by. saltedcakes_
WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!
[HOROR-COMEDY]
Bisa merasakan kehadiran sosok makhluk halus, benar-benar diluar dugaan Kana. Hal itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikirannya.
Sesosok hantu perempuan berseragam Pramuka terus...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WAJIB VOTE DAN FOLLOW AKUN WATTPAD INI. TERIMAKASIH.
•••
Wajah Kana berubah seketika, ia menjadi diam dan tidak merespon sama sekali ucapan Bintari barusan. Mendengar kata tragis saja sudah membuat hati Kana tersayat. Bagaimana dengan perasaan Bintari yang mengalaminya? Pasti jauh lebih menyakitkan.
Bintari meneteskan air matanya, tangisan kecil terdengar dari suaranya. "Pacarnya Kakak gue," ujarnya terdengar masih belum sanggup untuk bercerita.
"Jangan di lanjutin," potong Kana memutus ucapan Bintari barusan, membuat sosok itu menatap ke arahnya seketika. "Kalo lo belum siap buat cerita, jangan di lanjutin ya?"
Bintari memaksakan senyuman, lalu menggelengkan kepalanya singkat. "Bisa kok Na, gue mau cerita sekarang aja. Gue mau luapin semuanya sekarang," timpal Bintari tulus.
Kana mengangguk paham. "Pelan-pelan aja ceritanya ya? Jujur gue gak tega liat lo kaya gini, beda jauh banget sama sosok ceria beberapa waktu lalu, sosok Bintari yang selalu happy." ujar Kana.
Bintari tidak menimpali ucapan Kana barusan, ia melanjutkan ceritanya kembali. "Gue dibunuh sama pacar Kakak gue sendiri," ujarnya, membuat Kana melebarkan matanya seketika. Ia terlalu kaget mendengarnya, dibunuh oleh pacar Kakaknya sendiri? Kok bisa? Pikir Kana penasaran.
"H-hhah?" Kana beberapa kali mengerjapkan matanya.
Bintari mengangguk. "Iya, pacar Kakak gue sendiri. Dia sempet jadi orang yang gue banggain, bener-bener gue sayangin banget, Kakak yang jadi panutan gue," ujar Bintari, lalu menjeda ucapannya sebentar. "Tega ngebunuh gue," tambahnya.
"Lo yakin? Alesannya apa? Kenapa pacar Kakak lo tega ngebunuh lo kaya gini? Jahat banget dia,"
"Gue penyakitan Na. Gue nyusahin orangtua gue, nyusahin Kakak gue, nyusahin orang-orang yang ada di sekitar gue. Selalu gangguin kebahagiaan Kakak gue sama pacarnya, selalu nyusahin mereka pokoknya. Gue dibunuh waktu acara kemping Pramuka di hutan dan bikin seolah-olah itu kecelakaan yang gak disengaja," ujar Bintari menjelaskan.
"Bintari, gue gak nyangka pacarnya Kakak lo tega ngelakuin itu sama lo. Gue gak habis pikir kalo ada orang kaya gitu di dunia ini. Lo bisa pergi dengan tenang, lo gak salah apa-apa. Lo gak berhak luntang-lantung disini, lo berhak dapet tempat yang terbaik," ujar Kana miris. "Lagian Kakak lo kenapa mau aja pacaran sama cowok brengsek kaya gitu? Kakak lo juga salah!" tambah Kana emosi.
Bintari tersenyum tulus mendengarnya. "Na, even so she is still my sister. Kakak gue gak salah atas kejadian ini," ucap Bintari.
"Gimana keadaan Kakak lo sekarang ini? Apa lo tau?" tanya Kana pelan.
"Cowok itu ninggalin Kakak gue, semenjak Kakak gue kena gangguan mental, Na. Gue yakin, Kakak gue gak akan pernah bisa lupain kejadian malam itu. Kejadian dimana gue meninggal," ujar Bintari.
"Brengsek banget sih?!" ketus Kana kesal. "Lo kenal gak cowoknya siapa?! Mau gue samperin rasanya! Terus gue laporin ke polisi sekalian! Biar mampus di penjara!" emosi Kana sudah di puncak kepala.
"Gue cuma kasian sama Kakak gue Na, sama orangtua gue juga. Sedih banget liat mereka kaya gini,"
"Sorry, Tar apa lo mau pergi? Gimana caranya? Semoga gue bisa bantu lo. Walaupun gue gak tau caranya kaya gimana, tapi kalo gue usaha. Pasti bisa kok," ujar Kana bertanya.
"Na, lo baik banget sama gue. Serius Na?" tanya Bintari terharu.
"Gue yakin banget mau bantu lo, Bintari. Yakin seratus persen,"
"Ada beberapa permintaan Na, tapi apa lo sanggup. Bahkan udah mati pun, gue masih nyusahin orang. Maaf ya Na, karena gue lo jadi susah kaya gini?" lirih Bintari tidak enak hati.
"No, lo gak boleh ngomong kaya gitu. Gue gak suka ya Tar. Udah lo ngomong aja sama gue sekarang,"
"Tolong bantuin temuin jasat gue ya Na? Temuin Kakak gue dan sampein ke dia, kalo gue udah maafin Kakak gue, dia gak salah. Gue sedih liat Kak Vera murung gak ada gairah untuk hidup kaya sekarang ini. Tolong bilangin, kalo gue udah bahagia, sampein minta maaf gue ke orangtua gua juga ya Na?" pinta Bintari. "Terlalu banyak ya? Maafin ya Na," tambahnya lagi.
Kana menggelengkan kepalanya pelan, lalu tersenyum kepadanya. "Gue yakin, gue bisa Tar. Tapi, untuk menemukan jasat, apa lo inget nama hutan saat lo kemah dulu?"
"Nama hutan nya gue inget, tapi kalo untuk tubuh gue di buang kemana, gue gak tau Na, yang gue inget di dalam hutan itu, ada salah satu desa kecil yang gak berpenghuni dan ada rumah tusuk sate disana. Setelah itu gue gak inget apa-apa," jawab Bintari.
"Apa lo gak mau ngehukum orang yang udah bunuh lo Tar?" tanya Kana pelan, ia menunggu jawaban dari Bintari. Karena, bisa saja Bintari menghampiri orang yang membunuhnya.
Bintari menggelengkan kepalanya. "Enggak Na, biarin aja. Untuk saat ini, gue cuma mau keluarga gue bahagia. Gue cuma mau, Kakak gue balik kaya semula, kaya Kakak yang selalu gue kenal, yang selalu baik sama gue, dan gue juga mau liat orangtua gue senyum kaya dulu lagi," jawab Bintari tulus.
"Tar, hati lo itu terbuat dari apa sih? Kenapa lo sebaik ini? Mungkin kalo gue jadi lo, udah gue gentayangin cowoknya Kakak lo itu," ujar Kana.
"Gak baik tau Na kaya gitu," timpal Bintari tersenyum pelan.
"Jadi apa nama hutannya?" tanya Kana memastikan lagi.
"Hutan Griaki, di dalam hutan itu ada pedesaan kecil yang gak berpenghuni. Lo inget kan? Ada rumah tusuk sate disana, itu aja yang gue inget,"
Kana mengangguk. Ia tau hutan itu, walaupun belum pernah sekalipun kesana. "Gue tau, gue bantu ya Tar. Tapi emang pasti butuh waktu,"
"Gue percaya sama lo Na. Makasih banyak ya." ujar Bintari tersenyum sangat bahagia. Ia benar-benar bersyukur bertemu dengan Kana.
Kana pun mulai memikirkan segala cara, untuk membantu sahabat barunya ini. Ia juga mau, Bintari mendapatkan pemakaman yang layak. Bintari orang baik, ia tidak berhak mendapatkan perlakuan seperti ini. Tuhan, bantu Kana menyelesaikan misi ini.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.