Banyak kata yang ingin diucapkan, namun tak satupun kata yang mampu diutarakan
🐰🐰🐰🐰
Beberapa hari yang lalu, Haechan, Mark, dan Renjun memang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Jaemin. Namun, ketika mereka hendak membuka pintu Renjun melihat seseorang yang tidak seharusnya berada di sana.
"Kenapa, Jun?"
Haechan dan Mark saling pandang keheranan karena Renjun megurungkan niatnya untuk membuka pintu ruang rawat Jaemin. "Kayaknya kita jenguk Jaemin lain kali aja."
Haechan mengerutkan keningnya. "Loh? Kenapa?"
"Ada masalah?" Mark ikut bertanya.
Renjun mengangguk. "Ada Jungwoo sama ... ayahnya."
—oOo—
Kini Jaemin sudah dalam perjalanan pulang yang tentu saja diantar oleh Jeno. Ah—bukan! Bukan perjalanan pulang, melainkan perjalanan menuju kantor polisi untuk menemui adiknya yang tengah di tahan.
Jisung memang tidak mengetahui perihal paket sabu yang ia antarkan, tetapi tetap saja ia ditahan karena telah sukarela mengantarkan paket itu pada Bandar Narkotika.
Jaemin tersenyum pilu. "Jen ... apa Jisung membenciku?"
"Apa yang kau katakan?"
"Waktu itu aku tidak datang untuk memberikan kesaksian, Jisung pasti membenciku sekarang."
"Aku sudah menjelaskannya pada pihak polisi dan mengatakan jika kamu tidak bisa datang karena kecelakaan dan di rawat di rumah sakit, seharusnya jika dia tahu hal itu dia akan mengerti," kata Jeno lagi berusaha membuat Jaemin tenang.
'Ya ... seharusnya memang begitu,' batinnya. Jujur saja, Jeno sendiri tak yakin akan hal itu, mengingat kepribadian Jisung begitu buruk pada Jaemin.
"Tenang, ya," kata Jeno lagi sembari mengusap pelan pucuk kepalanya.
Sedari tadi Jaemin sudah menahan debaran jantungnya dengan berada di dekat Jeno, tetapi ia malah seenaknya memperlakukannya seperti ini.
"Na," panggil Jeno yang membuat Jaemin langsung menolehnya.
Jeno tetap bertanya meskipun pandangannya tetap fokus pada jalanan. "Semenjak aku pergi, apa kamu sudah punya seseorang yang menempati hatimu?"
Jaemin terdiam. Apa yang harus ia katakan untuk menjawab pertanyaan Jeno? Apakah mungkin ini kesempatannya untuk jujur atas perasaannya sendiri?
Jaemin mengangguk. "Iya. Ada satu orang yang menempati hatiku dan tidak pernah ada yang mampu menggesernya."
"Oh, ya?" Jeno bertanya agak canggung.
"Dan orang itu—"
"Syukurlah kalo gitu. Aku jadi gak perlu khawatir kalo kamu akan kesepian lagi," pangkasnya dengan senyuman jelas terukir di wajahnya.
Hati Jaemin mencelos seketika. Apa katanya? Dia gak perlu khawatir kalo aku kesepian? Memangnya dia pikir karena siapa aku selalu merasa sepi? Karena siapa aku menunggu selama ini?
Ingin rasanya Jaemin menangis, namun ia tak dapat melakukan itu did depan Jeno. Pada akhirnya, ia hanya menampakan senyuman seperti biasa. Senyuman yang sering kali ia gunakan untuk menutupi penyakit hati.
Jaemin menoleh ke arah Jendela, sedikit mengangkat kepalanya agar air matanya tidak jatuh.
"Apa kamu masih belum mengerti juga, alasan aku selalu menunggumu kembali .... "

KAMU SEDANG MEMBACA
About J [NOMIN] END?
FanfictionFANFICTION JENOxJAEMIN (NCT) *** "Penyesalan terbesarku adalah menyakitimu, Na." *** WARNING??? Cerita ini bergenre bxb. Yang merasa homophobic dan bukan lapak kalian, silahkan skip tanpa meninggalkan hujatan. Terimakasih? Star publish 1 April 2021...