[CERITA MASIH LENGKAP]
Hanya cerita sederhana tentang seorang mahasiswa yang dipertemukan dengan satu gadis manis dari kampus lain.
Laki-laki itu tertarik, jatuh cinta lalu berubah menjadi obsesi yang besar. Keinginan untuk memiliki gadis itu seutuh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senyum Beryl mengembang mendapati setangkai bunga di dalam tasnya. Sudah di pastikan itu dari Alkana, karena tadi pagi Alkana yang menyiapkan jadwalnya selama Beryl mandi.
"Cie udah mulai bucin kayanya," cibir Nikel yang mengambil duduk di sebelahnya.
"Biasa aja," elak Beryl.
Amina yang duduk di seberang tertawa keras. "Ya elah gak mau ngaku lagi."
"Eh gue mau ngasih info penting," ujar Nikel serius. Amino yang tadinya fokus ke buku pun kini mengalihkan pandangannya pada Nikel.
"Gue jadian sama Arsenat," ungkapnya dengan suara pelan.
"APA LO SAMA SI RESE ITU JADIAN?!"
"Sialan," umpat Nikel. Suara Amina mengundang perhatian satu ruangan.
"Eh, sori." Nikel berdecih. Merasa tidak penting, mahasiswa yang berada di ruangan tersebut kembali ke aktivitasnya masing-masing.
"Kok bisa?" Kali ini Beryl yang bertanya, dengan suara normal.
"Iya, kok bisa? Bukannya si Rese anaknya, ya you know lah."
Nikel juga terkejut saat Arsenat meminta agar hubungan mereka lebih serius. Arsenat memang tidak menyatakan perasaannya, tapi secara resmi mereka sudah berpacaran sejak Arsenat bilang ingin serius dengan Nikel.
"Udah bosen kali dia dianggep aneh satu angkatan," ujar Nikel santai.
"Terus lo terima dia gitu aja?" Heran Amina.
"I-iya, emang kenapa. Gue juga cape jomblo," secara langsung tidak ada yang sadar bahwa respon Nikel barusan mendapat dengusan dari Amino.
Sedari tadi Amino menatap kecewa pada Nikel. Jadi selama ini hubungan mereka tidak sepesial itu, ya.
Miris. Batin Amino.
Amina yang menyadari wajah tegang saudara kembarnya, langsung menegur. "Jangan kaya orang patah hati, deh."
Seketika Nikel lupa kalau disana juga ada Amino. Saat Amina mengatakan itu, mendadak perasaan Nikel dihantui rasa bersalah. Meski tidak tahu salahnya apa.
"Selamat, Nik." Hanya itu yang dapat Amino sampaikan. Dengan tatapan penuh luka, tentunya.
Satu tahun lebih dekat, dan ternyata Nikel tidak menganggap serius hubungan mereka. Atau memang dari awal hanya Amino yang ada perasaan, Nikel tidak ada? Ternyata begini rasanya cinta bertepuk sebelah tangan.
"Makasih, No." Rasa bersalah itu semakin nyata, saat ruangan itu kedatangan seseorang yang mereka bicarakan tadi.
"Hai, temenin aku makan yuk?"
Untuk beberapa detik diawal, baik Amina maupun Beryl hanya mampu terdiam tak percaya mendengar suara lembut Arsenat pada Nikel.
Tidak ada Arsenat yang bicara ketus, seenaknya, dan tidak tahu diri. Arsenat yang ada didepan mereka sekarang, lebih apa ya.