Biru sedang menunggu Geraha kembali dari lombanya. Ini sudah jam pulang sekolah dan cowok itu dapat info dari temannya bahwa Geraha akan kembali dulu ke sekolah karena gadis itu dapat membawa pulang kemenangan jadi dia harus meletakkan piala tersebut disekolah.
Biru segera mengendarkan pandangan ketika merasa mendengar suara gadisnya. Cowok itu sedang menunggu didepan ruang osis. Biasanya setiap siswa yang lomba dan berhasil menang, pialanya akan diletakan diruangan osis, jadi Biru berinisiatif menunggu disana, dan ternyata benar dugaannya, Geraha akan kesana.
Biru bisa melihat Geraha berjalan sendirian ke arah ruangan osis tempatnya sekarang menunggu setelah berpisah dengan beberapa orang lain yang juga ikut bergabung dalam timnya dilomba hari ini.
"Loh? Kamu ngapain?" Tanya Geraha terkejut ketika melihat sosok Biru dihadapanya.
"Kenapa gak ngabarin? Emang se sibuk itu?" Geraha tertawa mendengar kekasihnya tidak menjawab pertanyaannya dan malah balik melemparkan pertanyaan padanya.
"Kok ketawa?"
Geraha kembali mengeluarkan tawanya melihat wajah kesal Biru. Cowok itu benar-benar berbeda sikapnya ketika berhadapan dengan Geraha, benar kata Iva. Biru jauh lebih manja, soft dan kadang berlebihan. Sangat berbeda dengan image menyeramkan, sadis dan anarkis yang orang-orang lihat.
"Kamu lucu," balas Geraha.
Alih-alih menjawab pertanyaan Biru, Geraha memilih memasuki ruangan osisi yang kebetulan belum dikunci lalu meletakan pialanya disalah satu meja kemudian kembali keluar menemui Biru.
Cowok itu masih diam. Dari wajahnya nampak kesal karena Geraha tidak menjawab pertanyaan nya dan mengacuhkan dia.
"Ngambek cerita nya?" Goda Geraha sambil menunjuk wajah Biru.
Biru hanya diam lalu berlalu pergi. Geraha yang melihat itu terkekeh geli lalu segera mengejar Biru.
"Ayo makan aku traktir, hari ini aku menang." Ucapan Geraha membuat Biru menoleh ke arah sampingnya, tepat gadis itu berjalan beriringan dengannya.
"Gaya," komentarnya.
"Ish, mau gak?" Geraha memastikan.
"Iya ayo bu guru," jawab Biru sambil tersenyum.
Demi Tuhan Biru rindu Geraha-Nya. Seharian tidak diberi kabar itu benar-benar campur aduk rasanya.
Saat keduanya sedang berjalan menuju parkiran, tepat dimana Biru memarkiran motornya, seseorang datang dan memberhentikan langkah keduanya.
Biru dan Geraha menatap orang yang sekarang tengah berdiri dihadapan mereka. Wajahnya nampak sangat berharap dapat bisa berbincang dengan mereka setelah tadi Biru sudah menolaknya mentah-mentah. Ya siapa lagi kalau bukan Kayna.
"Ck! Ada apa lagi? Gak cukup gua bilang tadi pas istirahat kalau gua gak mau ketemu?" Geraha yang mendengar Biru berucap dengan sedikit kasar membuatnya memukul perut cowok itu.
Walaupun Kayna itu sudah berbuat tidak baik, tapi Geraha masih menganggapnya kakak kelas yang harus dihormati.
"Ada apa kak Kayna? Cuekin aja Biru," ucap Geraha sambil menampilkan senyum indahnya.
Biru berucap dalam hati, Geraha itu sebenarnya siapa? Sangat baik hati. Kalau gadis lain pasti udah jengah dan mengibarkan bendera permusuhan dengan Kayna. Bahkan mungkin ada yang tak ingin berurusan dan bertemu. Tapi Geraha? Masih meladeni Kayna dengan sopan dan baik.
"Gua mau minta maaf aja," ucap Kayna.
Biru menatapnya dengan heran, tidak biasanya seorang Kayna berucap maaf. Ia hafal sekali dengan gadis dihadapannya. Banyak drama dan sering mengadu domba.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasukan Biru [COMPLETE]
Teen FictionPasukan Biru bukan sebuah gangster, gang motor atau sekumpulan mafia yang kerjaannya jual barang ilegal dan jadi kejaran pihak berwajib. Pasukan Biru adalah sekumpulan anak muda yang didominasi oleh anak SMA dengan satu visi dan misi yang sama yaitu...