抖阴社区

Tujuh: Aneh

1.6K 227 9
                                        

Biru meneguk minuman yang dibelinya, sebuah minuman kemasan dengan rasa teh alami yang manis dan harga yang terjangkau.

Saat ini cowok itu ada disebuah warung depan sekolahnya, seperti biasa. Beberapa kali ia memang pergi kesana untuk menghabiskan jam istirahat bersama teman-temannya karena merasa bosan jika selama seminggu berada dikantin yang isinya itu-itu saja.

"Cewek yang tadi lo samperin pas bola gelinding ke arah dia, temen lo?" Zaki membuka suara sambil menatap Biru yang sedang asik menghidupkan rokoknya.

"Hmm." Biru membalas dengan singkat.

"Kayaknya, gua suka sama dia." Ucapan final Zaki membuat semua orang menatapnya, ya termasuk Biru yang saat ini sudah menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa sih lo semua? Kayak suatu fenomena alam aja gua bilang suka sama orang." Zaki berkomentar kala mendapatkan tatapan yang aneh dari ketiga sahabatnya.

"Gini Jak, bukannya mau mematahkan semangat sebelum berjuang. Tapi, kayaknya mundur aja deh. Modelan lu mau berjuang buat cewek kayak dia? Mustahal Jak!" Fikri merangkul leher sahabatnya itu dan menyuarakan pendapatnya.

"Si anjing!" Umpat Zaki tidak terima sambil menghempaskan lengan Fikri yang melingkar dilehernya.

"Kali ini gua setuju sama Fikri. Itu cewek modelan anak baik-baik yang kalau diajak nongkrong jam 8 udah ditelfon disuruh balik. Gak bisa sama modelan bang toyib kayak lo yang pulang nggak pulang juga mana ada yang peduli." Kini Daffi mengeluarkan pendapatnya yang sungguh ada benarnya juga. Zaki memang sangat bebas. Jarang pulang kerumah. Sekalinya pulang juga tidak ada yang peduli.

"Lo tuh pada jadi temen supportive dong! Kayak Biru." Protes Zaki. Biru yang namanya disebut pun menatap Zaki dengan bingung.

"Kenapa gua si anjing? Gua diem padahal." Biru membelas dengan acuh yang membuat Fikri dan Daffi tertawa puas. Sememtara Zaki memandang kesal.

"Liat aja ,ya.. sampe gua jadian sama dia, lo semua traktir gua sebulan." Tantang Zaki dengan percaya diri.

"Deal!" Fikri dan Daffi berucap dengan kompak dan bersalaman dengan cowok itu.

"Bantuin , ya Pak Bos! Kan lu temennya." Zaki tiba-tiba menghampiri Biru dan merangkul pundak cowok itu.

"Apa tai anjing?! Usaha sendiri lo sono, ogah!" Balas Biru dengan malas sambil melepas rangkulan Zaki padanya.

Cowok itu lalu bangkit dan bersiap untuk kembali ke dalam sekolah karena beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dan ia malas jika harus berdebat dengan guru mata pelajaran Sejarah yang memang selalu terlihat memiliki dendam padanya.

"Mau kemana lo?" Tanya Daffi melihat tubuh Biru yang sudah berdiri didepannya.

"Balik lah!" Jawaban Biru membuat yang lain sedikit bingung.

"Pak Tjaja Anjing!" Ucap Biru guna menjawab tatapan bingung teman-temannya.

"Pantes anjir lo balik." Sahut Fikri.

"Cupu lo tai!" Hardik Zaki.

"Bukan cupu, males dengerin dongengnya." Jawaban Biru mendapat hadiah tawa yang lain.

"Mang Sopo! Teh gelasnya dibayar sama Zaki!" Teriak Biru kemudian berjalan pergi menuju sekolahnya.

"Biru Anjing! Budak setan!" Teriak Zaki yang baru saja kena imbas untuk membayar jajan yang dibeli Biru.

Daffi dan Fikri hanya bisa tertawa terbahak. Biru dan Zaki itu seperti dog and dog. Bukan tom and jarry. Karena Daffi dan Fikri tidak sudi menyamakan dua sahabat minus akhlaknya itu kepada kartun imut.

---
"Lo kenapa sih gelisah banget kayak orang yang mau war flash sale." Hardik Iva pada Geraha yang memang sedari tadi nampak gelisah dan gugup.

Jam istirahat tersisa beberapa menit lagi dan Geraha belum juga menemukan cara untuk mengajak Biru belajar bersamanya seperti amanah kepala sekolahnya.

"Gua lagi bingung mikirin cara." Geraha menempelkan tangannya didagu. Matanya menerawang ke depan.

"Cara apaan anjir? Cara ngepet? Pesugihan? Mencurigakan lu." Iva memicingkan mata.

"Suudzon aja sama orang cantik," balas Geraha sambil menjitak dahi Iva.

"Ya terus cara apaan?" Tanya Iva penasaran.

"Gua cerita, tapi lo jangan heboh apalagi berisik." Iva mengangguk sepakat dengan ucapan Geraha.

Kemudian, Geraha menceritakan perihal dirinya yang dipilih menjadi tutor seorang Biru oleh kepala sekolah.

"AH ANJIRRR LUCKY  BANGET SETAN!" Teriak Iva dengan heboh yang bahkan membuat beberapa teman sekelasnya memandang mereka dengan tajam.

"Iva anjim!" Ucap Geraha sambil memijit pelipisnya yang mendadak pening.

"Ya maaf, kan kaget." Mendengar jawaban Iva yang tidak masuk akal pun dibalas tatapan sebal oleh Geraha.

"Jadi, gua harus ngajaknya gimana. Biru tuh serem banget." Cicit Geraha mengecilkan suaranya. Takut ada yang menguping.

"Buta lo? Biru tuh ganteng, gemes, dan misterius. Serem dari mananya sih? Lu tuh kudu deh pake kacamata," balas Iva.

"Bulol!" Ucap Geraha dengan kesal.

"Apaan bulol?" Tanya Iva.

"Bucin tolol!" Penjelasan Geraha dihadiahi pukulan tepat dikepala gadis itu oleh Iva.

"Gimana dong Va??" Tanya Geraha lagi sambil mengguncangkan tangan Iva.

"Ya tinggal ajak aja sih, yakali pas lo ajak dia langsung gigit. Lagian, takut banget heran. Lo kalau di apa-apain tinggal teriak doang, kenapa dibawa ribet sih ah elah." Iva menjawab dengan gemas.

"Lo mah gampang bilangnya, gua kan yang hadepin." Geraha berucap dengan melas.

"Yaudah mau gua yang ngajak? Kan ga lucu anjir nanti dia malah males." Geraha setuju dengan ucapan Iva. Ia harus hadapi. Jika ada sesuatu, ia bisa berteriak meminta pertolongan Iva.

"Kalau gua diapa-apain , gua teriak manggil lu ya?" Pinta Geraha.

"Lah ngapain?" Tanya Iva.

"Ya minta tolong," balas Geraha.

"Lah? Lu pikir gua berani hadepin Biru?" Tanya Iva.

"Ya terus tadi lo maksudnya sok motivasi apaan?" Tanya Geraha.

"Ya memotivasi aja. Kalau udah mode Panglima tawuran, gua sih maaf-maaf aja, mundur alon-alon bos." Penjelasan Iva dihadiahi pukulan tepat dibelakang kepala oleh Geraha.

"Tidak berguna!" Ucap Geraha sambil memandang tajam Iva yang asik tertawa.

Tanpa mereka sadari, bel masuk pun bunyi. Bersamaan dengan itu, cowok yang sedari tadi mereka bicarakan masuk. Dengan tatapan tajamnya yang seakan tidak peduli dengan sekitar. Menambah kesan menakutkan.

"Kan dia nyeremin." Bisik Geraha.

"Gemes itu disebutnya," balas Iva.

"Gemes-gemes, nyatanya lo takut juga kan setan!" Balas Geraha geram.

"Ya gua kan masih sayang nyawa." Jawab Iva lalu tertawa pelan.

"Lo pikir gua enggak?" Ucap Geraha dengan kesal.

Geraha membuang tatapannya dari arah Iva menuju gurunya yang mulai membuka pembelajaran kali ini.

Gadis itu benar-benar tidak fokus akibat terlalu memikirkan bagaimana caranya untuk mengajak Biru belajar bersama. Sampai-sampai materi yang dijelaskan didepan hanya sebatas memasuki gendang telinganya lalu keluar melalui jalur yang berbeda.

Tanpa Geraha sadari, ada sepasang mata yang menatapnya secara diam-diam. Bahkan guru yang mengajar didepan dan berusaha memberikan lelucon rasanya tidak ada apa-apanya dengan sosok seorang gadis yang entah mengapa menarik perhatiannya.

Dia Biru.

Dengan tatapan tajam dan sulit diartikan.

To be continue...

Pasukan Biru [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang