🍃
Jimin berjalan memasuki kantornya, lobi kantornya cukup ramai, Jimin tidak tahu ada apa, tapi saat ingin memasuki lift ia dengar namanya disebut sebut.
"Jimin kan namanya?"
"Orang nya yang mana itu deh?"
"Laki laki loh katanya."
"Sakit hati si aku kalo jadi Suha, suaminya lebih milih laki laki yang namanya park Jimin itu."
Jimin takut, bersyukur sepertinya mereka tidak kenal dengan Jimin dan Jimin tebak mereka adalah penggemar Suha, mereka tidak punya tanda pengenal yang menggantung di leher.
Jimin tahu, berbahaya memang jika berurusan dengan keluarga yang cukup terkenal, namun bila di pikir pikir lagi bukan sepenuhnya kesalahan Jimin, Jimin bekerja disini.
Untungnya salah satu OB mencoba menyelamatkan diri dari kerumunan itu, bisa bisa bila ada salah satu karyawan yang memberi tahu bahwa dirinya adalah park Jimin pasti ia tak akan selamat.
Jimin sebenarnya terkenal ramah di kantor ini, namun orang baik pasti ada saja yang tidak menyukai kan? Jimin tahu beberapa wanita centil di kantor ini tidak menyukainya, seperti kemarin.
"Pak Jimin, lewat lift yang sini aja ya, bahaya kalo lewat situ." Ucap lelaki yang membawa Jimin ke lift lain, Lee minjae.
"Makasih ya pak minjae udah bawa saya ke sini, makasih banyak." Ucap Jimin sembari menyalami tangan kaki laki itu.
Jimin pun segera masuk kedalam lift, dan langsung memencet lantai dimana ia bekerja.
Ia sedikit merasa takut saat lift sudah mendekati lantai yang ia tuju, gugup melanda hati Jimin.
Ting!
Pintu lift terbuka hanya kekosongan yang menyapanya, lift ini ada di paling pojok lantai itu memang.
Jimin berjalan seperti biasanya, menganggap kejadian kemarin tidak pernah terjadi sama sekali.
Namun usahanya gagal, saat memasuki kubikel kubikel para karyawan, tak sedikit ia mendengar bisikan bisikan tentang dirinya.
Tak Jimin pungkiri hatinya merasa sakit, Jimin berusaha mengabaikan hal tersebut, kembali berjalan dengan tenang walaupun hatunya merasa resah.
Saat sudah sampai pada mejanya ia menghela nafas, akhirnya ia bisa melewatkan hal tadi.
Ia duduk di kursinya, membuka loker mejanya untuk menaruh tasnya, namun saat lokernya di buka, Jimin menemukan beberapa kertas yang berisi hujatan-hujatan untuknya.
"Apakah bully bully seperti ini masih berlaku dalam pekerjaan?" Ujarnya yang tak di pungkiri bahwa ia sendiri merasa takut.
Jimin tak tahan, pembicaraan di luar sana yang terdengar di kupingnya mereka masih membicarakan Jimin, berbicara keras seolah-olah sengaja agar Jimin bisa mendengarnya.
"Aku akan mengirimkan surat pengunduran diri ini sekarang." Ujarnya pasti, dirinya tak bisa menahan hal ini terus menerus.
Jimin sebenarnya takut untuk beranjak dari tempat duduknya, namun ia tak bisa berlama lama di kantor yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Dengan segera Jimin pergi keruang HRD tanpa memperdulikan bisikan yang sebenarnya tidak bisa dibilang bisikan, ia menebalkan hatinya, memasang tembok baja yang hanya berlaku untuk sesaat.
Mengetuk ruang HRD dengan sangat sopan, Jimin kenal dengan pihak HRD hampir semua merupakan teman bagi Jimin maupun mereka sendiri.
"Saya ingin menyerahkan surat ini pak Eunwoo." Ucap Jimin saat ia sudah sampai di meja HRD."

KAMU SEDANG MEMBACA
Oke Bos!!- JinMin [END]
Fanfictiontentang kehidupan Jimin yang selalu direcoki oleh bos-nya warning?? bxb Jimin uke Seokjin seme Bagi yang ga suka bxb gausah mendekat???? Dan juga cerita ini murni pikiran ku, kalau ada kesamaan aku gak tau apa apa... karena cerita yang aku buat ini...