抖阴社区

Tiga Puluh Sembilan: Zaki dan Geraha

973 157 30
                                        

Hari ini adalah hari sabtu, dimana semua orang memilih bersantai atau menghabiskan waktu dengan orang terkasih. Geraha sedang asik menonton televisi bersama adiknya sejak pagi hingga siang hari ini. Keduanya sedang malas beraktifitas.

Orang tua mereka juga kebetulan sedang menghadiri arisan keluarga, dan sang kakak tertua sibuk dengan urusan kuliahnya lalu mengatakan baru pulang malam hari.

"Laper gak sih lu?" Tanya Geraha pada Ragentar-adiknya.

"Laper lah gila, belum makan dari pagi. Pertanyaan lo beneran deh kak," balas Ragenta dengan sedikit kesal.

"Ya santai napa sih," sahut Geraha.

"Beli makan yuk," ajak Geraha pada adiknya yang masih terlihat malas dan mata yang tetap tertuju pada televisi.

"Mager banget, pesen online aja ngapa sih." Geraha lalu mengangguk, ia kemudian membuka ponselnya. Namun saat hendak menekan aplikasi pesan antar makanan, ada notifikasi masuk dari seseorang yang mengatakan berada didepan rumahnya.

Geraha dengan cepat melempar ponselnya ke arah sofa yang tadi didudukinya lalu berlari menuju depan.

Sesampainya diluar benar saja, orang itu sudah bertengger diatas motor dan berhenti didepan pagar rumahnya. Buru-buru Geraha menghampiri orang itu.

"Kok tiba-tiba kesini?"

"Tau dari mana rumah saya kak?"

Geraha mencerca berbagai pertanyaan yang justru membuat orang yang ditanya tertawa karena merasa gemas.

"Tanyanya satu-satu dong," balasnya. Geraha hanya tertawa, malu.

"Oke, kok tiba-tiba kesini?" Geraha mengulang pertanyaannya.

"Pengen aja," jawab orang itu.

"Tau dari mana rumah saya kak?" Tanya Geraha lagi.

"Apasih yang enggak gua tau," sahutnya dengan senyum menggoda. Geraha lagi-lagi hanya tertawa sebagai jawaban.

"Yaudah masuk Kak Zaki." Geraha mempersilahkan kakak kelasnya itu untuk memasuki rumahnya.

Zaki lalu memasukan motornya untuk diparkiran didalam, setelah itu mengikuti Geraha yang menuntunnya masuk.

"Duduk dulu Kak, saya buatin minum." Geraha tersenyum lalu berjalan menuju arah dapur dan membuatkan minuman untuk Zaki.

Ragenta yang mendengar ada tamu pun menghampiri sang kakak didapur.

"Siapa?" Tanya Ragenta.

"Temen gua," balas Geraha sambil mengaduk sirup dalam gelas yang sudah tercampur air dan es batu.

"Biru?" Tanya Ragenta lagi.

"Bukan. Lo pikir temen gua Biru doang?" Tanya Geraha

"Bukan gitu, soalnya lo lengketnya sama Biru doang gua lihat-lihat." Ucapan Ragenta hanya dibalas gelengan oleh Geraha.

Geraha lalu meninggalkan adiknya yang masih kepo dengan sosok tamu yang katanya teman Geraha itu.

"Diminum kak," ucap Geraha sambil duduk disalah satu sofa.

"Oiya ada apa kak kesini?" Tanya Geraha, karena jujur ia benar-benar bingung.

"Mau main aja, gak boleh?" Tanya Zaki dengan tawa diakhir kalimat.

"Ohh, boleh sih. Cuma kaget aja," balas Geraha dan diangguki oleh Zaki.

"Kaget? Emang kakak cowok pertama yang dateng?"pertanyaan Geraha dibalas senyum oleh Geraha.

"Gak pertama sih, Biru yang pertama kesini." Jawaban Geraha membuat hati Zaki mencelos, sakit sekali rasanya bukan menjadi yang pertama.

"Ngapain dia kesini? Tumben tu anak mau bertamu ke rumah orang."

"Oh belajar bareng, terus sekalian ngobrol." Penjelasan Geraha membuat Zaki kembali ingin tahu.

"Ngobrol sama lo?"

"Sama Ibu, aku, Kakak aku juga sih dan adik aku." Lagi-lagi penjelasan Geraha tentang Biru membuat hati Zaki sakit.

Bahkan dah akrab sama keluarganya ngab Batin Zaki.

Zaki semakin penasaran untuk terus memancing Geraha untuk membicarakan Biru.

"Biru suka usil sama lo?" Tanya Zaki.

"Usil? Enggak sih, dia lucu. Apalagi kemarin, aneh tapi lucu gitu. Beda banget sama yang di omongin orang-orang soal dia yang galak, menakutkan dan semacamnya. Padahal kalau yang Geraha liat sih dia tuh baik, gengsian, dan lucu aja." Geraha berucap dengan antusias. Membuat perasaan Zaki teriris.

"Gak takut kalau dia udah berantem?" Zaki kembali memancing.

"Takut? Awalnya sih iya, cuma lama-lama lebih ke sebel sih kalau liat dia berantem, kayak untuk apasih? Tapi Geraha ngerti sih Biru lakuin semua itu ada alasannya, tapi denger-denger emang kadang dianya aja yang cari-cari masalah. Geraha gak bisa larang juga, bukan siapa-siapa nya." Geraha tersenyum.

"Iya emang prinsip Biru kalau gak cari masalah ya mancing masalah," balas Zaki. Itu fakta, bukan menjelek-jelekkan nama Biru. Cowok itu bahkan yang sering mengatakannya pada Zaki.

"Geraha," panggil Zaki dengan tatapan serius. Geraha yang sedang termenung memikirkan Biru karena tadi membahas cowok itu pun segera beralih menatap seseorang yang memanggilnya barusan.

"Ya?"

"Kalau gua jujur, perasaan gua semakin besar ke lo gimana?" Pertanyaan Zaki membuat Geraha terdiam. Terkejut lebih tepatnya. Ia merasa bersalah karena perasaannya terhadap Zaki benar-benar tidak tumbuh. Malah semakin besar tumbuh kepada cowok bernama Biru.

"Gua gak maksa kalau emang hati lo jelas bukan untuk gua, gua paham kok. Perasaan seseorang gak bisa dipaksa kan, iya tau. Sekarang gua cuma mau bilang sejujurnya aja, soal apapun jawaban lo gua bakal terima. Kalau lo punya perasaan juga ke gua, ya kita jadian. Kalau enggak, gua bakal berusaha untuk lupain lo."

Geraha menelan ludahnya. Ia jujur tidak ada bayangan Zaki akan bilang seperti ini.

"Kak, maaf.." Geraha berucap. Zaki lalu tersenyum, paham kalau ia sudah ditolak. Mungkin sudah waktunya untuk melupakan perasaannya pada Geraha. Dia juga tau siapa yang jelas-jelas memenuhi hati Geraha saat ini.

"Biru kan?" Tanya Zaki. Membuat Geraha bingung.

"Biru orang yang menuhin hati lo."

Geraha terkejut, bagaimana Zaki tau? Apa selama ini benar-benar terlihat jelas bahwa ia jatuh hati pada Biru? Apa Biru bahkan tau hal itu? Bodoh sekali jika memang cowok itu tau, mau sekali Geraha.

"Jangan bingung gua tau dari mana. Cara lo cerita soal Biru tadi udah menjelaskan semua. Mata berbinar, senyum merekah dan antusias. Keliatan jelas kalau lo punya perasaan besar untuk Biru. Dan, jangan khawatir Biru gak tau. Untungnya lo jatuh hati sama cowok bodoh dan tidak peka kayak dia." Penjelasan Zaki membuat Geraha tertawa.

"Kejam banget ngatain temen sendiri bodoh," balas Geraha.

"Lo belum tau sih aslinya dia gimana, bodoh banget sumpah. Pasti lo gregetan. Bahkan Daffi dan Baskara aja udah mau mukul dia. Cuma ya masih sayang nyawa aja sih, Biru kalau udah kesel bakal serem." Geraha lagi-lagi tertawa mendengar cerita tentang orang yang dia cinta dari salah satu sosok yang paling dekat dengan Biru.

"Kak, makasih." Geraha tiba-tiba berucap.

"Untuk?"

"Udah mencintai Geraha. Dan maaf, Geraha gak bisa balas itu. " Zaki tersenyum mendengarnya.

"Duh jadi bimbang nih mau melepas lo. Kenapa ,ya orang kayak lo bisa suka sama Biru yang bodoh itu? Gregetan jadinya." Zaki dan Geraha lalu terawa.

Hari itu, sabtu yang seharusnya menjadi hari manis dipenuhi beberapa selingan pahit dalam hidup Zaki.

Zaki sadar, bahwa cara terindah mencintai itu adalah melepaskan. Dan ia akan belajar melepaskan setelah ini.

To be continue...

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang