抖阴社区

ARJUNA;02

10.1K 590 132
                                        

Ariana memasuki kelasnya dengan wajah dongkol. Sampai di bangkunya, ia langsung saja mendudukkan kasar tubuhnya, kemudian meremas rambutnya dengan kedua tangan.

Ia tak habis pikir. Mimpi apa dia semalam sampai-sampai hari ini Ariana bertemu sesosok cowok seperti Arjuna. Cowok aneh yang tiba-tiba saja meminta nomor kontaknya, lalu apa tadi? Nanti malam akan mengajak Ariana ke pesta. Gila, gila, gila!

"Tampang lo udah kayak cewek di rumah sakit gila aja," celetuk seseorang. Ariana mendongak, kemudian mendengus.

"Lo, tuh, yang sama-sama gila kayak kakak kelas tadi!"

"Kakak kelas siapa?" tanya Dara, teman sekelasnya sekaligus satu bangkunya. Alifa ikut menyahut.

"Parah, kakak kelas siapa?"

Ariana menghela nafasnya pelan. Ia memanyunkan bibirnya dengan pandangan sayu.

"Dia maksa gue buat jadi temen dia di pesta temennya nanti," jelas Ariana.

Hilma menaikan sebelah alisnya. Ia berdecak, kemudian menggeleng seolah-olah orang tua yang prihatin melihat kelakuan nakal anaknya.

"Terus kenapa nggak coba lo tolak, bego?"

Ariana menatap Hilma. "Dia ngancem gue!"

"HAH?!"

Kaget ketiganya menatap Ariana tak percaya. Ariana mengangguk, kemudian mulai menceritakan kejadian awalnya pada tiga gadis di hadapannya ini.

"Parah, parah," komentar Alifa menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo sih." Hilma menggigit bibir bawahnya. "Tapi nggak mungkin lo dicap penyebar hoax tanpa bukti, kan?"

"Gue setuju, sama Hilma. Nggak mungkin juga lo dicap penyebar berita hoax. Padahal lo nggak ngelakuin," timpal Alifa sembari menopang dagunya menatap penuh prihatin Ariana. Mendengar cerita Ariana kasihan juga. Keputusan yang Ariana ambil pun tak sepenuhnya salah. Tapi juga tak sepenuhnya benar.

"Orangnya ganteng nggak, tuh?" Ketiganya menoleh cengo ke arah Dara. Sedari tadi Dara memang diam. Ketiganya berpikir Dara tengah mencari solusi.

"Eh, komuk lo, kok, pada gitu, sih?" tanya Dara. Hingga detik setelahnya ia berdecak dan menepuk keningnya pelan. "Ck, bukan gitu maksud gue."

"Ya terus?" tanya Hilma memandang tanya Dara.

"Kan kalau emang itu cowok ganteng. Ariana nggak rugi. Gitu loh," jelas Dara mendapat anggukan ketiganya.

"Bisa jadi sih," timpal Alifa.

"Ganteng nggak, tuh?" tanya Hilma.

"Pendapat kalian aja."

"Hah? Gimana maksudnya?"

***

"Gila. Gercep amat lo, Nyet?" Farza bertepuk tangan dihadapan Arjuna yang kini tengah sibuk mengunyah batagor pesanannya pada siswi tadi. Arjuna hanya menanggapinya dengan senyum miring.

"Gue sih, oh aja."

"Suaminya Bu Sur mah, gitu. Iri kalau temennya pdkt," celetuk Farza. Surya berdecak, kemudian menggeleng.

"Nggak gitu, Za. Lagian hal biasa kalau Arjuna bertingkah kayak gitu," jelas Surya.

"Pangeran sih, oh aja." Ini lagi. Dewa, sejak tadi drama pangerannya tidak kelar-kelar.

"Pangeran terkutuk lo," ucap Farza dengan sesekali melempar kacang telurnya dan menangkapnya dengan mulut terbuka. "Lutung kasarung."

"Alkisah—"

ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang