakan.

Kana meringis.

Seluruh murid yang tengah berada di dalam kantin SMA Alantra sontak mengalihkan atensi mereka ke arah Kana. Cewek itu terlihat sedang mengibas-ngibaskan tangannya ke arah dadanya yang terasa panas.

"Maaf-maaf, gue nggak sengaja," ucap seseorang yang berada di hadapan Kana.

Kana menghela napas kasar kemudian menoleh, menatap orang yang sudah dengan berani menumpahkan kuah bakso panas ke seragam sekolahnya.

"Lo punya mata?" Kana berdesis.

"Punya. Sorry, nggak sengaja," balas Nada sinis. Tanpa berkata sepatah kata pun, cewek sexy yang terkenal sebagai bad girl-nya SMA Alantra itu langsung mengambil langkah keluar dari dalam kantin Alantra, mengabaikan Kana yang saat ini tengah menatapnya tajam.

Saat Kana hendak mengejar Nada, sebuah tangan sudah lebih dulu menahannya. Tepat saat Kana menoleh ke arah Alvaska, kedua mata mereka tidak sengaja bertabrakan. Tatapan keduanya menyiratkan banyak hal yang tidak bisa di ungkapkan oleh kata-kata. Begitu dalam dan lekat. Tersirat luka.

Alvaska mengulurkan tangan, mengusap lembut pipi Kana yang terlihat pucat. Tatapan cowok itu jatuh pada bibir Kana yang memiliki bekas luka. "Sakit?"

Kana terkekeh getir kemudian memajukan wajah, menyentuh lembut dahi Alvaska dengan bibirnya. "Hati gue berdarah, Al." It's hurt..

To be continue...

1160 word. Secuil jejak anda, means a lot_

Continue Reading

You'll Also Like

moonlight By j

Teen Fiction

243 102 8
Waktu memisahkan mereka tanpa peringatan. Tanpa ucapan selamat tinggal. -/
227K 10.8K 58
Versi ini versi lama guys!
68.8K 2.5K 46
Follow sebelum baca oke馃グ Follow My Instagram : @isnaumahh Jangan lupa vote juga, makasih Mengenang Masa Lalu Memanglah Sakit
185 20 20
'Jika orang lain jatuh cinta dengan parasnya, maka aku jatuh cinta dengan caranya'