抖阴社区

Love Designed 01: How It Started

179 19 6
                                    

Yoon Hyunjung

Ketika membicarakan hubungan dengan Min Yoongi, aku sudah punya skema tertentu untuk menjelaskannya. Bagaimana kami bertemu untuk pertama kalinya, siapa yang menyukai lebih dulu, siapa yang pertama mengajak kencan... aku punya jawaban pasti yang sudah menjadi template untuk pertanyaan sejenis.

Bagaimana hubungan kami sekarang terjalin dimulai dari aku. Semua serba aku, termasuk dalam memaksanya dengan cara apa pun agar Yoongi mau melihat dan membalas perasaanku. Dulu Yoongi tidak lebih dari sekadar mahasiswa arsitektur biasa yang tak ingin didekati siapa pun kecuali saat harus mengerjakan tugas atau proyek kelompok.

Aku melihatnya pertama kali saat dosenku memintaku mengantarkan setumpuk buku ke fakultas teknik, dan terjadilah sesuatu layaknya adegan dalam sebuah drama romansa picisan.

"Kami bertabrakan, buku yang kubawa berhamburan, menggelikan sekali."

"Lalu dia menolongmu?"

Tidak. Di situlah letak perbedaan kisahku dengan yang ada di drama romansa picisan. Yoongi tidak menolongku sama sekali.

"Jangankan menolong, melirik pun tidak. Dia hanya memungut barangnya yang jatuh, kemudian pergi."

Aku ingat aku mengumpat saat itu. Aku tidak mengharapkan bantuan, tapi setidaknya katakan maaf dan beralasan sedang buru-buru sehingga tidak bisa membantu. Tapi Yoongi tidak. Saat itu, aku melabelinya sebagai manusia paling tidak tahu tata krama yang pernah kukenal.

Setelah itu, aku berharap tidak ingin bertemu lagi dengannya, tapi tentu saja semua tinggal harapan jika aku memang ditakdirkan untuk bersinggungan dengannya. Sebab kemudian kami dipertemukan dalam sebuah proyek pembangunan gedung baru universitas kami.

Yoongi yang merupakan salah satu mahasiswa arsitektur berprestasi, ditunjuk sebagai pemimpin proyek tersebut. Sedangkan aku dilibatkan untuk mengatur pengurusan anggaran. Ada mahasiswa lain dari fakultas yang berbeda bergabung dalam tim berdasarkan peran masing-masing.

"Bukan dengan Yoongi, tapi selama mengerjakan proyek tersebut, aku banyak berdebat dengan Kim Namjoon. Dia mahasiswa teknik sipil. Aku tahu otaknya cerdas, tapi cara bicaranya menyebalkan dan sering kali meremehkanku yang menurutnya paling enak pekerjaannya."

"Ah... aku tahu bagaimana menyebalkannya seseorang yang meremehkan pekerjaan orang lain."

"Itu dia. Saking sebalnya, aku langsung menyodorkan pekerjaanku padanya, memintanya untuk mengerjakan. Kau tahu bagaimana responsnya? Kepalaku selalu migrain kalau melihat terlalu banyak deretan angka."

Masih ingat sekali bagaimana besarnya keinginanku untuk memukul kepala Namjoon saat itu. Proyek itu terbilang sangat besar untuk ukuran kami yang saat itu masih menyandang status sebagai mahasiswa. Tapi karena pihak universitas menyebutkan bahwa proyek tersebut disetarakan dengan proses magang di perusahaan eksternal, kami pun menyanggupi. Terlebih, pihak universitas juga membayar kami meski tidak terlalu besar.

"Bukan hanya perdebatanku dengan Namjoon, tapi juga mahasiswa lain yang terlibat dalam proyek tersebut. Yoongi yang selalu menjadi pihak yang paling diam, dia juga yang jadi pihak yang selalu menengahi. Misalnya, ketika aku dan Namjoon tidak mendapat titik temu perdebatan kami, Yoongi yang selalu datang padaku dan menanyakan setiap detail pembangunan yang menurutku tidak cocok dengan anggaran yang ada. Bahkan ketika harusnya hanya aku yang menghadap pihak universitas untuk mendapatkan tanda tangan pada proposal maupun laporan, Yoongi selalu menemaniku."

"Kau mulai menyukainya karena sikap itu?"

"Tidak bisa dikatakan aku mulai menyukainya. Aku tidak luluh pada lawan jenis semudah itu, omong-omong. Tapi sikapnya saat itu setidaknya menghapus label 'manusia paling tidak tahu tata krama' yang kusematkan sejak pertemuan kami pertama kali."

E-BOOK PROJECTWhere stories live. Discover now