Unit Gawat Darurat. Disinilah tiga orang dengan dua diantaranya berseragam SMA itu berada. Suasana beberapa menit lalu yang terbilang cukup menakutkan akhirnya terlewat dengan baik.
Dua orang berbeda jenis itu setia berdiri disisi kanan kiri ranjang pasien, sedangkan satu orang lainnya tengah terbaring lemah ditempat tidur.
Setelah melakukan pemeriksaan dan membalut luka akibat kecelakaan, dokter beserta suster pamit tanpa lupa memberi selembar kertas berisi resep obat yang harus ditebus untuk diminum pasien. Resep itu diterima baik, bahkan obat itu telah terbeli sejak beberapa menit yang lalu.
Pasien itu, yang tidak lain adalah Arjuna lagi-lagi hanya bisa mendesah.
Demi untuk menghindari mobil dari arah berlawanan, Arjuna membanting stir. Dan karena serangan mendadak itu, Arjuna menjadi tidak imbang dan berakhir oleng ke kiri. Motor serta dirinya terseret beberapa meter dari tempat kejadian, untung saja bagian kepala aman karena Arjuna mengenakan helm. Namun, hal itu tidak berlaku untuk lengan kirinya yang bergesekan langsung dengan aspal hingga membentuk goresan cukup panjang. Kaki kiri ikut kebas karena tertimpa motor."Motor gue ga ada, gue pulang sama siapa?"
Rehan berdecak, lalu menggeret kursi dan duduk. Tidak habis pikir kenapa bisa Arjuna malah memikirkan hal lain disaat dia dan Tiffany cukup khawatir.
"Ada ya, orang abis kecelakaan malah mikir gimana dia pulang?" Rehan bertanya sinis membuat Arjuna tertawa.
Kecelakaan yang terjadi memang tidak sampai membuat Arjuna pingsan ditempat kejadian. Malahan cowok itu bisa melepas helm dan menarik kaki kirinya yang tertimpa motor. Dokter juga mengatakan jika tidak ada luka dalam yang perlu dikhawatirkan dari kecelakaan Arjuna."Lo tadi gimana bisa lawan arah? Ngelamun pasti?" Tiffany mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi terus berputar di kepalanya. Untung Rehan segera menepi ketika mendengar suara aneh dari belakang mobil. Tidak salah, itu Arjuna.
"Udahlah yang penting gue nggak papa. Jangan khawatir, kasian Bang Rehan cemburu." Arjuna malah memperingatkan dengan nada menggoda.
Tiffany cepat-cepat mendongak kearah Rehan takut apa yang Arjuna ucapkan benar. Namun, yang ia dapatkan malah Rehan yang bersandar pada kursi menatap dirinya dengan satu alis terangkat.
"Biasa aja," jawab Rehan acuh.
"Halah, udahlah anterin gue pulang." Dua orang itu menatap Arjuna yang bangkit dari posisi setengah berbaringnya. Cowok itu dengan gampangnya mencabut asal infus lalu duduk dipinggir ranjang.
"Jun, nggak usah nekat deh!"
"Gue udah sehat, Bang. Gampang nanti di jemur lukanya kering kok," celetuk Arjuna.
Rehan dan Tiffany sama-sama berdecak mendengar penuturan Arjuna barusan."Gila lo!" umpat Tiffany kesal, dijawab tawa kecil Arjuna.
"Terserah lo. Ayo gue anter pulang." Rehan ikut bangkit dari duduk disusul Tiffany. Saat Arjuna menarik tas hendak membawanya, Tiffany lebih dulu mengambilnya. Arjuna mendengus.
"Tas lo biar gue bawa. Lo jalan dibantu Kak Rehan." Setelah memberi pesan, Tiffany memilih berlalu untuk menemui dokter yang menangani Arjuna. Ketika ia keluar dari ruangan, ia sudah mendapati Rehan bersama Arjuna.
"Udah, kan?" tanya Rehan.
"Udah," jawab Tiffany.
***
Entah kali ke berapa Ariana mengusap air matanya sejak masih dalam mobil milik Rendi. Hingga tanpa ia sadari, mobil rendi telah terparkir di parkiran rumah sakit.
Tepukan di bahu serta pintu mobil yang terbuka membuat Ariana menatapnya bergantian. Dara menyadarkannya, sedangkan Rendi menunggunya di ujung pintu. Mengusap air matanya sekilas, Ariana bangkit untuk keluar disusul Dara yang keluar dari pintu lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA
Teen Fiction[Di Antara Dua Rasa] Arjuna memiliki kekasih, tapi akhir-akhir ini ia merasa ada yang kekasihnya sembunyikan. Termasuk kedekatan mereka yang tidak seintens dulu. Arjuna mencoba mengerti dan menganggap segalanya masih baik-baik saja. Hingga Arjuna be...