抖阴社区

S E B E L A S : KESIALAN

17.6K 1.6K 394
                                        

"Setidaknya walaupun kita tidak bersama lagi. Aku masih memiliki kesempatan untuk dapat melihatmu."

- P e r i s h a b l e -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- P e r i s h a b l e -

11. Kesialan

****

Semilir angin yang berhembus kencang membuat tirai kamar bewarna abu-abu itu tertiup hingga menganggu kosentrasi Merza yang tengah mengerjakan tugas. Gadis berpiyama tidur itu pun beranjak dari tempatnya lalu menutup pintu yang mengarah ke balkon, lalu kembali ke meja belajarnya.

Matanya melirik jam digital yang terletak di atas meja, dan mendengus karena sudah malam kedua orangtuanya belum juga pulang.

Dia mendengus, meraih ponsel lalu mengetikkan pesan pada Mamanya.

Mom❤

Maa

Mama sama Papa kapan pulang?

Setelah pesan terkirim Merza kembali meletak ponselnya di atas meja, lalu menutup laptop menyudahi acara nugasnya.

Kakinya terangkat ke atas kursi, memeluk kedua lututnya lalu menelusupkan wajahnya di sana. Dia kini tengah menahan rasa lapar, akibat bahan makanan serta mi instan yang tak terlihat lagi di dapurnya.

"Merza!"

Kepala Merza sontak mendongak, melihat sekelilingnya. Lalu kemudian tersenyum hambar, tidak mungkin Kak Melva memanggilnya. Dia selalu berhalusinasi jika seorang diri, karena di saat seperti ini, dia membutuhkan seseorang untuk menemaninya, dan orang itu adalah Melva.

"Kak..Merza laper. Masakin dong, masakan Kak Melva kan enak, kalo Merza yang masak ntar gosong."

"Dari pada Kakak masakin, mending Kakak ajarin Merza masak. Biar nanti kalau Kakak nggak ada, Merza udah bisa masak sendiri."

Melihat bayang-bayang masa lalu itu Merza hanya bisa tersenyum kecut. Dia sangat berterima kasih pada Melva karena telah mengajarkannya memasak. Karena dia, Merza bisa memasak nasi untuk dia makan seorang diri. Dia juga sudah bisa memasak mi instan dan nasi goreng ala kadarnya.

Tangannya perlahan membuka laci meja belajar, mengeluarkan sebingkai foto dari dalam sana.

"Kak Melva...," lirihnya dengan penglihatan mulai mengabur. Jika saja dia mengedipkan mata, maka cairan kristal bening itu akan membasahi pipinya. Namun, Merza menolak untuk menangis. Dia lebih dulu mengusap matanya.

Sudah bertahun-tahun berlalu, dan perih pada hatinya akibat kepergian yang tiba-tiba masih terasa hingga sekarang.

"Maafin Merza ya, Kak. Kalau aja Merza mau bersabar dikit, mungkin Kak Melva masih ada di samping Merza sekarang."

Perishable (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang